Khutbah Jumat Dunia Ladang Akhirat

=>Khutbah Jumat Dunia Ladang Akhirat<=“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri alam baka dan janganlah kau melupakan bahagiaanmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah sudah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kau berbuat kerusakan dimuka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-Qasshash 28:77)
               =>Teks Khutbah Jumat Menyentuh Hati: Mengatasi Kecemasan Hidup

Islam bukanlah penghalang untuk menjangkau kebahagiaan duniawi. Islam tidak cuma berbicara wacana akhirat. Islam tidak hanya melulu berbicara masalah nirwana dan neraka, tetapi Islam justru membagi takaran yang seimbang antara kepentingan dunia dan alam baka. Karena itulah maka dalam konsepsi Islam, baik dan jelek tindakan insan dalam kehidupan duniawi akan mempunyai pengaruh pada kehidupan akhiratnya. Ia harus mampu mempertanggungjawabkan semua tindakan duniawinya di darul baka kelak. Sekecil apapun baik-jelek tindakan insan selama di dunia akan mampu disaksikan balasannya di darul baka kelak dan sedikitpun tidak akan dirugikan di hadapan Yang Maha Adil.

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu  Khutbah Jumat Dunia Ladang Akhirat
Pesan yang disampaikan firman di atas (Al-Qasshash 28:77) menginformasikan manusia bahwa akhiratlah tujuan utama, alasannya adalah beliau kekal dibanding dunia yang sifatnya cuma sementara dan sarat tipuan (Zinatun/aksesoris). Meskipun demikian, peruntungan kehidupan dunia dihentikan dilupakan karena tahapan kehidupan duniawi mesti dilewati insan, namun manusia sangat diperingatkan untuk berhati-hati dengan kehidupan dunia, karena kehidupan dunia hanyalah sebuah ujian dari Allah SWT. Adanya kehidupan dunia bahkan akhir hayat sebenarnyalah merupakan bentuk cobaan untuk memilih peringkat insan siapa yang paling baik amalnya di segi Allah SWT
“ Supaya Dia menguji kau, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya ”.
Untuk itu dalam kehidupan dunia yang bersifat sementara ini Allah memperlihatkan resep kepada insan untuk senantiasa berbuat baik sebagaimana Allah telah berbuat baik terhadap insan dengan karunia nikmat-Nya yang berlimpah tak terhitung.

“Dan bila kau menjumlah-hitung lezat Allah, pasti kau tak dapat memilih jumlahnya”.
Semua kebutuhan hidup manusia di dunia sebagai antisipasi kehidupan di akhirat tersedia secara cukup dengan catatan tentu saja Allah SWT tidak menyediakan semua cita-cita insan. Perbuatan (amal baik) inilah yang hendak mengawalsekaligus membela insan ketika tiada lagi pembelaan di hari pengadilan sejati. Perbuatan baik yang dikerjakan seseorang, tidak cuma berguna pada dirinya, namun juga akan berfaedah terhadap lingkungan sekitarnya. Tidak heran jikalau Rasulullah kemudian memastikan :
“Sebaik-baik insan yakni orang yang paling banyak dapat memberi manfaat kepada insan yang lain“
Seiring dengan amal kebajikan yang mesti senantiasa dilakukan manusia, pada saat yang sama ia pun harus menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang bersifat menghancurkan (destruktif). Aktivitas destruktif yang dilaksanakan insan selain tidak bermanfaat, selain menyebabkan kerugian pada diri sendiri juga akan berakibat pada rusaknya lingkungan sosial, tumbuhan dan fauna. Keseimbangan pada lingkungan alampun pasti akan terkena dampaknya pula. Berapa banya kerusakan di alam ini alasannya adalah ulah insan sebagaimana diungkapkan ayat berikut :
“Telah nampak kerusakan di darat dan di bahari disebabkan sebab tindakan tangan insan, agar Allah merasakan terhadap mereka, sebagian dari (akhir) tindakan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”
Manusia harus bertanggung jawab atas amal perbuatan yang beliau kerjakan. Karunia nikmat Allah yang sudah dianugerahkan kepada insan harus disyukuri dengan cara memanfaatkan secara maksimal untuk kepentingan orang lain, sekaligus menjaganya dari kerusakan. Di darul baka kelak, semua nikmat yang sudah diterima mesti dipertanggung jawabkan di hadapan Allah.
“Kemudian kau pasti akan ditanya pada hari itu ihwal kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).”
Semakin terang kiranya bahwa kehidupan di dunia terkait akrab dengan kehidupan alam baka. Kalau kita tak mau menimbulkan hari alam baka kita menjadi kelabu alasannya kejelekan yang kita kerjakan di dunia, maka kebajikanlah satu-satunya amal saleh yang harus dilakukan di dunia. Kita tentu tidak sejalan dengan rancangan kalangan materialis, komunis dan lain-yang lain dari kelompok Ateis Kuno maupun Modern yang tidak yakin terhadap darul baka, Hisab dan balasan surga atau neraka sebagaimana diungkapkan Allah SWT dalam Al-Qur’an :
“Kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang membinasakan kita selain kurun.”
Tidak dahulu tidak kini, selalu ada orang-orang yang menilai hidup ini adalah segala-galanya, permulaan dan penghabisan, yang pertama dan yang terakhir, tidak ada selain itu. Jika begitu adanya, lalu untuk apa penciptaan makhluk ini? Untuk apa hidup ini? Jika dunia ini selsai begitu saja tanpa ada kehidupan sesudahnya, tidak ada kebangkitan kembali, tidak ada hisab, yang merampok biarlah merampok, yang mencuri biarlah mencuri, yang zhalim biarlah berbuat zhalim, yang membunuh biarlah membunuh, yang absolut biarlah berbuat otoriter, kalau lembaran kehidupan berlalu begitu saja tanpa ada pembalasan terhadap seseorang, lalu dimanakah letak keadilan dan pesan yang tersirat? Sebagian manusia lari dari keadilan dunia. Lalu dimanakah keadilan langit? Banyak insan yang lari dari keadilan dunia. Lalu tidak adakah keadilan lainnya? Bahkan ada orang yang menciptakan ketentuan hukum sendiri di dunia, menjaganya dan mengangkat orang-orang untuk menjaganya. Mereka tidak mendapatkan pembalasan apa-apa di dunia. Apakah tidak ada keadilan lagi? Jika di sana tidak ada darul baka, maka tidak akan ada keadilan.
Ada orang-orang yang menegakkan kebenaran, berbuat kebaikan, menghadang kezhaliman, menyuruh terhadap yang ma’ruf dan menangkal dari yang mungkar. Lalu ada orang-orang yang berbuat otoriter yang menginformasikan perang kepada mereka, menyiksa, melibas dan membunuhi mereka. Apakah mereka bisa dibenarkan?Apakah imbalan dari penindasan yang diterima orang-orang yang menegakkan kebenaran dan keadilan dunia, jika di sana tidak ada kehidupan yang lain sesudah kehidupan dunia?Apakah permasalahannya berakhir dengan kemenangan orang-orang batil dan zhalim, kebinasaan orang-orang yang membela kebenaran dan keadilan? Ketika kita masih hidup di dunia memang kita memiliki kebebasan untuk menentukan
“ Maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah dia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah dia kafir.”
Dengan kebebasan untuk memilih ini, mari sebagai sesama muslim kita bertausiyah satu dengan yang lain untuk senantiasa janji dengan Aqidah kita. Kita jadikan kehidupan dunia ini dan amal perbuatan yang kita lakukan senantiasa berfaedah. Kita percaya bahwa Dunia yakni sawah ladang kehidupan hari akhirat kelak“.
Tanamilah dengan berkembang-tumbuhan yang berguna berbentukamal kebajikan dan pupuklah selalu dengan Iman dan Taqwa. Allah SWT, Rasulullah SAW dan orang-orang yang beriman akan terus mengamati amal kita: “Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu’min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengenali akan yang ghaib dan yang faktual, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang sudah kau kerjakan.”
Keadilan dan kebenaran mutlak yang tidak mungkin didapat di dunia Insya Allah akan didapatkan di hari akhirat. Di darul baka akan ada pembalasan yang adil, apa yang dikerjakan setiap orang mesti mendapatkan balasan, jikalau baik risikonya juga baik dan kalau jelek hasilnya juga jelek.
“Pada hari itu manusia keluar dari kuburnya dalam keadaan yang beragam, semoga diperlihatkan kepada mereka (akibat) pekerjaan mereka. Barangsiapa yang melakukan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya ia akan melihat (akibat)-Nya pula.”
Di sana keadilan Ilahi dan Qishash atau pembalasan yang setimpal akan ditegakkan. Maha Suci Allah atas segala firman-Nya. Wallahu a’lamu bisshawab.