Khutbah Idul Fitri Yang Menjamah Hati: Menuai Mutiara Dari Ramadhan


الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر ! الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد
الحمد لله الذى أنزل الفرقان على عبده ليكون للعالمين نذيرا، وهو الذى جعل الليل والنهار خلفة لمن أراد أن يذكر أو أراد شكورا، أشهد أن لا اله الا الله وحده لا شريك له له ملك السموات والأرض ولم يتخذ ولدا ولم يكن له شريك فى الملك وخلق كل شيء فقدره تقديرا ، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله أرسله شاهدا ومبشرا ونذيرا وداعيا الى الله باذنه وسراجا منيرا، اللهم فصل وسلم على هذا النبى الكريم والرسول العظيم سيد الغر المحجلين وقائد المجاهدين نبينا وقدوتنا وشفيعنا وقرة أعيننا محمد وعلى آله وصحبه وأنصاره وجنوده ومن جاهد فى سبيل الله أما بعد ، فيا ايها الذين آمنوا اتقوا الله ولتنظر نفس ما قدمت لغد واتقوا الله ان الله خبير بما تعملون قَالَ تَعَالَى فِيْ الْقُرآنِ الْعَظِيْمِ : يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْن
الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد
معاشر المسلمين رحمكم الله
Segala puji hanya milik Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dialah yang merajai hari pembalasan. Dialah yang telah memperlihatkan kesempatan terhadap kita untuk bertemu dan berpisah dengan bulan yang penuh berkah, Ramadhan yang mulia nan agung pada tahun 2018 ini.
Shalawat dan salam, supaya tetap tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad paling mulia. Allah mengutusnya sebagai rahmat bagi alam semesta. Sebagai imam bagi orang-orang yang bertaqwa. Sebagai hujjah bagi para manusia. Dialah yang sudah memberikan risalah serta menunaikan amanah-Nya, berjihad di jalan Allah dengan sebenar-benarnya. Dengannya pula Allah membuka agen rahasia yang buta, indera pendengaran-telinga yang tuli dan hati-hati yang terlena. Tidak ada jalan keselamatan kecuali dengan mengikuti syariat-Nya.
 Segala puji hanya milik Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang Khutbah Idul Fitri yang Menyentuh Hati: Menuai Mutiara dari Ramadhan

الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد
معاشر المسلمين رحمكم الله
Dari Ramadhan Menuju Titik Fitrah
Tidak ada perpisahan yang lebih mengharukan dari pada perpisahan dengan Ramadhan. Ramadhan yakni bulan yang penuh berkah. Di dalamnya kita semua dihantarkan secara perlahan namun niscaya menuju titik fitrah. Titik penciptaan kita yang higienis dan suci. Karena kata fitrah di ambil dari kata fathara yafthuru artinya membuat. Allah Sang Pencipta tidak pernah bermaksud buruk dikala pertama kali membuat manusia. Karena itu tidak mungkin manusia meraih kesempurnaan dirinya tanpa kembali ke titik asal diciptakannya. Itulah titik di mana insan benar-benar menjadi insan. Bukan insan yang penuh lumuran dosa dan kejahatan. Bukan insan yang dipenuhi gelimang kemaksiatan dan kedzaliman.
Allah SWT menurunkan Al Qur’an untuk menjadi fatwa supaya manusia tetap komitmen dengan kemanusiaannya. Yaitu insan yang saling mengasihi alasannya adalah Allah, saling memperbaiki menuju keimanan sejati, saling tolong menolong menuju peradaban yang kokoh, saling membantu dalam kebaikan bukan saling membantu dalam dosa dan kemungkaran. Allah mendelegasikan nabi-nabi sepanjang sejarah sebagai teladan terbaik bagaimana mengerjakan kewajiban kepadaNya. Tidak ada keselamatan kecuali ikut jejak para Nabi. Dan tidak ada keberkahan kecuali tekun menjalankan ibadah mirip yang para Nabi ajarkan. Itulah tuntunan fitrah. Bahwa setiap manusia tidak akan mampu kembali ke titik fitrahnya tanpa mengikuti aliran yang disampaikan para Nabi.
Nabi Muhammad SAW ialah penutup para nabi dan rasul (khaatamun nabiyyiin). Dengan demikian semua tuntunan yang dibawanya niscaya seirama dengan fitrah insan. Maka dengan ikut Nabi Muhammad secara utuh kita akan menjadi manusia yang kembali ke fitrah. Sebab hanya dengan ikut jejaknya kita bisa meraih hakikat Ramadhan secara mendalam dan tepat.
Rasulullah SAW pernah memastikan bahwa berapa banyak orang yang berpuasa Ramadhan, tetapi tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali cuma lapar dan haus. Artinya bahwa beliau dengan Ramadhan tidak bisa kembali ke fitrahnya, padahal semua rangkaian ibadah Ramadhan yakni tangga kembali menuju fitrah. Mengapa? …Jawabanya tentu pada manusianya. Sebab ternyata masih banyak orang yang masuk Ramadhan tidak optimal menjalankan ibadah-ibadah yang Allah dan rasul ajarkan. Banyak orang masuk Ramadhan sekedar dengan semangat ritual saja, sementara hakikat keilmuan yang mesti dijadikan bekal selama Ramadhan diabaikan. Banyak orang masuk Ramadhan semata menahan lapar dan haus di siang hari, sementara di malam hari mereka kembali merangkai dosa demi dosa. Banyak orang masuk Ramadhan bukan untuk mengembangkan ibadah dan keimanan, melainkan untuk meningkatkan omset-omset kemaksiatan. Pun banyak orang masuk Ramadhan dengan semangat di awal-permulaan saja, sementara di selesai-simpulan Ramadhan di mana Rasulullah beri’tikaf dan memburu malam lailatul qadar, malah ia sibuk dengan baju-baju dan kue untuk idul fitri. Bahkan yang sungguh mengenaskan ialah banyak orang yang cuma semangat beribadah di bulan Ramadhan saja, bagitu Ramadhan pergi, semua ibadah itu lenyap seketika dari permukaan. Masjid-masjid yang tadinya ramai dengan shalat malam dan shalat berjamaah, sesudah Ramadhan, kembali kosong dan sepi.
Tidak ada hari fitrah (hari raya lebaran) bagi mereka yang tidak berpuasa dan beribadah dengan benar. Karena hakikat Idul Fitri ialah kembali kepada kefitrahan (kesucian), mudah-mudahan kita yang hadir di musalla ‘Id hari ini yaitu mereka yang sungguh-sungguh kembali terhadap ke fitrahan (kesucian). Allahumma Ya Allah terimalah ibadah puasa kami, jadikanlah kami hamba-hambaMu yang kembali suci. Kami kembali fitri mirip baru terlahir dari rahim ibu kami. Bukankah baginda Rasulullah SAW dalam sebuah sabdanya berkata “Man shaama Ramadhaana iimanan wah tisaban ghufira lahu maa taqaddama min dzanbihi” artinya “Siapa yang menjalani puasa Ramadhan dengan keimanan dan berharap pahala dari Allah Swt, maka dosa-dosanya akan terampuni. Bahkan dalam riwayat yang lain Rasul juga mengatakan: Kharaja min dzunubihi ka yaumin waladathu ummuhu”, yakni Ia keluar dari dosa yang pernah diperbuatnya, mirip hari dimana ibunya melahirkannya”.
Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar,
Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar,
Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar,
Laa ilaha illAllahu akbar.Allahu akbar wa Lillah ilhamd.
Belajar Dari Wanita Pemintal Benang
Saudaraku Kaum Muslimin rahimakumullah…
Tidak ada pemikiran bahwa kita wajib mentaati Allah dan rasulNya cuma di bulan Ramadhan saja, sehabis itu kita kembali berbuat dosa. Ramadhan selaku titik tolak kembali ke fitrah sejati. Bahwa dari Ramadhan kita bangun kesepakatan ketaatan seumur hidup, sepanjang kala dan sepanjang hayat dikandung tubuh, mirip ketaatan selama Ramadhan. Dalam surah An Nahl 92, Allah berfirman:
Artinya: “Dan janganlah kamu mirip seorang wanita yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan berpengaruh, menjadi cerai berai kembali”.
Ini suatu pelajaran yang begitu mahal. Allah merekam cerita seorang wanita yang hidupnya tidak berguna. Dari pagi sampai sore dia cuma memintal benang. Sore hari dikala pintalan itu selesai, ia cerai-beraikan kembali. Perhatikan! Allah melarang agar akhlak wanita tersebut tidak terulang kembali. Bahwa perbuatan sia-sia ialah kerugian yang kasatmata. Karena itu Nabi SAW senantiasa mengingatkan agar kita senantiasa istiqaamah. Ketika salah seorang sahabatnya minta pesan tersirat yang bisa dijadikan pegangan seumur hidupnya, Nabi menjawab: qul aamantu billahi tsummastaqim (katakan aku beriman kepada Allah dan beristiqamahlah). Dalam hadist lain Nabi SAW juga sering mengingatkan sahabat-sahabatnya: laa takun mitsla fulaan, kaana yaquumullaili tsumma taraka (jangalah kamu menjadi mirip fulan, tadinya dia senantiasa bangkit malam, tapi sayang ia kemudian meninggalkannya).
Demikianlah, setiap tahun kita menjalani ibadah Ramadhan dengan penuh semangat siang dan malam: siangnya kita berpuasa, malamnya kita tegakkan shalat malam, tetapi benarkah nuansa ketaatan itu akan terus bertahan seumur hidup kita? Atau ternyata itu hanya terjadi di Ramadhan? Berapa banyak orang Islam yang selama Ramadhan bersungguh-sungguh ke masjid, tetapi begitu Ramadhan habis, seakan tidak kenal masjid lagi. Berapa banyak orang Islam yang selama Ramadhan tekun membaca Al Qur’an, tetapi begitu Ramadhan akhir, Al Qur’an dilupakan begitu saja. Mirip dengan kisah perempuan yang Allah ceritakan di atas. Selama Ramadhan ketaatan dirangkai, begitu Ramadhan habis, semua ketaatan yang indah itu dicerai beraikan kembali. Nauzubillah min zalik.

Percikan Mutiara Ramadhan Bagi Kehidupan
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahil hamd…
Saudaraku, Kaum Muslimin rahimakumullah…
Semua kita mencita-citakan penduduk yang higienis dan pemimpin-pemimpin yang higienis. Itulah salah satu ciri dari masyarakat Madani. Tetapi itu semua hanyalah mimpi tanpa adanya eksklusif yang bersih. Karena itu semenjak dini Allah SWT menyerukan kaum muslimin untuk melahirkan eksklusif dan rumah tangga yang bersih. Allah berfirman:
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya yaitu manusia dan watu; penjaganya malaikat-malaikat yang agresif, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan senantiasa mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. At Tahrim: 6)
Perhatikan, betapa Allah SWT sudah memperlihatkan langkah-langkah simpel bagaimana menuju masyarakat yang bagus. Yaitu dimulai dari diri sendiri dan keluarga. Sebab hanya kedua komponen inilah menjadi pilar pokok suatu masyarakat akan dibangun. Pribadi yang menjaga dirinya dan keluarganya dari api neraka yaitu langsung yang bersih. Bersih dari dosa-dosa kepada Allah SWT.
Kaum muslimin, dari amalan–amalan yang kita kerjakan di “Madrasah Ramadhan” setidaknya paling sedikit memberikan 3 rangkaian mutiara yang tak ternilai harganya bagi kehidupan kita dalam menyoroti dan memahami makna kehidupan di dunia menuju indahnya negeri akhirat. Tiga mutiara tersebut yakni :
Pertama, Ramadhan mengajarkan kita untuk erat dengan Allah, melakukan perintah alasannya adalah Allah, mempunyai obsesi cuma untuk Allah dan setia untuk menjauhi larangan-larangan Allah. Inilah hakikat ketaqwaan. Ketaqwaan yang direfleksikan dengan kepatuhan sepenuh hati, jiwa dan raga kepada Allah SWT. Bila Allah perintahkan kita puasa, kita eksklusif puasa. Padahal itu tindakan yang sungguh berat. Sebab yang kita tahan ialah hal-hal yang sebenarnya halal dan boleh dikerjakan.
Puasa juga melatih kita supaya obsesi yang ada dalam diri kita ialah obsesi ihwal kehidupan yang abadi di alam baka. Semua akad-janji pahala dari ibadah Ramadhan yang dicapai akan kita rasakan kenikmatan di akhirat nantinya. Tidak ada pahala ibadah shiyam yang dibayar cash di dunia. Oleh alasannya adalah itu puasa disebut ‘ibaadah sirriyyah (ibadah yang bersifat rahasia). Rahasia antara seorang hamba dengan Al-Kholiq. Sampai-hingga Allah Swt. mengatakan dalam suatu hadits Qudsi yang sering kita dengar “Kulluu ‘amali ibnu aadama lahu illash-shiyaam. Fa innahu lii wa ana ajzii bihi (setiap amal manusia untuk dirinya sendiri, kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu untuk saya. Dan akulah yang membalasnya) Hadist Riwayar Muslim dan Nasa’i”. Kita merasakan bahwa apapun yang kita kerjakan maka Allah niscaya akan mengetahuinya dan membalas setiap tetes kebajikan yang kita kerjakan dan begitu juga sebaliknya.
Takwa ialah puncak spiritualitas atau kedewasaan rohani. Mereka yang bertakwa jauh dari perbuatan keji dan mungkar. Terhindar dari keangkuhan, dusta, curang, khianat, bakil, rakus, zalim, dan banyak sekali daftar sifat kerapuhan kepribadian yang lain. Muncul pertanyaan, kenapa banyak muslim di Aceh terutama dan Indonesia pada umumnya, telah melakukan ibadah puasa bahkan berpuluh kali, tetapi masih bergelimang dosa dan bermandikan maksiat? Bahkan mendapatkan kenikmatan dengan kezaliman yang ia kerjakan, kecurangan, kerakusan, dan pengkhianatan yang diperagakan, dan bermacam-macam tindakan hina yang lain?
Jawabannya, antara lain, yakni alasannya puasa yang dilakukannya bahkan berkali-kali itu belum bisa menumbuhkembangkan spiritualitas dan mendewasakan rohaninya. Sehingga, puasa dan aneka macam ibadah lain yang dijalankan belum bisa mewujudkan keseimbangan antara pertumbuhan jasmani dan pertumbuhan rohani orang yang berpuasa tersebut. Boleh jadi usia sudah sampaumur, namun rohani masih balita.
Maka Rasulullah bersabda, dari Abu Hurairah: “Betapa banyak orang yang berpuasa, tidaklah dia menerima pahala kecuali sekedar rasa lapar, dan betapa banyak orang yang menegakkan shalat malam, tidaklah ia menerima pahala kecuali sekedar bergadang saja.” (HR. Ibnu Majah, An Nasa’i).
Kedua, saat seseorang meraih puncak spiritualitas atau kedewasaan rohani dalam arti kembali terhadap kesucian (fitrah), maka kefitrian tersebut menenteng dirinya untuk rindu kepada keluarga dan kampung halaman. Beberapa orang di antara para hamba Allah melalukan sebuah ritual yang berjulukan “pulang kampung” pulang kampung. Di Aceh, juga kita dapati bahwa usai mengerjakan shaum Ramadhan pada umumnya insan bersilaturahmi dan saling berkunjung antar satu rumah dengan lainnya. Mereka sadar, bahwa meski dosa mereka terhadap Allah sudah dihapuskan melalui ritual ibadah ramadhan, tetapi kesalahan mereka antar sesama belum termaafkan sebelum mereka bersalaman atau saling tukar kunjungan. Inilah yang disebut dengan Hablun minallah wa hablun minannas.
Inilah sekelumit kebahagiaan hari raya Iedul Fitri dimana kita dapat bersilaturahmi terhadap keluarga, kerabat dan handai taulan. Bagi kita yang masih mempunyai orang renta, bersilaturahmilah kepada mereka, meski cuma via telpon atau sms. Buat mereka senang mendengar bunyi merdu kebahagiaan kita. Inilah dikala bagi kita untuk membuat mereka tertawa. Jangan pernah lupakan mereka karena melalaikan mereka merupakan kedurhakaan yang mampu mendatangkan marah Tuhan.
Ketika Rasulullah SAW masih hidup, datanglah seorang cowok yang mengadu terhadap beliau ihwal ayahnya yang suka mencuri harta milik sang anak. Rasul SAW berujar, “Panggillah ayahmu untuk menghadapku!” Sang pemuda menuruti perintah Rasul SAW. Ia pergi ke rumah meninggalkan dia demi memanggil sang ayah untuk tiba menghadap Rasul. Saat cowok pergi untuk memanggil ayahnya, maka datanglah Jibril As menghampiri Rasulullah SAW. Jibril berkata, “Wahai Muhammad, jikalau ayah cowok itu tiba maka tanyakanlah padanya apa yang telah dia ucapkan dalam hati dan tidak terdengar oleh kedua telinganya!”
Beberapa ketika lalu, sang cowok sangat tiba menghadap Rasulullah sambil menenteng ayahnya. Sesampainya dihadapan Rasulullah SAW, dia bertanya terhadap ayah perjaka tadi, “Wahai bapak, anakmu mengadu bahwa engkau sudah mencuri hartanya, apakah ini benar?” Maka sang ayah menjawab, “Ya Rasul, silakan tanya kepadanya sudah saya apakan uangnya, apakah aku berikan kepada bibinya atau aku makan sendiri?”
Rasulullah SAW kemudian menukas, “Izinkan saya untuk tidak membicarakan hal ini. Namun bolehkah saya tahu apa yang telah kau ucapkan dalam hati dan tidak terdengar oleh kedua telingamu?” Itulah pertanyaan yang disampaikan Jibril As terhadap Rasulullah SAW untuk ditanyakan terhadap ayah dari cowok tadi. “Demi Allah, saya makin yakin bahwa engkau yakni utusan Allah. Aku memang telah mengucapkan sesuatu dalam hati yang tiada terdengar oleh kedua telinga ini.” Lanjut sang ayah. “Sampaikanlah ucapanmu itu!” Rasulullah SAW mempersilakan. Tidak disangka, ayah cowok tadi kemudian membaca suatu syair yang dia gubah untuk si pemuda; buah hati dan penggalan jiwa ayahnya.
Saat engkau lahir, saya memberimu kuliner
Saat kamu beranjak besar, aku senantiasa setia menjagamu.
Engkau diberi minum atas jerih payahku
Jika kamu sakit di malam hari, selama itu mataku tak terpejam
Tak bisa ku tidur alasannya adalah mempertimbangkan sakitmu
Hingga tubuhku limbung karena kantuk yang menyerang
Seolah akulah yang sakit, bukan engkau wahai anakku
Aku meneteskan air mata sebab cemas engkau akan mati
Padahal saya tahu bahwa maut manusia telah digariskan
Saat engkau beranjak cukup umur
Saat dimana sudah layak saya menggantungkan diri padamu
Kau balas diriku dengan kekerasan dan kekasaran
Seakan engkau yakni satu-satunya pemberi kebaikan padaku
Andai saja dikala tak mampu kamu penuhi hakku sebagai ayah
Kau perlakukan saya tak ubahnya mirip seorang jiran yang hidup bertetangga
Usai menyimak syair tersebut, Rasulullah SAW meneteskan air mata lalu menghardik sang anak dengan sabdanya, “Anta wa maaluka li abiika. Engkau dan hartamu yaitu milik ayahmu.” (HR. Abu Daud & Ibnu Majah)
Allahu Akbar wa Lillahil Hamd,
Boleh jadi ada orang di antara kita yang suka mensia-siakan orang tuanya. Marilah kita bertaubat kepada Allah dan mohon ampun kepada kedua orang renta kita jika mereka masih hidup. Segera sepulang dari musalla Id ini, temui mereka, rengkuh kemaafan dari mereka, sirami jiwa mereka dengan kelembutan kefitrahan yang telah kita raih. Bukan atasan, pimpinan perusahaan yang lebih permulaan kita kunjungi, tetapi mereka yang sudah melahirkan dan mendidik kita itu yang lebih utama dan pertama. Bila keduanya sudah tiada, maka berdoalah supaya keduanya senantiasa menerima rahmat dari Allah Yang Maha Penyayang.
Rasul bersabda: Ridhallahi fi ridhal waalidaini, wa sukhtullahi fii sukhtil walidaini, artinya keridhaan Allah bergantung pada keridhaan kedua orang bau tanah. Kemurkaan Allah juga berlaku sedemikian. Allah menghendaki, madrasah ramadhan ini menciptakan hubungan kekeluargaan di antara kita kian baik di sela-sela kekhusukan kita beribadah kepada Allah. Hari ini yaitu moment penting untuk merangkai kembali belahan-potongan hati yang telah mulai rusak dan pecah, kita rajut kembali ukhuwah kita sesama, supaya kita, keluarga kita sama-sama menapaki indahnya syurga jannatun naim.
Ketiga, Allah mengharuskan kita untuk mengeluarkan zakatul fitrah seusai menjalankan ibadah shaum Ramadhan. Seolah Allah SWT mengajarkan bahwa tidaklah disebut tepat keimanan seorang hamba bila ia tidak menyayangi saudaranya yg kesulitan. Bukanlah disebut orang yang saleh ialah orang yang sibuk dengan ibadah semata. Tidak layak dikenal selaku orang beriman, mereka yang menutup mata tatkala mengetahui kerabat-saudaranyanya berkekurangan. Sebab mengasihi Allah dapat tercermin dari cinta kita terhadap sesama.
Abu Said Abul Khayr diketahui selaku sufi yang pertama kali mendirikan tarekat sufi. Ketika salah seorang pengikutnya menceritakan seorang suci yang mampu berlangsung di atas air, beliau berkata, “Sejak dahulu katak dapat melakukannya!” Ketika muridnya lalu menyebut orang yang dapat terbang, dia menjawab singkat, “Lalat mampu melakukannya lebih baik.” Muridnya mengajukan pertanyaan, “Guru, gerangan apakah ciri kesucian itu?” Ia menjawab, “Cara terbaik untuk mendekati Tuhan adalah melakukan perkhidmatan sebaik mungkin kepada sesama manusia, memasukkan kebahagiaan ke dalam hatinya.” Itulah salah satu cara yang efektif untuk melakukan taqarrub (pendekatan diri) terhadap Allah Swt. Yaitu dengan cara menolong para hamba Allah dan peduli terhadap sesama.
Allahu Akbar wa Lillahil Hamd,
Kaum Bani Israil satu kali mengunjungi Musa, “Wahai Musa, kami ingin mengundang Tuhan untuk menghadiri jamuan makan kami. Bicaralah terhadap Tuhan biar Dia berkenan menerima permintaan kami.” Dengan marah Musa menjawab, “Tidakkah kamu tahu bahwa Tuhan tidak memerlukan makanan?” Tetapi, ketika Musa menaiki bukit Sinai, Tuhan berkata kepadanya, “Kenapa tidak engkau sampaikan terhadap-Ku undangan itu? Hambahamba-Ku telah memanggil Aku. Katakan kepada mereka, Aku akan tiba pada pesta mereka Jumat petang”.
Musa menyampaikan firman Tuhan itu kepada umatnya. Berhari-hari mereka sibuk merencanakan pesta itu.Pada Jumat sore, seorang tua datang dalam keadaan lelah dari perjalanan jauh. “Saya lapar sekali,” katanya kepada Musa.”Berilah aku masakan.” Musa berkata, “Sabarlah, Tuhan Rabbul Alamin akan tiba. Ambil-lah bejana ini dan bawalah air ke sini. Kamu juga harus menunjukkan santunan.” Orang renta itu menenteng air dan sekali lagi meminta masakan. Tapi tak seorang pun memperlihatkan kuliner sebelum Tuhan tiba. Hari kian larut, dan kesudahannya orang-orang mulai mengecam Musa yang mereka anggap telah memperdayakan mereka.
Kemudian Musa menaiki bukit Sinai dan berkata, “Tuhanku, saya telah dipermalukan di hadapan setiap orang alasannya Engkau tidak tiba seperti yang Engkau janjikan.” Tuhan menjawab, “Aku telah tiba. Aku telah menemui kamu langsung, bahkan saat Aku bicara kepadamu bahwa Aku lapar, kamu memerintahkan Aku mengambil air. Sekali lagi Aku minta, dan sekali lagi engkau menyuruh-Ku pergi. Baik kau maupun umatmu tidak ada yang menyambut-Ku dengan penghormatan.” “Tuhanku, seorang bau tanah memang pernah tiba dan meminta masakan, tapi dia hanyalah manusia biasa,” kata Musa. “Aku bareng hamba-Ku itu. Sekiranya kamu memuliakan beliau, kau memuliakan Aku juga. Berkhidmat kepadanya bermakna berkhidmat kepada-Ku. Seluruh langit terlalu kecil untuk meliputi-Ku, namun hanya hati hamba-Ku yang mampu meliputi-Ku. Aku tidak makan dan minum, tetapi menghormati hamba-Ku mempunyai arti menghormati Aku. Melayani mereka berarti melayani Aku.”
Allahu Akbar wa Lillahil Hamd,
Saudaraku, kita kini mulai memahami arti kesalehan dan kesucian yang diharapkan oleh Allah melalui pendidikan di bulan Ramadhan. Sungguh insan yang sejati yakni insan yang selalu bersyukur terhadap Allah atas segala karunia yang pernah diberikan.Itulah pesanNya dalam Al Qur’an: Wa litukmilul ‘iddata wa litukabbirallaha ala maa hadaakum wa la’allakum tasykurun. Agar kalian menyempurnakan bilangan hari Ramadhan (dalam berpuasa) dan semoga kalian mengagungkan Allah atas isyarat yang Dia berikan kepada kalian. Juga semoga kalian menjadi hamba yang bersyukur. Marilah sama kita bertekad dan berjanji untuk menjadi hamba Allah yang lebih baik. Memperbaiki mutu ibadah kita kepadaNya dan menjadi insan yang lebih berarti dan bermakna untuk sesama.
Semoga Allah Swt memberkahi hidup kita dunia dan akhirat. Amien
Akhirnya, marilah kita tutup Khutbah Idul Fitri yang Menyentuh Hati ini dengan berdo’a kepada Allah SWT Dzat Maha Gagah Perkasa dengan khusyu’, khudhu’ dan tadlarru’ berharap gampang-mudahan Allah mengabulkan yang kita minta. Wallahu a’lam bishshawab.

قال الله تعالى : إن الله وملآئكته يصلون على النبى يآأيها الذين آمنوا صولوا عليه وسلموا تسليما : اللهم صل وسلم على هذا النبى الكريم والرسول العظيم سيد الغر المحجلين نبينا وشفيعنا وقرة أيننا محمد وعلى آله وصحبه وأنصاره وجنوده ومن أحيى سنته وسلك سبيله ونهج منهجه وجاهد فى الله حق جهاده
اللهم اغفر للمسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات الأحيآء منهم والأموت إنك سميع قريب مجيب الدعوات يا قاضى الحاجلت
اللهم إِنَّا عَبِيْدِكَ وَأَبْنآءُ عَبِيْدِكَ وَأْبَنآءُ إِمَآئِك ناَصِيَتُنَا بِيَدِكَ مَاضٍ فِيْنَا حُكْمُكَ عَدْلٌ فِيْنَا قَضآؤُكَ – نَسْأَلَك بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لك سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلَقِكَ أو أَنْزَلَتْهُ فِى كِتَابِكَ أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِى عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ الْعَظِيْمَ رَبِيْعَ قُلُوْبِنَا َوَنُوْرَ صُدُوْرِنَا وَجَلاءَ أَحْزَاِنَنا وَذَهَابَ هُمُوْمِنَا
اللهم اهْدنا فيمَنْ هَدَيْتَ وعَافِنَا فِيْمَنْ عَافَيْتَ وَتَوَلَّنَا فِيْمَنْ تَوَلّيْتَ وَبَاِركْ لَنَا فِيْمَا أَعْطَيْتَ وَقِنَا شَرَّ مَا قَضَيْتَ فَإِنَّكَ تَقْضِى وَلَا يُقْضَى عَلَيْكَ وَإِنَّهُ لَا يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ وَلَا يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتعَالَيْتَ لَا مَنْجَا مِنْكَ إِلَّا إِلَيْكَ
الَّلهُمَّ إِنَّا نَسْتعِيْنُكَ وَنَسْتغْفِرُكَ وَنُؤْمِنُ بِكَ وَنَتَوَكَّلُ عَلَيْكَ وَنُثْنِى عَلَيْكَ الْخَيْرَ وَنَشْكُرُكَ وَلَا نَكْفُرُكَ وَنَخْلَعُ وَنَتْرُكُ مَنْ يَفْجُرُكَ الَّلهُمَّ إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَلَكَ نُصَلِّى وَنَسْجُدُ وَإِلَيْكَ نَسْعَى وَنَحْفِدُ وَنَرْجُو رَحْمَتَكَ وَنَخْشَى عَذَابَكَ إِنَّ عَذَابَكَ بِالْكُفَّارِ مُلْحَقٌ
الَّلهُمَّ أَلْهِمْنَا رُشْدَنَا وَقِنَا شَرَّ نُفُوْسِنَا اللَّهُمَّ ثَبِّتْنَا علَىَ نَهْجِ الْإِسْتِقَامَةِ وَأَعِذْنَا مِنْ مُوْجِبَاتِ الَّندَامَةِاللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ شُكْرًا وَلَكَ الْمَنُّ فَضْلًا وَأَنْتَ رَبُّنَا حَقًّا وَأَنْتَ لَمْ تَزَلْ لِذلِكَ أَهْلًا
اللَهم اْنصُرْ عِبَادَكَ الْمَظْلُوْمِيْنَ في فلسطين وفِى كُلِّ بُقْعَةِ أَرْضِكَ فِيْهَا نَفْسٌ مُؤْمِنَةٌ اللهم وَأَنْزِلِ السَّكِيْنَةَ عليهم وَاكْتُبِ الشَّهَادَةَ عَلَى مَوْتَاهُمْ وَاغْفِرلَنَا وَلَهُمْ وَثَبِّتْ قُلُوْبُنَا وَإِيَّاهُمْ على دِيْنِكَ – اللهم زَلْزِلْ أَقْدَامَهُمْ اللهم فَرّقْ جَمْعَهُم وَأقِلَّ عَدَدَهُمُ وَأَوْصِلِ الْعَذَابَ اْلأَلِيْم إِلَيهم
اللهم اقسم لنا من خشيتك ما تحول به بيننا وبين معصيتك ومن طاعتك ما تبلغنا به جنتك ومن اليقين ما تهون به علينا مصائب الدنيا ومتعنا بأسماعنا وأبصارنا وقوتنا ما أحيتنا واجعله الوارث منا واجعل ثأرنا على من ظلمنا وانصرنا على من عادانا ولا تجعل مصيبتنا فى ديننا ولا تجعل الدنيا أكبر همنا ولا مبلغ علمنا ولا تسلط علينا من لا يرحمنا
وصل اللهم على خير خلقك سيدنا و نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين والحمد لله رب العالمين