Khutbah Idul Adha Yang Menggugah Hati: Menjadi Manusia Cerdas

الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله 3x
اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.
Jamaah Shalat Idul Adha Yang Berbahagia.
Setiap kita menghendaki kehidupan di dunia berlangsung secara baik, kehidupan yang adil, aman dan makmur. Tapi, yang terjadi terkadang sebaliknya. Keadilan, keamaan dan kesejahteraan tidak dinikmati oleh banyak orang.
Salah satu doa Nabi Ibrahim as adalah biar negara berada dalam keadaan aman dan menemukan rizki yang cukup dari Allah swt, bahkan Allah swt memberikan terhadap semua penduduk meskipun mereka tidak beriman, ia berdoa:
إِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا بَلَدًا آمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُمْ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ قَالَ وَمَنْ كَفَرَ فَأُمَتِّعُهُ قَلِيلا ثُمَّ أَضْطَرُّهُ إِلَى عَذَابِ النَّارِ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ

Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang kondusif sentosa, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan terhadap orangnya yang beriman di antara mereka terhadap Allah dan hari lalu. Allah berfirman: “Dan kepada orang yang kafir pun Aku beri kesenangan sementara, lalu Aku paksa dia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk daerah kembali”.”(QS Al Baqarah [2]:126).
 Jamaah Shalat Idul Adha Yang Berbahagia Khutbah Idul Adha yang Menggugah Hati: Menjadi Manusia Cerdas
Agar kehidupan di dunia dapat berlangsung sebagaimana harapan kita, baik secara langsung, keluarga, penduduk maupun bangsa, maka diperlukan kecerdasan. Tapi, kecerdasan yang dimaksud bukanlah mirip yang biasa kita pahami. Kita selama ini mengetahui orang pandai itu orang yang memiliki gelar kesarjanaan, orang yang jabatannya tinggi, orang yang terpelajar bicara dan seterusnya. Karena itu, kita harus merujuk kepada Rasulullah saw ihwal seperti apa orang yang pandai itu.
Pada potensi ini, kita bahas tiga kriteria atau bukti untuk mengukur seseorang itu cerdas atau tidak. Pertama, berpikir ihwal akibat dari perbuatannya, sehingga bila akhirnya baik bagi diri, keluarga dan masyarakat akan dilakukannya, bila ternyata sebaliknya maka ia tidak akan melakukannya, seberapa besarpun cita-cita melakukannya, Rasulullah saw bersabda:
لَا عَقْلَ كَالتَّدْبٍيْرِ
Tidak ada kecerdasan melebihi orang yang berpikir perihal akhir dari perbuatannya (HR.Ibnu Majah)
Secara pribadi, orang yang berpikir ihwal akibat jelek yang bakal terjadi pada dirinya secara fisik dan mental, pasti tidak akan melaksanakan suatu tindakan buruk, seberapapun besarnya keinginan melakukan hal itu. Orang yang merokok, mengkonsumsi narkoba, minuman keras sampai melaksanakan perzinahan termasuk dengan yang sesama jenis, itu semua adalah diantara pola orang yang tidak berpikir ihwal balasan perbuatannya.
Sebagai anggota keluarga, terlebih jikalau kedudukannya sebagai ayah, ibu dan abang, apalagi lagi sebagai paman, bibi dan kakek pasti tidak akan melakukan tindakan yang berefek buruk bagi keluarganya, khususnya yang terkait dengan pembentukan huruf, alasannya semestinya dalam keluarga kita mampu diteladani dalam soal yang baik.
Hal yang amat penting ialah kalau kita menjadi pemimpin, mulai dari tingkatan yang rendah dalam masyarakat hingga paling tinggi dalam negara. Yang dikerjakan pemimpin yaitu mengambil kebijakan dan menciptakan peraturan, bila yang dilakukan berakibat buruk pada penduduk yang dipimpinnya, itu namanya pemimpin yang tidak memakai akalnya. Betapa rugi jadi pemimpin jikalau kebijakannya membuat orang yang semula mampu menjadi lemah, orang yang semula berkecukupan menjadi kelemahan, apalagi orang yang semula baik menjadi durhaka. Dari sisi ekonomi, jangan hingga pemimpin itu mempersulit rakyat yang dipimpinnya, sehingga penduduk yang telah sukar bertambah sukar. Para pemimpin tentu telah berguru dan studi banding tentang negara yang memberi pelayanan terbaik pada masyarakatnya. Sebut saja misalnya kebijakan jalan tol di mancanegara. Masyarakat cuma bayar tol beberapa tahun saja untuk mengembalikan ongkos pembangunannya. Ketika sudah tertutupi, maka jalan tol itu menjadi gratis, sedangkan perawatan dan perbaikan jalan itu berikutnya diambil dananya dari pajak kendaraan. Bandingkan di negara kita yang undang-undangnya justeru tarif tol itu naik setiap dua tahun.
Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.
Kaum Muslimin Rahimakumullah. 
Kedua, orang yang pintar cirinya ialah mampu mengendalikan diri. Ini menciptakan beliau tidak akan menuruti saja apa yang diinginkan dan hendak dilakukan. Bila baik, ia kerjakan, jika jelek dia tinggalkan. Rasulullah saw bersabda:
الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ
Orang yang pintar yaitu siapa pun yang dapat menundukkan jiwanya (semoga selalu taat terhadap Allah) dan dia selalu berinfak untuk hari (alam baka) setelah kematiannya.”
Karena itu, salah satu ukuran keimanan yaitu hawa nafsu mengikuti syariat yang dibawa oleh Rasulullah saw, ia bersabda: 
لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُوْنَ هَوَاهُ تَبَعًا لِمَا جِئْتُ بِهِ
Tidak beriman seseorang diantara kamu sehingga hawa nafsunya mengikuti apa yang saya bawa (syari’at Islam). (HR. Thabrani).
Dalam konteks kehidupan Nabi Ibrahim as dan Keluarganya, nampak sekali betapa mereka mampu mengontrol diri dalam ketundukan kepada Allah swt. Logika hawa nafsu tidak ada, yang ada ialah nalar dan hati yang terkendali dalam ketaatan dan kepasrahan, perintah yang berat dan tidak mengasyikkan secara duniawi tetap dikerjakan, bahkan godaan syaitan dilawan dengan sarat keseriusan.
Dalam kehidupan kini, banyak orang yang tidak bisa mengontrol dirinya, kesudahannya mereka lakukan apa yang tidak boleh dilaksanakan, meskipun hal itu menghancurkan gambaran diri dan keluarga, bahkan memalukan teman dan masyarakatnya. Nabi Ibrahim as sangat tidak ingin merusak citra dirinya, hasilnya salah satu doanya adalah:
رَبِّ هَبْ لِي حُكْمًا وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ.وَاجْعَلْ لِي لِسَانَ صِدْقٍ فِي الآخِرِينَ
“Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku nasihat dan masukkanlah saya ke dalam kalangan orang-orang yang saleh, dan jadikanlah saya buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) lalu (QS. Asy-Syu’ara’ [26]: 83-84)
Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.
Kaum Muslimin Rahimakumullah.
Ketiga, orang pandai juga digambarkan dalam hadits di atas dalam bentuk ingat mati sehingga dia bekerja untuk kepentingan akhirat. Di dalam hadits lain, Ibnu Majah meriwayatkan dari Ibnu Umar, bahwa ada seorang Anshar yang menghadap Rasulullah saw saat Ibnu Umar duduk bersama dia.
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَفْضَلُ قَالَ : أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا. قَالَ فَأَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَكْيَسُ قَالَ : أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا أُولَئِكَ الأَكْيَاسُ
“Wahai Rasulullah, orang mukmin manakah yang paling utama?” Beliau menjawab, “Orang yang paling baik akhlaknya.” Orang itu mengajukan pertanyaan lagi, “Mukmin manakah yang paling pintar?” Beliau menjawab, “Orang yang paling banyak mengenang mati dan paling banyak baik persiapannya menghadapi kehidupan sehabis mati. Mereka itulah orang-orang yang paling cerdas.” (HR. Ibnu Majah)
Bila kita sudah menyadari kepastian adanya maut, maka kita tidak akan mensia-siakan kehidupan di dunia yang tidak usang. Kita akan berupaya mengefektifkan perjalanan hidup di dunia ini untuk melakukan sesuatu yang mampu memperlihatkan nilai positif, tidak hanya dalam kehidupan di dunia tapi juga di darul baka alasannya adalah kehidupan dunia merupakan saat mengumpulkan bekal yang sebanyak-banyaknya untuk kebahagiaan dalam kehidupan di akhirat, sebab kematian pada hakikatnya yaitu perjumpaan dengan Allah swt yang tentu saja harus dengan bekal amal shaleh yang sebanyak-banyaknya, sebagaimana firman-Nya:
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلا صَالِحًا وَلا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
Katakanlah: Sesungguhnya saya ini insan biasa mirip kau, yang diwahyukan kepadaku: “Bahwa Sesungguhnya Tuhan kau itu adalah Tuhan yang Esa”. Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah beliau melakukan amal yang saleh dan janganlah dia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat terhadap Tuhannya” (QS Al Kahfi [18]:110).
Oleh karena selaku apapun kita dalam hidup ini dan apapun yang kita kerjakan, semestinya hal itu mampu menjadi bekal bagi kehidupan sehabis ajal. Dalam konteks ibadah haji, perjalanan pergi dan pulang yang paling lama hanya 40 hari, para jamaah harus membekali diri dan bekal yang paling utama adalah ketaqwaan kepada Allah swt. Allah swt berfirman:

الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَعْلُومَاتٌ فَمَنْ فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلا رَفَثَ وَلا فُسُوقَ وَلا جِدَالَ فِي الْحَجِّ وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ اللَّهُ وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الألْبَابِ
(Musim) haji yakni beberapa bulan yang dimaklumi, barang siapa yang memutuskan niatnya dalam bulan itu akan melakukan haji, maka dilarang rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam abad melakukan haji. Dan apa yang kamu lakukan berbentukkebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan bekerjsama sebaik-baik bekal ialah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang arif. (QS Al Baqarah [2]:197).
Maka, untuk menerima kebahagiaan di dunia dan darul baka, tidak ada bekal yang terpenting bagi kita, kecuali ketaqwaan, taqwa dengan sebenar-benarnya, ialah senantiasa berusaha melaksanakan perintah Allah swt dan meninggalkan segala larangan-Nya. Taqwa dimanapun kita berada.
Nabi Ibrahim as, Ismail as dan Siti Hajar ialah diantara acuan orang yang berdas sebagaimana yang telah kita diskusikan. Karena amat penting bagi kita untuk meneladani mereka, bahkan Rasulullah saw harus mengambil keteladanan darinya, Allah swt berfirman:
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ
Sesungguhnya sudah ada suri contoh yang bagus bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bareng dengan beliau (QS Al Mumtahanah [60]:4)
Akhirnya kita berharap, supaya kita termasuk orang-orang yang pintar, mengembangkan kecerdasan terlebih bagi orang yang telah menunaikan ibadah haji dan yang sedang menyelesaikan ibadah haji tahun ini, kita doakan agar semua mereka menjadi haji yang mabrur.
Demikian Khutbah Idul Adha yang Menggugah Hati: Menjadi Manusia Cerdas ini, supaya bermanfaat bagi kita bersama, kesannya marilah kita tutup dengan doa:

اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ وَارْحَمْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ وَارْزُقْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ.
Ya Allah, tolonglah kami, bahu-membahu Engkau adalah sebaik-baik pemberi bantuan. Menangkanlah kami, bantu-membantu Engkau adalah sebaik-baik pemberi kemenangan. Ampunilah kami, bekerjsama Engkau ialah sebaik-baik pemberi pemberi ampun. Rahmatilah kami, bahu-membahu Engkau adalah sebaik-baik pemberi rahmat. Berilah kami rizki sebenarnya Engkau yaitu sebaik-baik pemberi rizki. Tunjukilah kami dan lindungilah kami dari kaum yang dzalim dan kafir.

اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَناَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَ الَّتِى فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِى فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شرٍّ
Ya Allah, perbaikilah agama kami untuk kami, alasannya adalah dia merupakan benteng bagi permasalahan kami. Perbaiki dunia kami untuk kami yang ia menjadi daerah hidup kami. Perbikilah alam baka kami yang menjadi kawasan kembali kami. Jadikanlah kehidupan ini sebagai aksesori bagi kami dalam setiap kebaikan dan jadikan akhir hayat kami sebagai kebebasan bagi kami dari segala kejahatan.

اَللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَاتَحُوْلُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَابِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَاتُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا. اَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْهُ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ عَاداَنَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِى دِيْنِنَاوَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا
Ya Allah, anugerahkan terhadap kami rasa takut terhadap-Mu yang membatasi antara kami dengan tindakan maksiat kepadamu dan berikan ketaatan terhadap-Mu yang mengirimkan kami ke surga-Mu dan anugerahkan pula iktikad yang akan menjadikan ringan bagi kami segala bencana alam di dunia ini. Ya Allah, anugerahkan terhadap kami kenikmatan melalui telinga, penglihatan dan kekuatan selamakami masih hidup dan jadikanlah ia warisan bagi kami. Dan jangan Engkau jadikan musibah atas kami dalam urusan agama kami dan janganlah Engkau jadikan dunia ini cita-cita kami terbesar dan puncak dari ilmu kami dan jangan jadikan berkuasa atas kami orang-orang yang tidak menyayangi kami.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ.
Ya Allah, ampunilah dosa kaum muslimin dan muslimat, mukminin dan mukminat, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Dekat dan Mengabulkan do’a.

اَللَّهُمَّ اجْعَلْهُمْ حَجًّا مَبْرُوْرًا وَسَعْيًا مَّشْكُوْرًا وَذَنْبًا مَغْفُوْرًا وَتِجَارَةً لَنْ تَبُوْرًا
Ya Allah, jadikanlah mereka (para jamaah haji) haji yang mabrur, sa’i yang diterima, dosa yang diampuni, perdagangan yang tidak akan mengalami kerugian

رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami kehidupan yang baik di dunia, kehidupan yang bagus di alam baka dan hindarkanlah kami dari azab neraka.