Keterkaitan Antara Bahasa & Dialek (Pelajaran Antropologi SMA/ MA Kelas XI) √ Bahasa, dialek, & idiolek merupakan beberapa ungkapan yg akan kita diskusikan dlm sub bab ini, ayo kita berguru bersama. Ketiga-tiganya merupakan bahasa, apabila yg dibicarakan ialah bahasa seseorang, maka disebut sebagai idiolek. Terdapat istilah tersebut, ingin ditonjolkan bahwa dlm tata cara bahasa (idiolek) pada tiap-tiap individu memperlihatkan perbedaan, walaupun idiolek – idiolek bisa dikategorikan satu bahasa.
Keterkaitan Antara Bahasa & Dialek
Idiolek-idiolek yg memperlihatkan lebih banyak persamaan dgn idiolek-idiolek yg lain mampu dikelompokkan pada satu kumpulan klasifikasi yg dinamakan dialek. Pada biasanya persamaan tersebut karena faktor letak geografi yg berdekatan, yg menjadikan terjadinya saling komunikasi yg sering antara penutur-penutur idiolek tersebut. Apabila sering terjadinya komunikasi dikarenakan oleh faktor kedekatan sosial, maka penutur-penutur idiolek tersebut tergolong dlm satu golongan penduduk yg sama, dgn demikian klasifikasi bahasa mereka itu dinamakan sosiolek. Istilah bahasa pada kerangka ini termasuk dlm klasifikasi kebahasaan yg terdiri atas dialek – dialek yg masing – masing penuntunnya saling mengerti (mutual intellingibility) & dianggap
oleh penutur-penuturnya sebagai suatu kalangan kebahasaan yg sama. Apabila bahasa ini perkembangannya pesat, biasanya terdapat suatu dialek dr bahasa tersebut yg diterima oleh semua penutur bahasa selaku dialek baku (persyaratan). Hal tersebut yg dimaksud dgn bahasa. Itulah bahasa (bantu-membantu dialek) yg digunakan dlm kondisi & komunikasi resmi.
Bahasa memiliki dua aspek yg mendasar, antara lain : 1). bentuk (baik suara, goresan pena, ataupun strukturnya), & 2). makna (baik leksikal ataupun fungsional, & pula struktural). Apabila kita melaksanakan pengamatan terhadap bahasa dgn terperinci & teliti, kita akan menerima perbedaan bentuk & makna dr suatu bahasa. Besar & kecilnya pengungkapan antara pengungkapan yg satu dgn pengungkapan yg lainnya akan terdengar perbedaan-perbedaannya, contohnya antarsatuan suara /a/ yg diucapkan seseorang dr waktu yg satu ke waktu yg lain. Perbedaan-perbedaan bentuk bahasa seperti itu disebut variasi.
Jika kita bandingkan lafal suara /a/ pada suatu percakapan yg dilaksanakan oleh dua orang yg berlainan, kita akan lebih terang menyaksikan perbedaan – perbedaan tersebut. Ditambah lagi apabila kedua orang tersebut berasal dr kawasan yg berlainan, kelompok atau keadaan sosial yg berbeda, situasi
berbahasa dr tingkat formalitas yg berlainan, ataupun tahun atau zaman yg berlainan. Misalnya pada tahun 1945 & tahun pada tahun 1980, akan lebih terang & konkret perbedaannya antar kedua tahun tersebut.
Contoh yg lain ialah untuk sebutan buah pepaya disebut “kates” di suatu kawasan dinamakan “pepaya”. Perbedaan-perbedaan bahasa tersebut akan menciptakan beraneka macam bahasa yg disebut dgn istilah-ungkapan yg berlainan. Ragam bahasa yg berhubungan dgn kawasan atau lokasi geografis disebut dialek. Ragam bahasa yg berhubungan dgn kalangan sosial dinamakan sosiolek. Ragam bahasa yg berkaitan dgn suasana berbahasa & atau tingkat formalitas disebut fungsiolek. Ragam bahasa yg dihasilkan oleh perubahan bahasa berhubungan dgn pertumbuhan waktu disebut bahasa yg lain-lain atau jika perbedaan itu masih dapat dianggap perbedaan ragam dlm satu bahasa, kita bisa menyebut ragam tersebut dengan-cara analok kronolok.
Keempat dimensi variasi bahasa, bisa kita gambarkan dgn memakai diagram sebagai berikut.
Keterangan diagram diatas:
D yakni pertanda wacana kombinasi geografi (dialek), S yaitu menggambarkan perihal kombinasi sosiologis (sosiolek), F yakni menggambarkan perihal kombinasi fungsional (fungsiolek), & K yaitu menggambarkan tentang kombinasi perjalanan waktu (kronolek).
Dalam pemetaan variasi dialek sebuah bahasa dipakai rancangan isoglor, yakni garis yg menghubungkan antara dua tempat yg menawarkan ciri atau unsur yg sama, atau garis yg memisahkan dua tempat yg memperlihatkan ciri/ unsur yg berlainan. Unsur atau ciri yg dikaji ialah dlm bidang fonologi, morfologi, sintaksis & atau leksis.
Pembahasan dialek tersebut adalah khusus tentang ragam bahasa dengan-cara geografis dr penutur-penutur asli, yakni penutur sesuatu bahasa sebagai bahasa pertama & bahasa ibu. Pada jaman terbaru saat ini, berbagai orang mempelajari bahasa lain, baik selaku bahasa kedua (secara urutan atau dengan-cara sosiolinguistik) atau bahasa aneh. Hal tersebut menghasilkan ragam-ragam bahasa (dialek) yg lain dr dialek penutur orisinil.
Dialek-dialek selaku bahasa kedua atau bahasa ajaib sedikit banyak dipengaruhi & pula diwarnai oleh bahasa pertama (bahasa orisinil) dr penutur-penuturnya. Dialek semacam itu sering disebut “ragam bukan orisinil” (nonnactin variety). Jika kita kaji ragam bahasa yg demikian, maka kita akan mampu melihat bahwa selain dr dampak unsur-unsur/struktur/fonologi bahasa pertama penutur, terlihat sekali bahwa di antara penutur ragam bukan asli ini terdapat suatu ketidakseragaman (fluktuasi) yg jauh lebih banyak & lebih besar daripada perbedaan-perbedaan yg lazim antara dialek-dialek penutur-penutur orisinil.
Baca juga: Dinamika & Pewarisan Budaya dan Bahasa & Dialek yg Digunakan dlm Masyarakat