tan hana nguni tan hana mangke.”
Pendahuluan Masa dulu dan masa sekarang merupakan kesinambungan seperti pernah dinyatakan oleh leluhur kita dalam naskah kuno Amanat Galunggung, yang dikutip di atas. Maksud kata-kata di atas adalah: ” adanya masa dahulu adanya abad kini,tidak adanya era dulu tidak adanya kala kini.”
Kesinambungan antara era lampau dan periode sekarang telah dibuktikan pula oleh sejarah Tatar Sunda. Berabad-masa sebelum kehadiran bangsa India di Tatar Sunda sudah banyak bukti adanya penduduk yang sudah memiliki kebudayaan sebagaimana telah diuraikan dalam bab terdahulu.
Ahli-ahli sejarah dan kebudayaan seperti N.J. Krom, J.L.A. Brandes, dan yang lain sudah memperlihatkan alasan yang cukup meyakinkan bahwa bangsa India saat datang di Indonesia antara lain ke Tatar Sunda menghadapi penduduk yang telah berbudaya tinggi.
Tatar Sunda adalah salah satu kawasan di pulau Jawa yang menerima efek budaya India, imbas ini terefleksikan dalam agama Hindu dan Buddha yang dalam banyak hal melebur menjadi tradisi berbagai komponen budaya setempat tergolong di bidang politik.
Dua kerajaan bercorak Hindu penting yang patut dicatat dalam sejarah Indonesia ialah Tarumanagara dan Sunda. Tarumanagara merupakan kerajaan pertama di Jawa yang menerima sentuhan budaya dan Sunda yakni kerajaan terakhir di Nusantara yang mempertahankan kehindu-Buddhaannya.
Perjalanan sejarah Tatar Sunda pada era ini (kala pertama Masehi hingga kurun ke-16) tidak terlalu mudah untuk direkonstruksi karena kekurangan sumber. Sebelum ditemukan sumber tertulis dari dalam negeri, tempat Tatar Sunda sudah lebih dulu dikenal dalam bebe-rapa sumber tulis luar negeri, utamanya dari Cina, India, dan Yunani.
Pada abad-abad berikutnya, sumber tulis luar negeri itu juga berasal dari Arab dan Eropa. Sementara itu, sumber dari dalam negeri yang memberitakan ihwal Tatar ‘Sunda, berbentukprasasti dan naskah yang tetgolong historiografi tradisional (carita, sajarah, babad, kidung, dan lain-lain) , baik yang terdapat di Tatar Sunda, Jawa, Sumatra maupun kawasan lain di Nusantara.
Dalam pada itu, sumber tertulis yang berupa naskah dari banyak sekali kawasan di Nusan-tara, nyaris tidak ada yang menyebutkan negara atau kawasan di Tatar Sunda sebelum Galuh. Artinya, para penulis naskah dari luar Tatar Sunda tampaknya gres mengenal kehidupan kenegaraan di Tatar Sunda sesudah Kerajaan Galuh bangun.
Walaupun tidak banyak semenjak itu info mengenai Tatar Sunda boleh dikatakai selalu ada. Di antara naskah dan luar tatar Sunda yang penting ialah Pararaton dan Kidung Sunda. Naskah Pararaton secara sepintas memerikan kejadian Bubat yang terjadi pada tahun 1357; sedangkan Kidung Sunda, sesuai namanya, lebih panjang lebar memerikan kejadian tersebut.
Sementara itu, pengakuan atas kedatangan negara bernama Sunda atau Pajajaran, juga didapatkan dalam naskah Babad Tanah Jawi yang ditulis paling cepat pada kala pemerintahan Sultan Amangkurat di Mataram. Menurut naskah itu, Pajajaran yakni negara awal yang ada di Jawa yang kemudian melahirkan aneka macam negara, tergolong Majapahit dan Mataram.
Naskah-naskah ini tergolong sumber sekunder, artinya sumber tidak ditulis dari kala kejadian-insiden dalam abad ini berlangsung. Sumber naskah dari Tatar Sunda sendiri yang secara ilmiah patut dijadikan bahan dalam penulisan sejarah Tatar Sunda abad ini, yang terpenting di antaranya yakni Carita Parahiyangan yang dituliskan dalam tahun 1580.
Naskah ini tergolong sumber primer, terutama untuk masa final Kerajaan Sunda, artinya naskah ditulis oleh penulis yang hidup pada masa itu. Sesuai dengan namanya, naskah itu berkisah tentang para raja dan penguasa di Tatar Sunda yang lalu lebih dikenal sebagai Parahiyangan.
Naskah lain yang kandungan unsur sejarahnya cukup banyak adalah: Carita Ratu Pakuan, Carita Waruga Jagat, Carita Purwaka Caruban Nagari, dan Cariosan Prabu Siliwangi. Naskah lain berkenaan dengan kehidupan beragama. Sumber : Sejarah Tatar Sunda 2003 – Nina H Lubis dkk
Dalam pada itu, sumber tertulis yang berupa naskah dari banyak sekali kawasan di Nusan-tara, nyaris tidak ada yang menyebutkan negara atau kawasan di Tatar Sunda sebelum Galuh. Artinya, para penulis naskah dari luar Tatar Sunda tampaknya gres mengenal kehidupan kenegaraan di Tatar Sunda sesudah Kerajaan Galuh bangun.
Walaupun tidak banyak semenjak itu info mengenai Tatar Sunda boleh dikatakai selalu ada. Di antara naskah dan luar tatar Sunda yang penting ialah Pararaton dan Kidung Sunda. Naskah Pararaton secara sepintas memerikan kejadian Bubat yang terjadi pada tahun 1357; sedangkan Kidung Sunda, sesuai namanya, lebih panjang lebar memerikan kejadian tersebut.
Sementara itu, pengakuan atas kedatangan negara bernama Sunda atau Pajajaran, juga didapatkan dalam naskah Babad Tanah Jawi yang ditulis paling cepat pada kala pemerintahan Sultan Amangkurat di Mataram. Menurut naskah itu, Pajajaran yakni negara awal yang ada di Jawa yang kemudian melahirkan aneka macam negara, tergolong Majapahit dan Mataram.
Naskah-naskah ini tergolong sumber sekunder, artinya sumber tidak ditulis dari kala kejadian-insiden dalam abad ini berlangsung. Sumber naskah dari Tatar Sunda sendiri yang secara ilmiah patut dijadikan bahan dalam penulisan sejarah Tatar Sunda abad ini, yang terpenting di antaranya yakni Carita Parahiyangan yang dituliskan dalam tahun 1580.
Naskah ini tergolong sumber primer, terutama untuk masa final Kerajaan Sunda, artinya naskah ditulis oleh penulis yang hidup pada masa itu. Sesuai dengan namanya, naskah itu berkisah tentang para raja dan penguasa di Tatar Sunda yang lalu lebih dikenal sebagai Parahiyangan.
Naskah lain yang kandungan unsur sejarahnya cukup banyak adalah: Carita Ratu Pakuan, Carita Waruga Jagat, Carita Purwaka Caruban Nagari, dan Cariosan Prabu Siliwangi. Naskah lain berkenaan dengan kehidupan beragama. Sumber : Sejarah Tatar Sunda 2003 – Nina H Lubis dkk