Kemajuan Peradaban Dan Perkembangan Islam Kala Daulah Abbasiyah

1. Terjadinya asimilasi budaya, bahasa, wawasan antara bangsa Arab dengan bangsa lainnya. 
2. Gerakan penerjemahan aneka macam ilmu wawasan dari bahasa asalnya ke bahasa Arab. Gerakan penerjemahan ini berjalan semenjak Khalifah Abu Ja’far Al Mansyur hingga Khalifah Harun Ar-Rasyid. Buku-buku klasik Romawi dan Yunani yang terdiri dari aneka macam disiplin ilmu filsafat, astronomi, farmasi, dan seni budaya dialihbahasakan dalam bahasa Arab. 
3. Pendirian pusat studi dan kajian yang diberi nama Baitul Hikmah. Tempat ini bukan saja cuma menjadi pusat studi orang-orang di kawasan Baghdad, tapi hampir dari seluruh penjuru dunia. 
4. Pembentukan Majelis Munadzarah pada abad Khalifah Abdullah Al-Makmun menjadi sentra kajian yang mengupas segala dilema aturan keagamaan.

Bidang Penertiban Administrasi Pemerintahan 

Usaha membangun peradaban emas juga terjadi pada bidang administrasi pemerintahan Daulah Abbasiyah. Pengangkatan Wazir (Perdana Menteri) yang bertugas membantu khalifah dalam mengerjakan roda pemerintahan. Wazir dibantu oleh beberapa departemen. 
1. Diwanul Kharij : Departemen Luar Negeri 
2. Diwanul Ziman : Departemen Pengawasan Urusan Negara 
3. Diwanul Jundi : Departemen Pertahanan dan Keamanan 
4. Diwanul Akarah : Departemen Tenaga Kerja dan Pekerjaan Umum 
5. Diwanul Rasa’il : Departemen Pos dan Telekomunikasi. 
Pengangkatan Ra’isul Kitabah (Sekretaris Negara) yang memimpin Diwanul Kitabah (Sekretariat Negara). Dalam menjalankan tugasnya Ra’isul Kitabah dibantu oleh lima orang Katib (Sekretaris), ialah : 
1. Katib Rasa’il : sekretaris bidang persuratan 
2. Katib Kharraj : sekretaris bidang perpajakan dan kas negara 
3. Katib Jundi : sekretaris bidang kemiliteran, pertahanan dan kemanan 
4. Katib Qada : sekretaris bidang hukum dan perundang-undangan 
5. Katib Syurtah : sekretaris bidang kepolisian dan keamanan sipil 
Pengangkatan kepala tempat untuk mempertahankan kawasan wilayah kekuasaan Daulah Abbasiyah yang dipimpin oleh gubernur (Amir). Untuk memudahkan kordinasi pemerintah pusat dan daerah, di bawah gubernur dibuat pemerintah desa (Qaryah) yang dipimpin oleh Syaikhul Qaryah (Kepala Desa). Pembentukan Mahkamah Agung, yang menanggulangi beberapa bidang hukum, seperti :
1. Al-Qadi : mengadili perkara agama, hakimnya disebut Qadi 
2. Al-Hisbah : mengadili perkara umum, baik pidana maupun perdata, hakimnya disebut Al-Mustahsib 
3. An-Nazar fil Mazalim : pengadilan tingkat banding sehabis dari pengadilan Al Qadi atau Al-Hisbah, hakimnya disebut Sahibul Mazalim.

Bidang Politik dan Militer 

Bidang Politik : Dalam bidang politik Daulah Abbasiyah menjalan relasi persahabatan yang bagus dengan negara-negara lain, diantaranya: 
1. Menjalin koordinasi politik dengan Raja Frank di sebagian wilayah Andalusia (Spanyol). Tujuannya yakni, untuk mengantisipasi meluasnya imbas Daulah Umayyah. 
2. Menjalin hubungan dengan Afrika Barat. Tujuannya ialah, memperbesar kekuatan dan kekuasaan Abbasiyah di Baghdad, Irak. 
Bidang Militer : Daulah Abbasiyah pernah mencapai profesionalisme militer yang terjadi pada kurun pertama dan periode kedua pemerintahannya. Sekitar 100 tahun lamanya kebijakan politik dan militer sepenuhnya mampu berdiri diatas kaki sendiri ditangan para khalifah Daulah Abbasiyah, tanpa dipengaruhi oleh bangsa manapun. 
Empat masa kepemimpinan Daulah Abbasiyah dalam merealisasikan kemandirian politik dan militer, yaitu : 
1. Periode pertama (750-847 M), kebijakan militer yang diambil pada periode ini merupakan perjuangan para khalifah dalam menunjukkan landasan pemerintahan yang handal dan militer yang kuat. 
2. Periode kedua (847-946 M), masa ini kebijakan politik dan militer Daulah Abbasiyah banyak dipengaruhi oleh orang-orang Turki. Hal ini mengakibatkan banyak orang Turki yang menduduki posisi penting dalam jabatan militer Daulah Abbasiyah. Orang-orang Turki yang banyak menduduki posisi penting itu tidak dapat dikendalikan, mereka bisa mengendalikan kekuasaan bahkan banyak gubernur dan panglima prajurit yang menyatakan diri selaku khalifah. Dari sini tanda-tanda perpecahan dalam pemerintahan Daulah Abbasiyah mulai tampak. 
3. Periode ketiga (946-1094 M), munculnya kekuatan politik dari Bani Buwaihi yang beraliran Syiah. Mereka dapat menertibkan pemerintahan Daulah Abbasiyah, bahkan mampu menekan khalifah Abbasiyah dikala itu khalifah Al Mustakfi. Agar menyebabkan Ahmad Buwaihi sebagai Amirul ‘Umara (Panglima Tentara). Sejak dikala itu khalifah Daulah Abbasiyah tidak lagi memiliki kekuasaan penuh, sebab roda pemerintahan dipengaruhi oleh dominasi Bani Buwaihi. 
4. Periode keempat (1094-1258 M), pemerintahan Daulah Abbasiyah di bawah kontrol orang-orang Seljuk dari Turki. Mereka mampu menetralisir dominasi Bani Buawaihi yang berkuasa lama dalam pemerintahan Daulah Abbasiyah. Selama masa inilah, Bani Seljuk sukses mengambil alih kekuasan dan jalanya roda pemerintahan dari tangan khalifah. 
Roda pemerintahan Daulah Abbasiyah tidak lagi berada di tangan khalifah yang sah, para khalifah Daulah Abbasiyah cuma diperkenankan mengurusi duduk perkara-problem agama. Kekhalifahan Daulah Abbasiyah hilang di tahun 1258 M dikala prajurit Mongol yang dipimpin Hulagu Khan memorak-porandakan kota Baghdad sebagai sentra pemerintahan Daulah Abbasiyah.

Bidang Ekonomi (Perdagangan, Perindustrian dan Pertanian) 

Peningkatan taraf hidup masyarakat dalam bidang ekonomi era Daulah Abbasiyah bahwasanya telah dimulai saat Khalifah Abu Ja’far Al-Mansyur berkuasa. Ia ialah tokoh utama dari peletak dasar ekonomi Daulah Abbasiyah, perilaku tegas, adil dan bijaksana menjinjing Daulah Abbasiyah maju dalam berbagai bidang. Kemajuan sektor ekonomi Daulah Abbasiyah pada kurun ini disebabkan oleh usaha-perjuangan para khalifah yang mendorong pertumbuhan dalam sektor jual beli. 
1. Sektor Perdagangan 
Perekonomian penduduk pada kala Daulah Abbasiyah meningkat saat khalifah Al-Mahdi (775-785 M) memerintah. Hubungan mancanegara Daulah Abbasiyah dengan kerajaan-kerajaan lain telah membawa kenaikan kesejahteraan masyarakat dan memperbesar kas negara. 
Kota Basrah menjadi pelabuhan penting, sebagai daerah transit antara Timur dan Barat, banyak menghadirkan kekayaan bagi Abbasiyah. Selain itu, ada juga pelabuhan Damaskus dan dermaga Kuffah. Seiring itu, terjadi kenaikan pada sektor tambang, pertanian dan industri. 

2. Sektor Perindustrian 
Khalifah Daulah Abbasiyah memiliki perhatian yang sungguh serius dalam memenuhi keperluan masyarakatnya. Untuk itu, mereka aktif mendorong kemajuan sektor perindustrian. Para khalifah merekomendasikan masyarakatnya untuk berlomba-lomba dalam industri dan pengolahan. Banyak kota dibangun untuk pusat perindustrian. 
kota Basrah menjadi pusat industri gelas dan sabun, kota Kuffah ialah sentra industri tekstil, industri busana dari sutra bersulam ditempatkan di kota Damaskus yang sentra kerajinan sutranya berada di Khazakstan, dan kota Syam menjadi sentra industri keramik dan gelas berukir. 
3. Sektor Pertanian 
Pembangunan susukan, bendungan, irigasi dan kanal diperuntukan untuk memenuhi kebutuhan petani yang kesudahannya mampu mengembangkan produktifitas para petani dan mutu hasil panennya. Sebagai acuan, pada abad khalifah Harun Ar-Rasyid, istri khalifah, Ratu Zubaidah melihat penderitaan rakyat balasan kemarau panjang dalam kunjungannya ke Makkah dan Madinah. 
Atas tawaran permaisuri, khalifah membangun suatu bendungan dan terusan yang mampu mengalirkanair ke ladang-ladang dan untuk keperluan hidup para petani. Sehingga kehidupan masyarakat di dua kota suci itu sejahtera. Untuk mengenang jasa Ratu Zubaidah, bendungan itu diberi nama “Bendungan Zubaidah”.

Bidang Seni Budaya 

Peradaban Islam dalam bidang seni budaya, sastra mancapai puncak kejayaannya pada era Daulah Abbasiyah. Kota Baghdad menjadi kota sentra studi ilmu, seni dan sastra. Kemajuan ini disebabkan sebab proses asimilasi (pertemuan budaya) antara bangsa Arab dengan bangsa lainnya. Apalagi sesudah acara penerjemahan banyak sekali macam buku dari Yunani, India, Byzantium, dan Persia ke dalam bahasa Arab. Perkembangan peradaban yang mampu diidentifikasi dalam bidang seni budaya dan sastra mirip : 

1. Seni Arsitektur 
Seni arsitektur ini sangat disukai oleh para khalifah. Seni arsitektur ini sungguh berguna untuk keperluan membangun gedung, masjid, istana, madrasah, dan kantor pemerintahan. khalifah Abbsiyah tidak segan-segan mendatangkan arsitek-arsitek dari Byzantium, Yunani, Persia, dan India untuk mendisain bangunan dan mengajarkan seni arsitektur bangunan kepada orang Abbasiyah. 
Bukti dari kemajuan pradaban seni arsitektur pada kala Daulah Abbasiyah masih dapat didapatkan hingga ketika ini dari keindahan gedunggedung istana, masjid, madrasah sebagai peninggalan Daulah Abbasiyah. 

2. Seni Tata Kota 
Seni tata kota dan arsitektur pada kala Daulah Abbasiyah bernilai sungguh tinggi, banyak bangunan dan kota dibangun dengan teknik tata kota yang berseni tinggi. Diantara kota-kota itu yakni : 

a. Kota Baghdad

Baghdad dibangun tahun 763 M pada periode pemerintahan khalifah Abu Ja’far Al-Mansyur. Pembangunan kota ini melibatkan 100.000 orang mahir bangunan, berisikan arsitek, tukang kerikil, tukang kayu, pemahat, pelukis, dan lain-lain yang didatangkan dari Suriah, Iran, Basrah, Mosul, Kuffah, dan daerah-tempat yang yang lain. 

Biaya pembangunan kota ini meraih 4.833.000 dirham. Kota Baghdad dibangun berupa bundar sehingga disebut kota bundar (Al-Mudawwarah). Dikelilingi dua lapis tembok besar dan tinggi. Bagian bawah selebar 50 hasta dan bagian atas 20 hasta, tingginya 90 kaki (27.5 m). 
Di luar tembok dibangun parit yang dalam, yang berfungsi ganda selaku saluran air dan benteng pertahanan. Di tengah kota dibangun istana khalifah diberi nama Qashrul Dzahab (istana emas) yang melambangkan kemegahan dan kejayaan. Di samping istana, dibangun pula Masjid Jami’ Al-Mansyur. 
b. Kota Samarra 
Lima tahun sesudah kota Baghdad mengalami pertumbuhan Khalifah Al Mu’tashim Billah (833-842 M) membangun kota Samarra. Di dalam kota ini terdapat istana yang indah dan megah, masjid raya, taman kota dengan bunga-bunga yang indah, dan alun-alun. Untuk memudahkan masyarakat menyanggupi kebutuhan hidupnya, dibangun pula sentra-sentra perbelanjaan dan sentra-pusat pelayanan publik. 
Selain pembangunan di kota-kota tersebut, dua kota suci umat Islam Makkah dan Madinah juga tidak terlepas dari sentuhan seni arsitektur para penguasaa Daulah Abbasiyah. Terlebih Masjid Al-Haram di Makkah danMasjid Nabawi di Madinah. Menurut tradisi, setiap penguasa muslim pada masanya masing-masing turut ambil bagian dalm renovasi dan pembangunan dua Masjid suci pujian umat Islam tersebut. 

Bidang Seni dan Sastra 

Dunia sastra meraih puncak kejayaannya pada masa Daulah Abbasiyah. Kota Baghdad merupakan pusatnya para penyair dan sastrawan. Bahkan hampir seluruh khalifah Abbasiyah menggemari sastra. Berikut beberapa penyair dan sastrawan yang populer saat itu. yaitu : 
1. Abu Athiyah (760-841 M) 
2. Abu Nawas (741-794 M) 
3. Abu Tamam (w 847 M) 
4. Al-Buhtury (821-900 M) 
5. Al-Muntanabbi (961-967 M) 
Kota Baghdad terkenal dengan dongeng yang melegenda di kelompok umat Islam yakni kisah perihal 1001 malam (Alfu Lailah Wa Lailah) yang ditulis oleh Mubasyir ibnu Fathik. Demikian bahasan singkat wacana kemajuan peradaban dan perkembangan Islam abad Daulah Abbasiyah.