Kehidupan Sosial Penduduk Akhlak Dayak – Jawa – Batak – Tionghoa ( Khek – Tionchu ) Kalimantan Barat 1980An – 21

Berkeliling diberbagai kawasan pedesaan di Kalimantan Barat, PTS – Mempawah – Singkawang – Bengkayang menjadi sebuah dongeng tersendiri. Berbagai faktor kehidupan pertanian di penduduk yang hendak diketahui bagaimana hidup pada hutan dan pertanian yang dibentuk dengan maju pesat.

Ketika asimilasi budaya berlangsung hendaknya dipahami dengan adanya sistem seksualitas, dan jasa yang ada di perkotaan dan pedesaan. Hal ini menerangkan berbagai kegiatan dan kebiadaban mereka selama hidup di pedesaan, dan di kota yang berjalan menurut sistem politik ekonomi di Jakarta.

Orang Dayak memiliki karakteristik kepada kehidupan hutan di Kalimantan, dengan pengetahuan yang minim, dan duduk perkara pertentangan sosial yang terjadi di masyarakat sampai dikala ini terjadi 60an – 90an. Hal ini tidak jauh berlawanan dengan agresi yang dibuat orang Batak – Jawa sebagai orang pribumi.

Menjelaskan karakteristik ngotot mereka pada budaya batak dengan adanya karakteristik yang dibawa dari asal kehidupan budaya dan agama Protestan HKBP Pontianak, telah dipelajari secara lokal, Indonesia. Persoalan ekonomi politik, dan seksualitas sudah menerangkan dengan baik adanya tata cara hukum, dan ekonomi budaya yang menempel pada kehidupan sosial orang Tionghoa di Pontianak.

Orang tersebut yang akan mengerti pelanggaran hukum, dan kebijakan menurut Undang – Undang tanpa memahami akar pohon siapa mereka, di penduduk menurut budaya (makan orang – Jawa) cara bertahan hidup mereka pada suatu budaya, secara biologis.

Persoalan konflik sosial, dan pembangunan insan hendak dimengerti dari karakteristik kotor orang Tionghoa Budha – Nasrani – Protestan HKBP di Pontianak – Kalimantan. Hal ini menjelaskan keturunan mereka selama hidup diberbagai wilayah Sihombing – Hukum (Tionghoa) yang dibalik tembok gereja, dan budaya, dan aturan, apa kredibilitasnya ? .

  Percobaan (Poging) Dalam Hukum Pidana

Berbagai pembahasan itu, akan menjadi penting kepada pertanggungjawabannya selaku penyimpangan konflik selama politik ekonomi berlangsung di perkotaan Pontianak. Berlanjut pada genetika asimilasi budaya seksualitas, untuk tidak mengusik faktor pendidikan, yang memiliki arti penting pada petinggi Negara di Indonesia, dan Negara lainnya.

Pembagian kerja penting dimengerti, tentang siapa mereka dan hendak dimengerti dari buah seksualitas yang memang berada pada keadaan pembangunan insan yang buruk di Kalimantan Barat, politik Petugas partai (PDI Perjuangan – Golkar).

Ketika mereka hilang logika sehat, maka pembangunan gereja di buat selaku tanda akan ketidakmampuan mereka kepada beton dan kayu yang menjadi symbol akan metode ekonomi dan budaya terhadap pembangunan gereja di Pontianak  – Kalimantan Barat 2008  – 17.