Kandungan Surah Adh-Dhuha [93]
Surah Adh-Dhuha (bahasa Arab:H yaitu surah ke-93 dalam Al-Qur’an dan terdiri atas sebelas ayat. Surah ini tergolong golongan surah makkiyah dan diturunkan setelah Surah Al-Fajr. Nama Adh-Dhuha diambil dari kata yang terdapat pada ayat pertama yang artinya waktu matahari sepenggalahan naik.
Surat Adh-Dhuha [93] pertanda ihwal panduan pemeliharaan Allah SWT kepada Nabi Muhammad saw. dengan cara yang tak putus-putusnya dan mengandung pula perintah terhadap Nabi Muhammad saw. supaya mensyukuri segala nikmat itu.
Adapun pokok-pokok isi dalam surah tersebut menerangkan bahwa Allah SWT sekali-kali tidak akan meninggalkan Nabi Muhammad saw., arahan dari Allah SWT bahwa kehidupan Nabi Muhammad saw. dan dakwahnya akan bertambah baik dan meningkat , larangan mencibir anak yatim dan menghardik orang-orang yang minta-minta, serta perintah menyebut-nyebut nikmat yang diberikan Allah SWT sebagai tanda bersyukur.
Sebab Turunnya Surah Adh-Dhuha
Syaikhain atau Imam Bukhari dan Imam Muslim serta selain keduanya, semuanya mengetengahkan sebuah hadis melalui Jundab yang menceritakan bahwa Nabi Muhammad saw. mengalami sakit. Oleh alasannya adalah itu, beliau tidak melaksanakan shalat malam selama satu atau dua malam. Lalu tiba kepadanya seorang perempuan seraya berkata, “Hai Muhammad! Aku tidak berpendapat lain kecuali aku percaya sebenarnya setanmu itu sudah meninggalkanmu.” Maka Allah SWT menurunkan firman-Nya, “Demi waktu Dhuha, dan demi malam jika telah sunyi. Rabb-mu tiada meninggalkan kamu dan tidak (pula) benci kepadamu.” (Surah Adh-Dhuha [93]: 1-3). Imam Sa’id bin Manshur dan Imam Faryabi kedua-duanya mengetengahkan suatu hadis lewat Jundab yang menceritakan bahwa Malaikat Jibril sudah cukup lama tidak muncul kepada Nabi saw. Maka orang-orang musyrik mengatakan, “Muhammad telah ditinggalkan.” Lalu turunlah ayat tadi. Imam Hakim mengetengahkan suatu hadis melalui Zain bin Arqam r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah saw. tinggal selama beberapa hari tanpa ada wahyu yang turun kepadanya. Maka Ummu Jamil istri Abu Lahab menyampaikan, “Aku tiada beropini melainkan bahwa temanmu itu (yaitu Malaikat Jibril) sudah meninggalkanmu dan membencimu.” Lalu Allah SWT menurunkan firman-Nya, “Demi waktu Dhuha” (Q.S. Adh-Dhuha ayat 1 dan beberapa ayat berikutnya).