Jalur Masuknya Islam Di Indonesia

Bangsa Indonesia dikenal dengan bangsa pelaut, sebutan itu bukan tanpa alasan sebab bila dilihat dari letak geografis wilayahnya, Indonesia dikelilingi oleh lautan dan ribuan pulau-pulau yang tersebar diberbagai kawasan yang menjadi batas antara daerah satu dengan yang lainnya. Pada zaman nenek moyang bangsa Indonesia dulu, jalur bahari ialah jalur angkutanutama alasannya adalah Indonesia memiliki lokasi-lokasi strategis untuk dijadikan pelabuhan kapal-kapal dagang.
Disebabkan Indonesia memiliki jalur maritim yang strategis, maka berdatanganlah para pendatang dengan tujuan untuk berdagang dari luar untuk melakukan transaksi perdagangan di pelabuhan-pelabuhan Indonesia. Saat itu tempat Sumatera yang pertama kali menjadi kawasan berlabuhnya kapal-kapal jualan dari lintas negara terutama pedagang dari Arab.
Berikut adalah jalur masuknya Islam di Indonesia, selengkapnya.
Sebelum kedatangan pemikiran Islam, bangsa Indonesia telah menganut aneka macam macam iman, mirip animisme yakni (keyakinan terhadap roh-roh yang mendiami bendabenda mirip pohon, watu, sungai, gunung) dan dinamisme adalah (iktikad bahwa segala sesuatu memiliki tenaga atau kekuatan yang mampu menghipnotis kesuksesan atau kegagalan perjuangan insan dalam menjaga hidup), dan lain-lain. Kepercayaan ini sungguh berpengaruh dan mengakar di hati penduduk Indonesia.
Telah disepakati bahwa agama Islam pertama kali masuk ke Indonesia melalui Sumatera, selanjutnya penyiaran agama Islam berkembang ke pulau-pulau lain di Nusantara. Ketika kekuatan Islam makin melembaga, berdirilah kerajaan-kerajaan Islam. Sementara itu, berkat derma kerajaan-kerajaan serta upaya gigih dari para ulama, balasannya Islam hingga ke tanah Jawa.
Proses masuknya Islam ke Indonesia sampai kini masih dalam perdebatan panjang. Tiga konsentrasi pembicaraan tentang kedatangan Islam di Indonesia sejauh ini berkisar pada 3 (tiga) tema utama, yakni seputar daerah asal kedatangannya, para pembawanya, dan waktu kedatangannya. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini terdapat perdebatan panjang di antara para hebat sejarah.

Teori-teori Jalur Masuknya Islam di Indonesia, adalah : 

1. Teori Gujarat (India)

Teori ini dipopulerkan oleh seorang orientalis Belanda yang meneliti wacana Islam di Indonesia berjulukan Snouck Hurgronje. Ia menyatakan bahwa agama Islam baru masuk ke Nusantara pada kala ke-13 Masehi yang dibawa oleh para penjualdari Cambay, Gujarat, India. Memang sebagian besar Sejarahwan asal Belanda, memegang teori bahwa Islam di Indonesia berasal dari Anak Benua India.
Salah seorang ilmuwan Barat tersebut yaitu Pijnappel yang mengkaitkan asal mula Islam di Indonesia dengan kawasan Gujarat dan Malabar. Menurutnya, orang-orang Arab bermadzhab Syafi’i yang bermigrasi dan menetap di kawasan India yang menjinjing Islam ke Nusantara.
Snouck Hurgronje kemudian menyebarkan teori ini, beliau berpendapat bahwa dikala Islam tiba di beberapa kota pelabuhan Anak Benua India, banyak di antara penduduknya yang beragama Islam dan tinggal di sana sebagai pedagang mediator dalam perdagangan Timur Tengah dengan Nusantara.
Lalu mereka datang ke dunia Melayu (Indonesia) sebagai para penyebar Islam pertama, setelah itu disusul oleh orang-orang Arab. Dia menyampaikan bahwa abad ke-12 sebagai periode paling mungkin dari awal penyebaran Islam di Nusantara. Jan Pijnappel ialah seorang orientalis dari Universitas Leiden Belanda yang konsentrasi pada manuskrip Melayu.
Orientalis yang wafat tahun 1901 itu menyatakan bahwa Islam masuk ke Nusantara lewat penjualdari Gujarat. Penjelasan ini didasarkan pada seringnya kedua kawasan India dan Nusantara ini disebut dalam sejarah Nusantara klasik.
Dalam penjelasan lebih lanjut, Pijnapel memberikan logika terbalik, yaitu bahwa meskipun Islam di Nusantara dianggap sebagai hasil aktivitas orang-orang Arab, namun hal ini tidak eksklusif datang dari Arab, melainkan dari India, utamanya dari pesisir barat, dari Gujarat dan Malabar. Jika akal ini dibalik, maka dapat dinyatakan bahwa meskipun Islam di Nusantara berasal dari India, Sesungguhnya dia dibawa oleh orang-orang Arab juga. 
Selain Snouck Hurgronje dan Pijnappel, masih ada beberapa Sejarahwan Belanda yang setuju bahwa Islam di Nusantara tiba dari Gujarat, dengan alasan bahwa batu nisan makam Raja Malik al Saleh yang merupakan raja kerajaan Samudera Pasai, Aceh, bertuliskan angka tahun 686 H/1297 Masehi dengan memakai nisan yang berasal dari Gujarat, India.
Selain itu batu nisan yang terdapat di makam Maulana Malik Ibrahim di Gresik, Jawa Timur, juga memperlihatkan hal yang serupa. Kedua batu nisan tersebut memiliki persamaan bentuk dengan batu nisan yang terdapat di Cambay, Gujarat, India. Dengan beberapa argumentasi tersebut mereka meyimpulkan bahwa Islam di Nusantara berasal dari India.

2. Teori Arab (Makkah)

Teori Arab dalam sejarah masuknya Islam ke Indonesia mengatakan bahwa Islam tiba ke Indonesia secara langsung dari Arab, tidak lewat mediator bangsa lain. Beberapa bukti sejarah dikemukakan untuk menguatkan teori ini. Teori ini menyampaikan bahwa Islam masuk ke Indonesia langsung dari Makkah (Arab) selaku sentra agama Islam semenjak abad ke-7 Masehi.
Salah satu Sejarahwan yang mendukung teori ini adalah Prof. Hamka. Dia menyatakan bahwa Islam telah datang ke Indonesia pada era pertama Hijriah (abad ke 7-8 Masehi) eksklusif dari Arab dengan bukti jalur jual beli yang ramai dan bersifat internasional sudah dimulai melalui selat Malaka yang menghubungkan Dinasti Tang di China (Asia timur), Sriwijaya di Asia Tenggara, dan Bani Umayyah di Asia Barat.
Menurutnya, motivasi awal kedatangan orang Arab tidak dilandasi oleh nilai-nilai ekonomi, melainkan didorong oleh motivasi spirit penyebaran agama Islam. Dalam persepsi Hamka, jalur perdagangan antara Indonesia dengan Arab sudah berjalan jauh sebelum tarikh Masehi.
Hamka berpendapat bahwa pada tahun 625 Masehi, berdasarkan suatu naskah Tiongkok yang dicatat oleh Pendeta Budha I-Tsing yang melakukan perjalanan dari Canton menuju India. Perjalanan tersebut memakai kapal Posse, dan pada tahun 674 Masehi ia singgah di Bhoga (yang sekarang diketahui dengan Palembang, Sumatera Selatan).
Di Bhoga dia menemukan sekelompok bangsa Arab yang sudah bermukim di pantai Barat Sumatera (Barus). Sebagian orang-orang Arab ini diceritakan melakukan perkawinan dengan wanita setempat. Komunitas Arab ini disebutnya sebagai komunitas Ta­ Shih dan Posse. Mereka yakni para pedagang yang sudah usang menjalin hubungan perdagangan dengan kerajaan Sriwijaya.
Karena demi korelasi jual beli itulah kemudian kerajaan Sriwijaya menunjukkan daerah khusus untuk mereka. Selain Hamka, Thomas W Arnold juga berpandangan bahwa, para pedagang Arab sudah membuatkan Islam ketika mereka menjadi pemain dominan dalam perdagangan Barat-Timur semenjak kurun-periode awal Hijriah atau periode ke-7 dan 8 Masehi.
Meskipun tidak terdapat catatan-catatan sejarah perihal aktivitas mereka dalam penyebaran Islam, namun dia berasumsi bahwa mereka juga terlibat dalam penyebaran Islam kepada masyarakatsetempat di Indonesia. Selain kedua tokoh tersebut, beberapa tokoh Sejarahwan lain juga mendukung teori ini, antara lain Uka Tjandrasasmita, A. Hasymi, Azyumardi Azra dan lain-lain.
Selain isu tersebut, Azyumardi Azra menambahkan, bahwa ditemukannya adaptasiadaptasi lain yang dijalankan oleh bangsa Indonesia yakni atas pengaruh bangsa Arab ini. Misalnya dari sisi bahasa dan tradisi, mirip pada kata dan tradisi bersila yang sering dijalankan oleh bangsa Indonesia yang ialah tradisi yang dikerjakan oleh bangsa Arab atau Persia yang egaliter.
Disamping alasan di atas, makam Fatimah Binti Maimun di Leran Jawa Timur makin menguatkan teori ini. Fatimah binti Maimun bin Hibatullah yakni seorang perempuan beragama Islam yang wafat pada hari Jumat, 7 Rajab 475 Hijriyah (2 Desember 1082 Masehi).
Inskripsi nisan berisikan tujuh baris, dan berikut ini adalah hasil bacaan Jean Piere Moquette yang diterjemahkan oleh Muh. Yamin terhadap tulisan pada kerikil nisan tersebut:
  • Atas nama Tuhan Allah Yang Maha Penyayang dan Maha Pemurah
  • Tiap­tiap makhluk yang hidup di atas bumi itu bersifat fana
  • Tetapi tampang Tuhan­mu yang bersemarak dan gemilang itu tetap awet adanya
  • Inilah kuburan perempuan yang menjadi syahid berjulukan Fatimah binti Maimun
  • Putera Hibatu’llah yang berpulang pada hari Jumiyad dikala tujuh
  • Sudah berlewat bulan Rajab dan pada tahun 495
  • Yang menjadi kemurahan Tuhan Allah Yang Maha Tinggi
  • Bersama pula Rasulnya Mulia Selain argumen di atas, Azyumardi menjelaskan lebih lanjut ihwal masuknya Islam ke Nusantara.
Menurut Azyumardi, Islam tiba di Nusantara pada kurun ke-7 Masehi, tetapi gres dianut secara terbatas oleh para pedagang Arab yang berdagang di Nusantara, dan baru mulai tersebar dan dianut oleh penduduk Nusantara pada era ke-12, yang disebarkan oleh para sufi pengembara yang berasal dari Arab.
Alasan ini dikuatkan oleh corak Islam awal yang dianut oleh masyarakat Nusantara yakni Islam bercorak sufistik, alasannya adalah pada periode al Ghazali (Dinasti Abbasiyah) muncul sufi-sufi pengembara yang bertujuan untuk menyebarkan Islam tanpa pamrih, maka sufi-sufi inilah yang disinyalir tiba dan menyebarkan Islam di Nusantara.

3. Teori Persia (Iran)

Pencetus teori Persia ini yaitu Hoesein Djajaningrat. Teori Persia lebih menitikberatkan tinjauannya pada aspek kebudayaan yang hidup di kelompok penduduk Islam Indonesia yang dianggap mempunyai persamaan dengan Persia, di antaranya:
  • Adanya perayaan 10 Muharram atau ‘Asyura atas meninggalnya Hasan dan Husein cucu Nabi Muhammad SAW, yang sangat dijunjung oleh kaum muslim Syiah di Iran (Persia). Di Sumatra Barat, peringatan tersebut disebut dengan upacara Tabuik/ Tabut. Sedangkan di pulau Jawa ditandai dengan pembuatan Bubur Syuro.
  • Adanya kesamaan rancangan fatwa sufisme yang dianut Syaikh Siti Jenar dengan Al Hallaj, seorang sufi besar dari Persia.
  • Penggunaan ungkapan bahasa Iran (Persia) dalam sistem mengeja karakter Arab untuk gejala suara Harakat.
  • Ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik.
  • Adanya perkampungan Leren/Leran di Giri, tempat Gresik. Leren yaitu nama salah satu penunjang teori ini, ialah Umar Amir Husen dan P.A. Hussein Djayadiningrat.
Djajaningrat diketahui sebagai orang Indonesia pertama yang mempertahankan disertasi di Universitas Leiden, Belanda, pada 1913. Disertasinya tersebut berjudul Critische Beschouwing van de Sadjarah Banten (Pandangan Kritis perihal Sejarah Banten).

4. Teori China

Menurut teori China, proses kehadiran Islam ke Indonesia (terutama di Jawa) berasal dari para perantau China. Menurut teori ini, orang China sudah berhubungan dengan penduduk Indonesia jauh sebelum Islam dikenal di Indonesia. Pada periode Hindu-Buddha, etnis China atau Tiongkok telah berbaur dengan masyarakatIndonesia utamanya melalui kontak jualan . Bahkan, ajaran Islam sudah sampai di China pada kala ke-7 M, kala di mana agama ini baru meningkat .
Sumanto al-Qurtuby dalam bukunya Arus China­Islam­Jawa menyatakan, menurut kronik (sumber mancanegara) pada periode Dinasti Tang (618-960) di kawasan Kanton, Zhang-zhao, Quanzhou, dan pesisir China bab selatan, telah terdapat sejumlah pemukiman Islam. Teori China didasarkan pada sumber mancanegara (kronik) maupun setempat (babad dan hikayat).
Bahkan berdasarkan sejumlah sumber lokal tersebut ditulis bahwa raja Islam pertama di Jawa, adalah Raden Fatah dari Bintoro Demak, ialah keturunan China. Ibunya disebutkan berasal dari Campa, China bab selatan (kini tergolong Vietnam).
Berdasarkan Sejarah Banten dan Hikayat Hasanuddin, nama dan gelar rajaraja Demak beserta leluhurnya ditulis dengan menggunakan perumpamaan China, mirip “Cek Ko Po”, “Jin Bun”, “Cek Ban Cun”, “Cun Ceh”, serta “Cu-Cu”. Nama-nama mirip “Munggul” dan “Moechoel” ditafsirkan merupakan kata lain dari Mongol, sebuah kawasan di utara China yang berbatasan dengan Rusia.
Bukti-bukti lainnya yaitu masjid-masjid tua yang bernilai arsitektur Tiongkok yang didirikan oleh komunitas China di berbagai kawasan, khususnya di Pulau Jawa. Pelabuhan penting sepanjang periode ke-15 mirip Gresik, misalnya, menurut catatan-catatan China, diduduki pertama-tama oleh para pelaut dan pedagang China.
Daerah yang mula-mula mendapatkan agama Islam ialah Pantai Barat pulau Sumatera. Dari tempat itu, Islam kemudian menyebar ke seluruh Indonesia. Beberapa tempat penyebarannya yakni:
  1. Pesisir Sumatera bagian utara di Aceh
  2. Pariaman di Sumatera Barat
  3. Gresik dan Tuban di Jawa Timur
  4. Demak di Jawa Tengah
  5. Banten di Jawa Barat
  6. Palembang di Sumatera Selatan
  7. Banjar di Kalimantan Selatan
  8. Makassar di Sulawesi Selatan
  9. Ternate, Tidore, Bacan dan Jailolo di Maluku Sorong di Irian Jaya
  10. Pada dasarnya semua teori di atas masing-masing memiliki kelemahan dan kelebihan tersendiri. Tidak ada kemutlakan dan kepastian yang terperinci dalam masing-masing teori tersebut.
  Sejarah Kerajaan Islam Kesultanan Ternate

Azyumardi Azra menambahkan pula, sesungguhnya kehadiran ajaran Islam ke Indonesia datang dalam kondisi kompleksitas, artinya tidak berasal dari satu daerah saja, peran kelompok tunggal, dan tidak dalam waktu serempak.

Itulah bahasan wacana jalur masuknya Islam di Indonesia. Semoga berfaedah