Mungkin bagi seseorang yang sering mendengar kata Ittiba’ telah tak abnormal lagi. Namun, bagaimana dengan teman ?
Ittiba kepada kitab suci mempunyai arti kita berpanutan pada kitab suci dan mengamalkan segala isinya.
Ittiba terhadap Rasulullah memiliki arti kita menjadikan beliau sebagai panutan yang harus diteladani dan juga ditelusuri jejak langkahnya.
Ber-Ittiba terhadap Nabi besar Muhammad shallallahu alaihi wassallam mempunyai arti menjalani hidup dengan mengikuti apa yang dicontohkan Rasulullah, baik yang berupa amalan sunnah maupun amalan wajib, serta meninggalkan masalah perkara yang telah ditinggalkan Rasulullah, baik kasus makruh maupun haram. Meneladani pribadi Nabi dalam bermuamalah dengan sesama manusia maupun dengan makhluk ciptaan Allah yang yang lain, baik yang kasat mata maupun yang tak kasat mata.
Namun yang menjadi pertanyaan ialah :
Islam ialah jalan yang ditempuh oleh Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam.
Mempelajari Al Qur’an dan sunnah ialah jalan yang harus kita tempuh semoga kita bisa ber-Ittiba pada Rasulullah.
Rasulullah juga telah meninggalkan teladan pada para teman. Mereka yaitu generasi terbaik dari orang orang yang ber-Ittiba terhadap Nabi. Teladan inilah yang lalu juga disertai oleh para tabi’in dan tabi’ut-tabi’in. Generasi setelah para teman dan generasi sesudahnya lagi.
Firman Allah Ta’ala :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Firman Allah Ta’ala dalam surat lain :
وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَىٰ وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّىٰ وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ ۖ وَسَاءَتْ مَصِيرًا
Adapun taqlid menurut ungkapan yakni : Mengikuti perkataan yang tidak ada hujjahnya. Sebagaimana dibilang oleh Al-Imam Abu Abdillah bin Khuwaiz Mindad
Ada juga yang mengatakan bahwa taqlid yakni mengikuti perkataan orang lain tanpa mengenali dalilnya.
Makara kesimpulannya yaitu:
Wallahu a’lam