Jika menyebut merk kosmetik halal, di benak para wanita Indonesia terutama muslimah pasti langsung menyebut merek Wardah. Tidak dibantah Wardah memang sekarang sungguh melejit. Bisa kita lihat setiap event kenamaan atau selebritas nama Wardah kerap bersanding, bahkan sering muncul jadi sponsor film-film positif. Bagaimana sejarang Wardah hingga mampu melejit?
Tahun 1985 Nurhayati Subakat, pendiri label kosmetik halal Wardah, mulai membuat produk perawatan rambut. Tatkala itu ia membuat produk berkualitas, akan tetapi belum bisa jualan. Makara ia mencari tenaga-tenaga pedagang
“Alhamdulillah, tak hingga satu tahun, hampir semua salon di Tangerang, sekitar daerah produkso saua, sudah pakai produk itu.” Kata Nurhayati.
Apa yg mendasari opsi menciptakan produk berkonsep halal?
Nurhayati mengatakan pasar untuk produk perawatan rambut salon yg waktu itu ia bikinan sesungguhnya terbatas. Produk salon ini dijual dengan-cara business to business, bukan di pasar ritel.Pasar yg lebih luas itu tentu produk perawatan kulit & dekoratif (riasan). Tetapi, baginya tak mudah buatnya keluar dgn produk baru & langsung bersaing dgn merek-merek kosmetik local yg sudah besar waktu itu. Selain itu, ia pula belum memiliki pengalaman di ritel.
Ketika itu, ia menyaksikan produk kosmetik untuk muslim sebagai pasar yg belum digarap, niche market. Makara, pertama diluncurkan, Wardah pakai tagline produk halal. Tentu menurutnya ada tanggung jawab di situ. Ada proses seleksi bahan kosmetik yg halal dr permulaan.
Ketika mulai masuk pasar pada 1995, bisa dibilang Wardah gagal total. Tetapi, ia masih mampu bertahan alasannya ada back-up produk Putri. Baru pada tahun 1997 Wardah bisa jalan sendiri, tak parasite lagi buat perusahaan. Penjualan tatkala itu dikerjakan dua biro yg memasarkan dgn direct selling (penjualan dengan-cara langsung) & multilevel.
Tetapi pada tahun 2003, tampilan biro dinilai turun. Mereka karenanya memutuskan untuk menangani sendiri urusan penjualan. Dua anaknya mulai bergabung di perusahaan tatkala itu. Mereka menggarap operasional & penjualan, sedangkan suaminya, Subakat Hadi, membantu di manajemen.
“Alhamdulillah sesudah kami pegang sendiri, rata-rata tiap tahun berkembang di atas 50 persen, bahkan pernah sampai 100 persen. Sekarang penguasaan pasar Wardah sudah hingga mengungguli produk-produk industri local yg terbilang besar di Indonesia. Pertumbuhan 100 persen terjadi pada 2012-2013. Pada tahun 2014 masih berkembang 50 persen, tahun lalu pula masih tumbuh pesat,” katanya.
Sekarang Wardah beroperasi dgn dua pabrik di Jatake, Tangerang. Sekarang lua total pabrik & gudang 6,7 hektar. Perusahaan ini sekarang punya 7000 karyawan.
Apa yg membuat Wardah terus berkembang?
Ia menyebut sejak 1995, 10 persen keuntungan perusahaan dialokasikan untuk kepentingan sosial mirip beasiswa. Perusahaan ini katanya dibuat untuk memberi faedah orang banyak. [Paramuda/ Wargamasyarakat]