DAMPAK PENCEMARAN UDARA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN
Oleh:
Ripki paujan Nurkarim
(@V06-Ripki)
Abstrak
Masalah pencemaran udara pada era teknologi pada kala ini telah sampai pada tingkat yang mengkhawatirkan.Hal ini dengan kian banyaknya zat-zat polutan yang dihasilkan dari aktivitas sehari-hari. Banyaknya pabrik-pabrik industri, pembangkit listrik, dan kendaraan bermotor yang setiap harinya senantiasa menciptakan polutan serta kebakaran hutan yang mencemari udara higienis. Hal ini menjadi sumber dilema bagi keberlangsungan makhluk hidup di muka bumi ini. Udara yang sudah terkontaminasi oleh zat-zat polutan bukan saja mensugesti kesehatan insan tetapi seluruh makhluk hidup dan lingkungan juga akan terkena efek dari pencamaran udara tersebut. Pada insan akan menimbulkan penyakit berbahaya seperti gangguan pernapasan yang mampu menimbulkan akhir hayat. Pencemaran udara ada yang dapat dilihat secara pribadi, ada juga yang tidak mampu dilihat, ada yang mempunyai bacin dan ada juga yang tak berbau. Banyak masyarakat awam yang belum paham akan pentingnya mempertahankan udara higienis dan resiko akan diakibatkan oleh pencemaran udara. Dalam pengenalan proses terjadinya penyebaran pencemaran udara kepada masyarakat lazim bisa dijalankan dengan memberikan acuan secara pribadi proses pencemaran udara seperti asap polutan yang keluar dari cerobong asap pabrik. Selain secara langsung proses penyebaran pencemaran udara juga mampu dijelaskan dengan melaksanakan simulasi atau sebuah pemodelan untuk melihat sebaran polutan. Simulasi atau pemodelan yang dilakukan mampu dilakukan dengan memakai versi dispersi Gauss untuk memodelkan proses sebaran dari konsentrasi polutan.
PENDAHULUAN
Sejak manusia timbul di atas permukaan bumi, sejak dikala itu pula sesungguhnya, lingkungan hidup manusia yang alami telah mengalami perubahan. Manusia selalu berupaya untuk menghadapi tantangan alam dengan jalan melaksanakan adapatasi dengan alam, di samping itu pula manusia sering melaksanakan manipulasi lingkungan hidupnya semoga senantiasa mampu memenuhi keperluan dan keinginannya.
Manusia purba yang konon hidupnya di dalam gua, bahan makanan yang diperoleh- nya sebagai hasil penelusuran dan buruannya di alam bebas dipanggang di atas api di dalam gua. Komposisi udara alami sudah berganti, terasa pedih, berbau dan menyesakkan. Udara dalam gua terkotori. Oleh alasannya adalah itu sebenarnya, pencemaran udara sama tuanya dengan usia kedatangan manusia di atas muka bumi ini. Praktek perladangan liar dengan mengkremasi hutan, serta aktivitas masak-mengolah makanan secara berkala menciptakan aneka macam senyawa yang ternyata dapat merupakan racun, yang semula dianggap hal yang tidak patut untuk dibicarakan secara serius.
Pencemaran udara barulah dipandang sebagai suatu dilema yang sungguh penting, tatkala terjadinya peralihan dari materi bakar kayu ke materi bakar batu-bara pada permulaan masa pertengahan. Melalui revolusi industri, penggunaan kerikil-bara selaku bahan bakar kian meningkat jumlahnya. Batu-bara digunakan untuk penghangatan ruangan rumah, mengerjakan pabrik, pembangkit tenaga listrik, mengerjakan kereta api dan kendaraan beroda empat.
Dampak pencemaran udara begitu berbahaya bagi manusia, hewan, flora bahkan material yang ada di alam. Pencemaran udara pastinya berpengaruh pada kesehatan, kenyamanan sampai ketenangan dalam menjalani kehidupan baik bagi manusia atau makhluk lainnya. Tapi yang paling berpengaruh ya, pada manusia itu sendiri, dan juga penyebabnya ulahnya insan itu sendiri. Manusia selaku makhluk yang dibekali logika dan juga fikiran seharusnya dapat berperan penting dalam menjaga kelestarian lingkungannya. Sehingga manusia melaksanakan bermacam-macam upaya untuk menangani polusi udara. Untuk mengerti aneka macam upaya yang dilaksanakan maka observasi ini dilakukan. Upaya tersebut diantaranya yakni pembangunan ruang terbuka hijau, gedung hijau sampai mengatasi persoalan transportasi dengan cara menggunakan bahan bakar yang lebih aman terhadap lingkungan.
METODE
Metode yang dipakai pada penulisan artikel ini ialah pendekatan deskriptif kualitatif yang dipakai dalam metode kepustakaan atau studi literatur yakni dengan cara mencari, menelaah dan memahami data-data sepeeti isi buku-buku, dokumen, atau jurnal-jurnal ilmiah lainnya yang berhubungan dan mendukung untuk menggambarkan atau menerangkan mengenai aspek penyebab dan dampak serta upaya menangani persoalan lingkungan yang ditimbulkan dari masalah pencemaran udara. Sumber data yang dipakai pada penulisan ini ditemukan dari sumber ilmiah yang ada pada google cendikia
PEMBAHASAN
Suatu kota merupakan sesuatu tempat tinggal yang relatif besar, padat, serta permanen. Terdiri dari kelompok individu-individu yang berlainan-beda dari sisi sosial. Menurut Watt (1973) kota yang sehat yaitu bila terdapat keseimbangan dari banyak sekali kegiatan. Baik dari segi lingkungan fisik, ekonomi, dan sosialnya. Sebuah kota memiliki peran yang beragam mirip menjadi pusat perkembangan, perekonomian, pemerintah, industri, dan pusat kebudayaan dari suatu daerah. Suatu hasil observasi yang telah menandakan bahwa suhu udara di kota
lebih panas daripada lingkungan pedesaan, mirip menjadi sebuah ”pulau panas”. (Duckworth dan Sandberg (1954) dalam Watt, 1973).
Jumlah masyarakatdi kota lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakatdi desa hal itu memungkinkan memunculkan urusan lingkungan diperkotaan begitu tinggi, mirip mutu udara di desa dan di kota amat jauh berlainan. Kualitas udara dipengaruhi oleh banyak sekali acara manusia dan alam. Buruknya mutu udara pastinya akan mempengaruhi pada kesehatan masyarakatnya. Pada tahun 2005 bidang transportasi bertanggung jawab atas masuknya 20,7% dari keseluruhan karbon dioksida dari Indonesia ke atmosfer (Ernawi: 2011). Penggunaan materi bakar yang tidak ramah akan menghipnotis lingkungan yang berdampak kepada rendahnya mutu udara kota.
Bahan bakar seperti minyak, kerikil bara atau gas bumi begitu berpengaruh terhadap turunnya kualitas udara di kota, hal ini disebabkan angin yang terbuang ke udara balasan ulah industri, transportasi, perkantoran, dan rumah tangga. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, meningkat juga jumlah kendaraan bermotor beroda empat ataupun beroda dua yang disebabkan kemungkinan alasannya daya beli masyarakat meningkat. Disamping meningkatkya daya beli masyarakat, kian tinggi pula tingkat polusi akhir emisi alat transportasi. Sumber pencemaran udara yang lain berasal dari pabrik, perkantoran, rumah tangga, dan sampah. Akan tetapi transportasi ialah penyumbang paling besar kepada pencemaran udara.
Emisi kendaraan bermotor seperti senyawa kimia berbahaya bagi kesehatan insan, hewan, flora serta material sekitarnya. Dari tahun ketahun penggunaan alat transportasi terus meningkat, baik untuk keperluan eksklusif maupun sebagai angkutan lazim begitu pesat. Sebagai teladan di Indonesia, kota Jakarta mempunyai tingkat pencemaran udara telah pada level pencemaran berat apabila daripada kota lainnya di Indonesia mirip Bandung, Malang, Yogyakarta, Banjarbaru, Bogor dan Barabai. Untuk itu penggunaan kendaraan bermotor dibutuhkan dikurangi ataupun menggunakan bahan yang lebih ramah lingkungan.
Kawasan perkotaan selaku tempat tinggal banyak orang mulai menawarkan penurunan daya dukung lingkungan. Dikarenakan tingginya tingkat pencemaran udara yang dapat menghipnotis kesehatan masyarakatnya. Pembangunan di kota lebih memfokuskan ke bab sarana dan prasarana dibandingkan dengan lingkungan alam. Sehingga makin kecilnya ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan. Tempat-daerah yang hijau banyak di alih fungsikan menjadi daerah tinggal tempatwisata, pabrik, pertokoan dan lain sebagainya (N. Dahlan, 2004). Hijaunya kota mengakibatkan kota itu indah dan asri serta sejuk, nyamanan, segar, dan terbebas dari polusi dan kesemrawutan serta sehat dan cerdasnya penduduk .
Bersumber pada putusan menteri KLH No. Kep.02/Men-KLH/1988, yang diartikan dengan pencemaran udara adalah masukkannya mahluk hidup, zat, energi atau komponen lain ke udara sehingga berubahnya susunan udara. Dan juga oleh acara manusia atau proses alam sehingga mutu udara menurun sampai pada tahap tertentu yang mengakibatkan udara menjadi kurang mampu berperan lagi sesuai dengan fungsinya. Kerusakan pada udara mempunyai arti menurunnya daya dukung alam pada kehidupan yang ada, yang nanti pada waktunya akan meminimalkan kualitas kehidupan insan secara totalitas.
Manusia ialah makhluk yang dibekali logika dan juga anggapan, akan tetapi insan lah yang menjadi penyebab utama dan paling besar terjadinya pencemaran udara. Pencemaran udara merupalan salah satu masalah lingkungan, dimana kualitas udara mengalami penurunan alasannya adalah masuknya unsur-komponen berbahaya ke dalah atmosfer bumi. Unsur-bagian berbahaya itu diantaranya mirip karbon monoksida, nitrogen dioksida, chlorofluorcarbon, welirang dioksida, hidrokarbon, benda partikulat, timah, dan carbon diaoksida. Unsur-komponen itu dapat dibilang juga sebagai polutan atau materi pencemar udara. Masuknya polutan ke udara menjadikan pencemaran udara.
Pencemaran udara diakibatkan 2 faktor, yakni aspek alami dan faktor manusia. Aspek alami pemicu tercemarnya udara diantaranya, kebakaran hutan, meletusnya gunung berapi dan kegiatan mikroorganisme. Meletusnya gunung berapi mengeluarkan debu dan gas vulkanik, kebakaran hutan mengakibatkan asap yang tak anggun untuk kesehatan, acara tanaman atau hewan yang mati atau mengurai di tanah menciptakan bau-bau tak sedap. Akan namun faktor alam ini tidak sepadan dengan faktor insan. Bahkan kebakaran juga bisa disebabkan oleh manusia itu sendiri. Begitu pentingnya mempertahankan alam, kita berada ditempat yang memberikan kita kehidupan, seharusnya kita menjaga dan melestarikannya.
Penyebab pencemaran udara dapat diklasifikasikan jadi tiga yakni oleh perkotaan serta industri, oleh pedesaan/pertanian, serta oleh sumber alami. Penyebab dari perkotaan serta industri yakni berasal dari pertumbuhan dan pertumbuhan ilmu pengetahuan serta teknologi yang menimbulkan banyaknya bermunculan pabrik-pabrik industri, pembangkit listrik, serta kendaraan bermotor. Sedangkan untuk sumber dari pedesaan atau pertanian yakni akibat dari penggunaan pestisida sebagai zat senyawa kimia, virus dan zat-zat lain. Yang dipakai guna melindungi tumbuhan atau bagian tanaman. Dan untuk sumber alami bersumber dari alam, contohnya seperti abu vulkanik yang dikeluarkan akibat gunung meletus, gas vulkanik, debu yang beterbangan, amis yang tidak sedap akibat proses pembusukan sampah dan lain sebagainya (Abidin. J(2019).
Kozak serta Sudarmo dalam Purnomohadi( 1995), berpendapat bahwa ada 2 wujud emisi dari aspek ataupun senyawa pencemar udara yakni: pencemar udara primer dan pencemar udara sekunder.
1) Pencemar Udara Primer, yakni emisi komponen- komponen pencemar hawa pribadi ke suasana dari sumber- sumber diam ataupun bergerak. Pencemar hawa primer ini mempunyai waktu paruh di suasana yang besar pula, misalnya CO, CO2, NO2, SO2, CFC, Cl2, partikel debu, dll. 2) Pencemar Udara Sekunder ialah emisi pencemar hawa dari hasil proses raga serta kimia di situasi dalam wujud fotokimia( photoche
mistry) yang umumnya bertabiat reaktif serta hadapi perubahan fisik- kimiajadi faktor ataupun senyawa. Wujudnya juga berlawanan/ berganti dari dikala diemisikan hingga sesudah terdapat di situasi, misalnya ozon( O3), aldehida, hujan asam, serta yang yang lain.
Faktor insan, aneka macam acara insan menyebabkan pencemaran udara. Diantaranya yaitu melalui pabrik-pabrik industri, kendaraan bermotor, limbah pertanian, aktivitas pertambangan, pembakaran sampah, sampai sampah rumah tangga. Pabrik-pabrik industri merupakan penyebab paling besar pencemaran udara melaluli limbah asap pabrik atau industri. Asap-asap keluar dari cerobong ada yang tanpa proses penyaringan, sehingga zat yang keluar dari pabrik bisa dibilang zat yang berbahaya contohnya seperti karbon monoksida, hidrokarbon dan yang lain yang dapat mensugesti kesehatan insan, alam dan makhluk hidup lainnya. Kendaraan roda dua dan empat ialah alat transportasi yang begitu terpakai dalam kehidupan kini ini.
Asap dari kendaraan bermotor makin usang kian banyak mengikuti jumlah pemakainya, hal itu menyebabkan pencemaran udara. Limbah pertanian, misalnya seperti penggunaan pupuk yang terlalu berlebihan menimbulkan gas amonia yang terkandung dalam pupuk tersebut keluar, dan hal itu menjadi salah satu diantara penyebab hujan asam. Kegiatan pertambangan mengambil sesuatu yang ada di dalam bumi sehingga banyak polutan yang dikeluarkan, seperti materi kimia dan bubuk yang begitu banyak menjadikan itu sebagai penyebab pencemaran udara. Pembakaran sampah atau tumpukan sampah yang dilakukan oleh insan pastinya akan menghasilkan amis-anyir yang sungguh menyengat sampai mencemari udara.
Pencemaran udara ialah problem lingkungan yang tentunya memiliki efek, pada insan, hewan, tumbuhan, material atau bangunan dan juga besar lengan berkuasa pada kualitas air hujan. Dampak pencemaran udara terhadap manusia mempengaruhi kesehatannya baik secara langsung, menahun atau kronis dan dengan tanda-tanda-gejala yang mirip. Seperti gangguan susukan pernafasan, iritasi mata, dan alergi kulit hingga pada timbulnya flora kanker paru- paru. Gejala penyakit yang di akibatkan oleh pencemaran udara mensugesti daya kerja dan nilai produktivitas seseorang. Ada tiga cara masuknya zat polusi udara kedalam tubuh insan, diantaranya yaitu pernafasan, pencernaan dan penetrasi kulit.
Dampak terhadap flora atau tanaman juga mensugesti kesehatannya. Tumbuhan mempunyai tingkat kepekaan yang berpengaruh dalam mendapatkan suatu perubahan serta gangguanakibat dari pencemaran udara dan pergeseran terhadap lingkungan. Polusi udara mempengaruhi flora seperti jenis tanaman, usang usia flora, keseimbangan nutrisi yang ada didalamnya, kondisi kesehatan tanaman, suhu, kelembaban dan penerangan. Gangguan kepada tanaman yang disebabkan pencemaran udara mampu dibagi menjadi 2 kategori, yakni primer dan sekunder. Gangguan secara primer adalah terjadinya kontak secara langsung antara polutan udara dengan bab tumbuhan. Sedangkan gangguan secara sekunder ialah pencemaran yang terjadi pada tata cara akar yang berasal dari tumpukan polutan yang ada pada tanah dan permukaan air.
Dampak terhadap fauna atau hewan yang menghipnotis kesehatannya. Dampak yang terjadi pada binatang akhir pencemaran udara tidak jauh berbeda dengan efek yang terjadi pada makhluk hidup yang lain. Dampak yang terjadi terhadap binatang dapat secara eksklusif dan tidak eksklusif, secara pribadi apabila adanya interaksi lewat tata cara pernafasan sebagaimana manusia dan secara tidak pribadi lewat perantara. Misalnya mirip kuliner hewan pada tanaman atau air yang telah terkena polutan. Saat zat pencemar udara ke atmosfer kemudian bekerjasama dengan tumbuhan serta air baik melalui pengendapan atau penempelan dan pembauran, tentunya akan menghipnotis secara eksklusif terhadap tetumbuhan dan mkhluk hidup di perairan sehingga dapat menjangkit pada para hewan lewat rantai makanan yang sudah terbaur dengan zat pencemar atau polutan tersebut.
Dampak pencemaran udara terhadap material yakni kepada bangunan-bangunan, logam, batuan, kulit, dan sebagainnya mampu digambarkan sebagai balasan pencemaran udara terhadap lingkungan sekeliling. Misalnya timbulnya retakan pada permukaan dinding, yang menimbulkan terlepas dan hilangnya material dari permukaan serta berubahnya kesanggupan penahan dinding. Pengaruh pencemaran udara terhadap batuan adalah terbentuknya pelapukan batuan kapur yang umum digunakan selaku materi bangunan dan pemahatan marmer. Banyak pula bangunan-bangunan yang sudah terkena dampak dari pencemaran udara, yang mana mengakibatkan tim bulnya debu sampai menjadi kawasan reaksi kimia yang menimbulkan pelapukan. Dengan kata lain, efek dari pencemaran udara sangat mensugesti kehidupan. Baikbagi manusia, hewan, tanaman dan juga material sekitarnya. Apabila hal yang sedemikian itutidak tertuntaskan, maka akan menimbulkan efek yang lebih berbahaya lagi. Untuk itu upaya untuk menangani pencemaran udara perlu dilakukan. Berbagai macam cara dijalankan untuk mengatasinya. Sehingga terciptanya lingkungan yang sehat, asri, sejuk, dan nyaman bagi kehidupan.
Seperti yang sudah dipaparkan, imbas pencemaran udara terlalu banyak. Sehingga mengakibatkan banyak persoalan baik pada insan, binatang, flora dan material lingkungan.Menurut Program Lingkungan PBB (UNEP) terdapat 25 dilema besar pada lingkungan yangakan dijumpai oleh penduduk pada kala ke 21 ini. Salah satunya ialah pencemaran udara, yang mana ialah 20% dari semua persoalan yang ada. Oleh karena itu, mengatasi pencemaran udara juga merupakan sebuah tantangan bagi umat manusia. Secara umum untuk menangani pencemaran udara yakni menuntaskan dari akarnya yang berhubungan dengan sumber masalahnya diantaranya mengurangi konsumsi materi bakar dan mencari bahan yang lebih ramah,pembangunan RTH (Ruang Terbuka Hijau), pembangunan bangunan serta permukiman yang berkelanjutan dan fasilitas transportasi yang ramah lingkungan.
Yang pertama adalah pembangunan ruang terbuka hijau (RTH) untuk mengatasi pencemaran udara. Menurut pasal 1 ayat 10 Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 7 Tahun 2002, yang diartikan dengan RTH adalah ialah ruang kota yang berperan selaku tempat hijau semacam halaman kota, hutan kota, tamasya kota, pemakaman, pertanian, jalan hijau, serta pekarangan. RTH berbentuk hutan adalah salah satu sumber oksigen, flora pula berperan untuk menyerap karbon dioksida. Idealnya satu pohon memenuhi keperluan oksigen 2 orang. Sayangnya banyaknya pohon dari waktu kewaktu kian sedikit akibat pengalihan fungsi lahan untuk pembangunan tempat tempat tinggal dan prasarana dan sarana.
Yang kedua adalah gedung hijau, diantara sumber polusi udara yakni hasil dari buangan konsumsi energi, sehingga penghematan pemakaian energi menjadi wacana yang begitu bermakna. Pengurangan pemakaian energi mampu dicoba pada bangunan seperti gedung dengan sistem rancangan yang mengoptimalkan pencahayaan serta keadaan alami pada bab tertentu dalam bangunan gedung tersebut. Serta juga dapat menggunakan tenaga alternatif adalah tenaga matahari. Untuk mengurangi pencemaran udara dikota, gagasan bangunan hijau mampu dipakai pada gedung dengan lansekap ataupun penghijaun vertical. Emisi CO2 dari kendaraan bermotor hendak naik nantinya ke lapisan udaraatau atmosfer atas yang mau diserap oleh flora yang terdapat pada tiap lantai gedung yang bertingkat.
Berikutnya terdapat permukiman yang berkesinambungan atau berkepanjangan, problem area di kota menimbulkan munculnya pemahaman untuk membangun kota dan permukiman yang berkelanjutan. Contohnya merupakan gerakan New Urbanism yang meningkat di Amerika Serikat. Mereka yakin jika memperbaiki lingkungan kota akan terlaksana dengan penyusunan wilayah daerah tinggal yang berpatokan pada para pejalan kaki dengan meminimalkan pemakaian motor pada permukiman yang padat, beragam fungsi daerah, beragam jenis rumah, sehingga ruang terbuka hijau untuk umum semakin meningkat, interaksi sosial terus menjadi bertambah, konservasi lahan akan terbentuk dan polusi udara akan kian menurun.
Yang keempat yakni penggunaan transportasi, kemacetan lalu lintas di perkotaan menjadi penyebab tertumpuknya para pengendara sehingga menciptakan polusi udara. Kemacetan lalu lintas mampu dikurangi dengan sistem, memanajemen lalu lintas, pemaikain mode angkutanyang berpihak kepada umum serta pastinya ramah lingkungan. Serta pemakain kendaraan motor yang ramah lingkungan semacam kendaraan beroda empat listrik ataupun kendaraan beroda empat hidrogen. Bahan bakar alternatif untuk angkutandan rumah tangga juga butuh dicermati. Biogas selaku bahan bakar alternatif ialah materi bakar yang murah ketimbang materi bakar fosil yang terus menerus semakin langka.
KESIMPULAN
Jumlah masyarakatyang terlalu banyak, suatu perkotaan menjadi tempat yang paling banyak dihuni. Dengan meningkat dengan pesatnya ilmu wawasan dan teknologi, begitu banyak perubahan terjadi dalam kehidupan. Jumlah penduduk di kota lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakatdi desa hal itu dapat mengakibatkan permasalahan lingkungan diperkotaan begitu tinggi, seperti mutu udara di desa dan di kota amat jauh berlawanan. Sumber pencemaran udara lainnya berasal dari pabrik, perkantoran, rumah tangga, dan sampah. Kerusakan pada udara mempunyai arti berkurangnya daya dukung alam kepada kehidupan yang ada dan pada gilirannya nanti akan meengurangi mutu kehidupan insan secara keseluruhan. Pencemaran udara merupakan salah satu masalah lingkungan paling besar yang ada di era 21 ini.
Pencemaran udara merupakan masalah lingkungan yang pastinya mempunyai imbas, pada insan, binatang, tanaman, material atau bangunan dan juga berpengaruh pada mutu air hujan. Dengan kata lain, imbas dari pencemaran udara sangat mempengaruhi kehidupan. Baik bagi insan, hewan, tumbuhan dan juga material sekitarnya. Secara lazim untuk menangani pencemaran udara ini yakni menuntaskan sumber masalahnya apalagi dahulu yang berhubungan dengan pengurangan mengkonsumsi materi bakar dan mencari sesuatu yang lebih ramah lingkungan, pembangunan ruang terbuka yang hijau dan asri, pengerjaan bangunan dan permukiman yang berkelanjutan serta alat angkutanyang ramah terhadap lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, E. W. (2015). Pendidikan IPS Berbasis Kearifan Lokal. WAHANA Jaya Abadi. Abidin, J., & Hasibuan, F. A. (2019). Pengaruh Dampak Pencemaran Udara Terhadap Kesehatan Untuk Menambah Pemahaman Masyarakat Awam Tentang Bahaya dari Polusi Udara. Prosiding SNFUR, 4(2), 3.
Adilla, Y., Adyatma, S., & Arisanty, D. (2016). Faktor Penyebab Kerentanan Kebakaran Berdasarkan Persepsi Masyarakat di Kelurahan Melayu Kecamatan Banjarmasin Tengah. Faktor Penyebab Kerentanan Kebakaran Berdasarkan Persepsi Masyarakat Di Kelurahan Melayu Kecamatan Banjarmasin Tengah.
Basri, I. S. (2009). Jalur hijau (green belt) selaku kontrol polusi udara relevansinya dengan kualitas hidup di perkotaan. SMARTek, 7(2).
Budiyono, A. (2010). Pencemaran udara: imbas pencemaran udara pada lingkungan. Berita Dirgantara, 2(1).
Deasy, A. (2020). Faktor penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas pada daerah beresiko kecelakaan di Kecamatan Banjarmasin Tengah Ko
ta Banjarmasin. JPG (Jurnal Pendidikan Geografi), 2(3), 20-37.
Deasy, A. (2017). Identifikasi aspek-aspek kerentanan terhadap kebakaran hutan dan lahan diKecamatan Cintapuri Darussalam Kabupaten Banjar. JPG (Jurnal Pendidikan Geografi), 4(4), 23-31.
Kumalawati, R., Arisanty, D., & Riswan, M. (2016). Analisis Lokasi Tempat Penampungan Sampah Sementara (Tpss) Kecamatan Alalak Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan. Jurnal SPATIAL Wahana Komunikasi dan Informasi Geografi, 15(1), 19-22.
Kwanda, T. (2003). Pembangunan permukiman yang berkelanjutan untuk meminimalkan polusi udara. DIMENSI (Journal of Architecture and Built Environment), 31(1).
Rahardjo, P. (2012). Pengendalian Pencemaran Udara DI Perkotaan Di Kota Jakarta Dengan Pendekatan Ekosistem. In Seminar Nasional Avoer.
Simandjuntak, A. G. (2013). Pencemaran udara. Buletin Limbah, 11(1).
Sundari, E. S. (2010). Studi untuk menentukan fungsi hutan kota dalam dilema lingkungan
perkotaan. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota UNISBA, 6(2).
Utomo, M. I. H. H., Udiansyah, U., & Naemah, D. (2020). PERSEPSI MASYARAKAT TANI TENTANG PENGELOLAAN LAHAN TANPA BAKAR DI LANDASAN ULIN UTARA BANJARBARU KALIMANTAN SELATAN. Jurnal Sylva Scienteae, 2(4), 745-756.