Iklim Sekolah

PENGERTIAN 


Sarana dan prasarana sekolah, kepemimpinan kepala sekolah, lingkungan pembelajaran di kelas dan sekolah mempunyai pengaruh yang besar dalam mewujudkan sekolah yang efektif. Berhubungan dengan hal tersebut Cohen et all (dalam Pinkus, 2009:14), menyatakan:
“school climate as the quality and character of school life based on patterns of students’, parents’ and school personnel’s experience of school life and reflects norms, goals, values, interpersonal relationships, teaching and learning practices, and organizational structures” (iklim sekolah merupakan mutu dan karakter dari kehidupan sekolah, berdasarkan contoh perilaku siswa, orang renta dan pengalaman personil sekolah perihal kehidupan sekolah yang merefleksikan norma-norma, tujuan, nilai, relasi interpersonal, praktek belajar dan mengajar, serta struktur organisasi). 

Iklim sekolah ini juga mampu diartikan selaku sebuah suasana atau kualitas dari sekolah untuk membantu individu masing-masing merasa berguna secara pribadi, bermartabat dan penting secara berbarengan dapat membantu terciptanya suatu perasaan mempunyai terhadap segala sesuatu di sekitar lingkungan sekolah (Freiberg, 2005).
Pendapat yang sama tentang iklim sekolah dikemukakan oleh Litwin dan Stringer (dalam Gunbayi, 2007:1) yang menjelaskan iklim sekolah sebagai “a set of measurable properties of the work environment, perceived directly or indirectly by people who live and work in this environment and assumed to influence their motivation and behaviour”. Pendapat tersebut menyatakan bahwa iklim kerja sekolah merupakan keadaan lingkungan kerja yang dirasakan langsung maupun tidak eksklusif oleh orang-orang yang tinggal dan bekerja di lingkungan tersebut dan diasumsikan mampu kuat terhadap perilaku dan motivasi mereka.

Marshall (2002:2) mengemukakan bahwa: “(a) school climate can affect many areas and people within schools. For example, a positive school climate has been associated with fewer behavioral and emotional problems for students, (b) school climate in highrisk urban environments indicates that a positive, supportive, and culturally conscious school climate can significantly shape the degree of academic success experienced by urban students, (c) school climate research suggests that positive interpersonal relationships and maksimal learning opportunities for students in all demographic environments can increase achievement levels and reduce maladaptive behavior. (d) found that a positive school climate is associated with increased job satisfaction for school personnel. (e) research has shown that providing a positive and supportive school climate for students is important for a smooth and easy transition to a new school . (f) school climate, including trust, respect, mutual obligation, and concern for other’s welfare can have powerful effects on educators’ and learners’ interpersonal relationships as well as learners’ academic achievement and overall school progress”.

Pernyataan tersebut mampu diartikan: (a) iklim sekolah mampu menghipnotis banyak daerah dan orang-orang dalam sekolah. Misalnya, iklim sekolah yang nyata sudah dikaitkan dengan sedikit duduk perkara sikap dan emosional bagi siswa, (b) sekolah iklim di lingkungan perkotaan berisiko tinggi memperlihatkan bahwa iklim sekolah yang nyata, mendukung, dan budaya sadar secara signifikan mampu membentuk tingkat keberhasilan akademis yang dialami oleh siswa perkotaan, (c) iklim sekolah observasi menawarkan bahwa relasi interpersonal yang nyata dan potensi mencar ilmu yang maksimal bagi siswa di semua lingkungan demografi mampu meningkatkan tingkat prestasi dan mengurangi perilaku maladaptif. (d) mendapatkan bahwa iklim sekolah yang nyata bekerjasama dengan kepuasan kerja meningkat untuk personil sekolah. (e) observasi sudah memberikan bahwa memperlihatkan iklim sekolah yang positif dan mendukung bagi siswa yaitu penting untuk transisi dan gampang ke sekolah gres. (f) iklim sekolah, termasuk menghargai kepercayaan, keharusan bersama, dan perhatian untuk kesejahteraan lain mampu memiliki imbas berpengaruh terhadap pendidik dan akseptor latih ‘kekerabatan interpersonal serta prestasi akademik akseptor bimbing dan kemajuan sekolah secara keseluruhan.

  Siklus Hidup Sistem

Menurut Gilmer (dalam Hoy dan Miskel, 1991: 221) pemahaman iklim organisasi yaitu : “organizational climate as those characteristics that distinguish the organization from other organizations and that influence the behavior of peopels in the organizations” (yang dapat diartikan bahwa: iklim organisasi ialah karakteristik yang membedakan satu organisasi dengan organisasi lainnya dan mensugesti orang-orang dalam organisasi tersebut”.

Berkaitan dengan konteks sekolah, Hoy dan Miskel (1991: 221), menyatakan “school climate is a relatively enduring quality of the school environment that is experienced by participants, affects their behavior, and is based on their collective perceptions of behavior in schools” (iklim sekolah selaku mutu dari lingkungan sekolah yang terus menerus dialami oleh guru-guru, mempengaruhi tingkah laku mereka dan berdasar pada persepsi kolektif tingkah laris mereka).

Merujuk pada beberapa usulan tentang iklim sekolah yang sudah di kemukakan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa iklim kerja sekolah ialah suasana di lingkungan sekolah yang dapat mensugesti acara kerja di sekolah.

Kassabri M.K, Benbenishty R, Astor R.A, (2005) juga membagi faktor iklim sekolah atas tiga faktor: 
  1. School policy against violence that include clear, consist and fair rules Kejelasan peraturan sekolah kepada sikap kekerasan, kejelasan ini terjadi secara konsisten dan peraturan yang adil. Meliputi  pertimbangan para siswa mengenai kebijakan sekolah atau mekanisme yang mengarah pada pengurangan kekerasan.
  2. Teacher support of students Dukungan yang diberikan guru kepada siswa meliputi relasi guru dan siswa yang dapat mendukung siswa.
  3. Students participation in decision making and in the design of interventions to prevent school violence. Sejauh mana keterlibatan siswa dalam pembuatan keputusan dan desain intervensi untuk pencegahan kekerasan di sekolah. Hal ini dapat dilihat dengan mengukur perasaan responden bagaimana peran siswa dalam menyaksikan info kekerasan di sekolah


Jenis Iklim Kerja Sekolah

Iklim kerja di sekolah yang satu tidak sama dengan sekolah lainnya. Banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya perbedaan iklim kerja di sekolah, seluruhnya itu biasa disebut dengan kepribadian atau iklim sekolah. 

Berkenaan dengan perbedaan iklim di setiap sekolah, Wahab (2006:17) membagi iklim kerja di sekolah ke dalam 4 (empat) jenis, antara lain: (a) iklim kerja terbuka, (b) iklim kerja  mengikat, (c) iklim kerja tidak mengikat, dan (d) iklim kerja tertutup. Iklim organisasi terbuka ditandai oleh seorang pemimpin dan bawahannya bersikap jujur dan saling menghargai satu sama yang lain.

Senada dengan pendapat tersebut di atas Hoy dan Miskel (1991:225) menyatakan bahwa: “The versi of the open climate is portrayed as an energetic, lively organization which is moving toward its goals while, simultaneously, providing satisfaction for the group members social needs. Leadership acts emerge from both the teachers and the principal. Neither task achievement, but in both instances satisfaction seems to be obtained easily and almost effortlessly”.

Berdasarkan pendapat tersebut mampu dikatakan bahwa pada iklim kerja terbuka, semangat kerja karyawan sungguh tinggi, dorongan pimpinan untuk memotivasi karyawannya biar berprestasi sangat besar, sehingga kepuasan kerja dapat dicapai dengan mudah. Iklim kerja mengikat ditandai oleh adanya anggota organisasi yang profesional sedangkan top manajer kurang profesional. Iklim kerja tidak mengikat, bercirikan manajer sungguh agresif dan profesional, sementrara anggota organisasi kurang profesional. Iklim kerja tertutup ditandai oleh adanya pimpinan yang tidak mendukung aktivitas organisasi, bahkan justru menghambat acara organisasi. Hoy dan Miskel (1991: 226) menyebutkan:
“The prototype of the closed climate is the school which is characterized by a high degree of apathy among the teachers and principal. Morale is low. Little satisfaction is obtained with respect to either task achievement or social needs. The behavior of teachers and the principal is primarily “inauthentic,” and the organization is stagnant”.

Ungkapan tersebut di atas menggambarkan bahwa pada iklim kerja yang tertutup, semangat kerja karyawan sangat minim, dorongan pimpinan untuk memotivasi karyawannya berprestasi sangat minim, sehingga kepuasan kerja juga sangat sukar untuk didapatkan.

Berdasar jenis-jenis iklim kerja yang sudah dijelaskan di atas mampu dikenali bahwa jenis iklim kerja yang terbuka akan menumbuhkan iman antara pimpinan dengan anggota organisasi, sehingga memungkinkan untuk menumbuhkan motivasi kerja yang lebih baik bagi seluruh anggota organisasi di sekolah.

Dimensi Pengukuran Iklim Kerja Sekolah

Banyak faktor yang mampu mempengaruhi suasana kerja di sekolah. Untuk mengetahui kondisi iklim kerja disekolah mampu diukur dengan memakai banyak sekali macam dimensi. Cohen, et all (dalam Pinkus, 2009:14), menjabarkan pengukuran iklim sekolah ke dalam empat dimensi, adalah: (a) safety, (b) teaching and learning, (c) interpersonal relationships, dan (d) institutional environment. Dimensi safety terdiri atas (a) rules and norms, meliputi adanya hukum yang dikomunikasikan dengan terperinci dan dijalankan secara konsisten, ( b) physical safety meliputi perasaan siswa dan orang bau tanah yang merasa kondusif dari kerugian fisik di sekolah, dan (c) social and emotional security meliputi perasaan siswa yang merasa aman dari cemoohan, sindiran, dan pengecualian.

Dimensi teaching and learning terdiri atas: (a) support for learning, menawarkan adanya dukungan kepada praktek-praktek pengajaran, mirip balasan yang faktual dan konstruktif, dorongan untuk mengambil risiko, tantangan akademik, perhatian individual, dan peluang untuk menunjukkan pengetahuan dan kemampuan dalam berbagai cara, dan (b) social and civic learning, menawarkan adanya dukungan untuk  pengembangan wawasan dan keahlian sosial, termasuk mendengarkan secara efektif, pemecahan problem, refleksi dan tanggung jawab, serta pembuatan keputusan yang etis.

Dimensi interpersonal relationships ketiga terdiri atas: (a) respect for diversity, memperlihatkan adanya sikap saling menghargai terhadap perbedaan individu pada semua tingkatan, yaitu antara siswa dengan siswa, orang renta dengan siswa, dan orang tua dengan orang tua, (b) social support adults, memperlihatkan adanya koordinasi dan relasi yang saling mempercayai antara orang tua dengan orang tua untuk mendukung siswa dalam kaitannya dengan harapan tinggi untuk sukses, cita-cita untuk mendengar, dan kepedulian eksklusif, dan (c) social support students memperlihatkan adanya jaringan relasi untuk mendukung acara akademik dan langsung siswa. 

Dimensi institutional environment, terdiri atas (a) school connectedness/ engagement, mencakup ikatan faktual dengan sekolah, rasa memiliki, dan norma-norma umum untuk berpartisipasi dalam kehidupan sekolah bagi siswa dan keluarga, dan (b) physical surroundings, meliputi kebersihan, ketertiban, dan daya tarik akomodasi dan sumber daya dan material yang memadai.

Berdasarkan pertimbangan Litwin dan Stringer seperti yang dikutip oleh Linda Holbeche (2005:101) mengklasifikasikan dimensi iklim kerja sekolah selaku berikut :
a. Tanggung jawab, karyawan diberi keleluasaan untuk melaksanakan tugas dan menyelesaikannya, diberi motivasi yang lebih untuk melaksanakan tugas tanpa mesti senantiasa mencari kesepakatan manajer, diberi keberanian menanngung resiko dari pekerjaan tanpa rasa takut dimarahi. 
b. Fleksibilitas, karyawan diberi keleluasaan untuk lebih inovatif
c. Standar, diperlukan untuk meraih hasil yang membuat puas ditandai dengan adanya dorongan untuk maju
d. Komitmen tim, orang akan memperlihatkan apa yang terbaik yang mereka bisa lakukan kalau mereka memiliki akad kepada organisasi..
e. Kejelasan, kejelasan terhadap apa yang menjadi tujuan, tingkatan tanggung jawab, nilai-nilai organisasi. Hal ini penting dikenali oleh karyawan biar mereka tahu apa yang bahwasanya diperlukan dari mereka dan mereka mampu memberikan donasi yang tepat bagi orgganisasi. 
f. Penghargaan, karyawan dihargai sesuai dengan kinerjanya. Manajer harus lebih banyak menunjukkan pengesahan dibandingkan dengan kritikan. Sistem penawaran khusus harus dibuat untuk membantu karyawan menjangkau puncak prestasi. Kesempatan meningkat harus menggunakan penghargaan dan peningkatan kinerja.
g. Gaya kepemimpinan, dikala gaya kepemimpinan sesuai dengan suasana yang ada maka hasil akan dicapai.

Berdasarkan uraian usulan wacana dimensi iklim kerja sekolah di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan iklim kerja sekolah yaitu suasana kerja yang menghipnotis acara di sekolah yang dapat dilihat berdasarkan dimensi: (a) kekerabatan antara atasan dengan bawahan, (b) kekerabatan antara sesama anggota organisasi, (c) tanggung jawab, (d) imbalan yang adil, (e) pengendalian, struktur, dan birokrasi yang logika, dan (f) keterlibatan pegawai dan partisipasi.

Faktor yang Mempengaruhi Iklim Kerja

Faktor yang dapat mensugesti iklim kerja seperti yang sudah dikemukakan sebelumnya, yakni suasana kerja yang dapat menghipnotis kegiatan kerja. Pendapat yang menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi iklim kerja mirip yang dikemukakan oleh Renato Taguiri (dalam Owens:1995), yang menyebutkan aspek-faktor yang menghipnotis iklim kerja antara lain: 
(a) Ecologie, berafiliasi dengan faktor lingkungan fisik dan material organisasi, sebagai contoh , ukuran, usia, fasilitas dan keadaan bangunan.
(b) Milieu, bekerjasama dengan dimensi sosial pada organisasi. Termasuk ke dalam dimensi ini segala sesuatu tentang orang-orang dalam organisasi.
(c) Sosial system, bekerjasama dengan struktur organisasi dan manajemen. Termasuk dimensi ini adalah struktur organisasi sekolah, cara pengambilan keputusan dan siapa orang-orang yang terlibat di dalamnya, pola komunikasi di antara orang-orang dalam organisasi dan lain-lain.
(d) Culture, berafiliasi dengan nilai, sistim doktrin, norma dan cara berpikir yang merupakan karakteristik orang-orang dalam organisasi.