=>Hukum Menggunakan Media Sosial dalam Islam<= Berkenaan dengan kemajuan teknologi, Islam bukan agama yang menutup diri dari pertumbuhan teknologi. Akan namun Islam telah memberi batas-batas-batas-batas penggunakan teknologi agar tidak disalahgunakan. Batasan tersebut sudah ditarik kesimpulan dalam makna kemaslahatan untuk umat insan itu sendiri. Maka segala sesuatu itu bila membahayakan manusia baik kesehatan, etika atau keimanannya, maka hal tersebut mesti dihindari. Facebook, Twitter atau internet secara biasa ialah salah satu buah kemajuan teknologi. Seperti halnya Televisi, Handphone dan Radio juga bisa digunakan untuk kebaikan dan bisa juga digunakan untuk kemaksiatan.
Di zaman kini ini sudah tidak bisa di pungkiri lagi bahwa nyaris setiap orang dari mulai cukup umur, bawah umur, sampai kelompok orang bau tanah sudah niscaya mengenal yang namanya media sosial mirip facebook, WhatsApp, BBM, Twitter, YM dan masih banyak lagi yang lainnya, media sosial sangatlah baik dan banyak memperlihatkan imbas faktual bagi kehidupan manusia akan tetapi juga mampu mempunyai efek negatif kalau pengguaannya terlalu berlebihan. Bagi sobat-sobat muslim hendaknya dapat memfilter dan menentukan-milih jangan sampai penggunaan media umum menjerumuskan kita. Maka asal hukumnya, hal tersebut diatas adalah mubah. Sebab semua itu adalah media atau wasilah. Dan aturan wasilah yaitu sesuai aturan tujuannya. Menghukumi media atau wasilah dengan hukum haram mutlak atau halal mutlak ialah tidak benar. Akan namun semua akan berganti hukumnya sesuai dengan penggunaanya. Jika dipakai untuk sesuatu yang haram maka hukumnya menjadi haram dan jikalau dipakai untuk sesuatu yang halal maka hukumnya juga halal (meliputi wajib, sunnah dan makruh).
Di sini apalagi dulu penulis akan menjajal memperlihatkan dampak konkret dari media umum itu sendiri.
1. Media sosial dapat menyambung talli silahturahmi dengan kerabat, saudara, ataupun sobat-sobat yang lama yang telah tidak berjumpa , Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Rahmat itu tidak diturunkan terhadap kaum yang di dalamnya ada seorang pemutus keluarga.”(HR. Bukhari) . Dari sabda Rasulullah tersebut terperinci bahwa islam sungguh tidak suka oran yang menetapkan tali silahturahmi dan dianjurkan untuk menjalin tali silahturahmi dengan banyak orang.
2. Hal positif lainnya ialah dengan memanfaatkan media sosial kita dapat membagikan hasil karya berbentukkaligrafi, tulisan ilmiah yang tidak menyimpang dari agama Islam.
3. Media sosial juga kita dapat memanfaatkan sebagai jalan dakwah atau menyampaikan aliran islam.
4. Dengan media sosial juga kita mampu mencari jodoh yang sesuai dengan impian kita dan pastinya insya Allah sesuai pula dengan agama kita. Dalam hal ini banyak komunitas legal yang menaungi dan mewadahi.
5. Kita mampu mendapatkan banyak info yang berguna yang kita perlukan dan masih banyak lagi keunggulan yang lain.
6. Media sosial mampu digunakan untuk berbisnis
7. Media sosial mampu digunakan dalam menghubungkan diri kita dengan komunitas-komunitas pengembangan diri, seperti komunitas berguru matematika, mencar ilmu pemasaran internet, kesempatan bisnis, dan sebagainya.
8. Media sosial dapat dipakai untuk menonton video-video ceramah
9. Media sosial mampu digunakan mendownload video-video ceramah
10. Media sosial mampu menjadi sarana yang murah, bahkan gratis untuk bergerak dalam bidang sosial, pendidikan, dan ekonomi.
Memang kita ketahui bersama bahwa sosial media telah menjadi kebutuhan primer bagi sebagian orang. Bagi mereka sehari saja tidak membuka facebook seolah-olah ada yang kurang sekali dalam kehidupan. Alhamdulillah jikalau bijak, maka facebook dan media sosial mampu sungguh berguna bagi agama dan penduduk . Berikut ini damak negatif dan ujian agama yang sering terjadi bagi pengguna facebook:
- 1). Fitnah musuh jenis
Di media sosial orang-orang bebas berinteraksi dan bermuamalah. Bagi mereka yang peduli dengan batas-batas syariat maka mereka akan patuh dengan hukum syariat yaitu menghalangi dan menghemat interaksi musuh jenis yang bukan mahram, berinteraksi bila ada kebutuhan yang mendesak saja. Nah di dunia konkret mungkin mereka akan malu dan tidak berani akan namun di dunia maya lebih gampang dan tersembunyi.
Fitnah tersebut bisa jadi virus merah jambu, panah cinta dan khamer asmara yang mampu membuat mengusik asumsi dan agam seseorang. Fitnah yang lainnya lagi berbentukperselingkuhan yang berujung perceraian dan kerusakan rumah tangga, belum lagi kita dengar isu seorang perempuan yang diperkosa oleh teman facebooknya sehabis janjian berjumpa , dan banyak sekali masalah lainya. Yang berkata perihal bahaya fitnah lawan jenis bukan siapa-siapa namun Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam yang berkata, ia bersabda;
مَا تَرَكْتُ بَعْدِى فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ
“Tidaklah aku lewati sepeninggalku fitnah (cobaan) yang lebih berbahaya bagi kaum laki-laki yaitu (fitnah) perempuan.” (HR. Bukhari no.5096 dan Muslim no.7122)
Wanitapun demikian, dia kerabat kandung pria memiliki perasaan yang serupa, mempunyai kebutuhan yang sama, lebih-lebih ditambah buaian kebanggaan dan komitmen angan-angan dari laki-laki. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إنما النساء شقائق الرجال
“Sesungguhnya perempuan itu saudara kandung laki-laki.” (HR. Ahmad no.26195, hasan lighairihi, tahqiq Syu’malu Al-Arna’uth)
- 2). Fitnah gambar dan pandangan
Di media umum, gambar-gambar begitu mudahnya didapati dan terlihat. Pandangan yang mampu memacu syahwat dan melemahkan hati dan kepercayaan. Misalnya di facebook ada gambar-gambar para perempuan atau akhwat yang memajang foto mereka (entah asli atau sudah diedit), bagi pria yang dikala itu imannya tidak kuat, mereka mampu saja menikmati gambar tersebut, bagi yang telah memiliki istri maka mereka akan membanding-bandingkan sehingga tidak qanaah dan bersyukur dengan apa yang ada pada istri mereka bahkan rasa sayang bisa bermetamorfosis sikap kasar.
Belum lagi gambar-gambat iklan di samping kanan facebook yang gambar dan judulnya menciptakan pria tergoda untuk membukanya dan memang hal itu disengaja supaya memajukan kunjungan ke situs mereka. Bahaya pandangan yang haram sudah diingatkan oleh syariat dan memang kalau terkena hanya kenikmataan sesaat yang berujung penyesalan dan ketidaktenangan hati bagi mereka yang berjiwa hanif. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam berkata terhadap Ali;
يَا عَلِىُّ لاَ تُتْبِعِ النَّظْرَةَ النَّظْرَةَ فَإِنَّ لَكَ الأُولَى وَلَيْسَتْ لَكَ الآخِرَةُ
“Wahai `Ali, Janganlah kau ikuti persepsi (pertama) itu dengan persepsi (berikutnya). Pandangan (pertama) itu boleh buat kamu, tapi tidak dengan persepsi berikutnya.” (HR. Abu Dawud no.2134, dihasankan oleh Syaikh Albani)
- 3). Tidak amanah ilmiah
Alhamdulillah media sosial menjadi sarana berlomba-lomba membuatkan kebaikan. Ada yang sering share status anjuran dan catatan. Akan tetapi sering kali amanat ilmiah kurang diperhatikan dalam hal ini. Ada yang sering atau bahkan setiap hari menciptakan note tentang agama dengan cara copy-paste akan namun beliau tidak mencantumkan sumbernya, atau dia sekedar komentar sedikit lalu menisbatkan goresan pena tersebut pada dirinya. Hal ini mampu kita ketahui dikala ada seseorang yang kecewa ketika tulisan yang ia susun kemudian di posting dalam bentuk note oleh orang lain, lalu yang membuat note mengaku bahwa ini yakni karyanya. Setelah ditelusuri dan dilacak, caranya dengan memblok satu paragraf tulisan yang dia contek kemudiankita paste di mesin telusur misalnya google.
Maka akan keluar bahwa note yang beliau buat tiap hari bersumber dari situs dan blog tertentu. Ini adalah fitnah dalam agama, ujian yang lebih parah dari orang yang ingin dipuji manusia, riya’ dan angkuh dengan ilmu agamanya, akan tetapi orang mirip ini –wal’iyadzu billah ingin dipuji dan riya’ bukan alasannya adalah ilmunya akan tetapi dengan menipu. Orang yang arif agama alasannya adalah ingin dipuji manusia hukumannya keras di alam baka dan termasuk orang yang paling pertama diadili kemudian dicampakkan dalam api neraka. Dari Abi Hurairah Radhiallahu ‘anhu, ia berkata;
قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ يَقُوْلُ : إِنَّ اَوَّلَ النَّاسِ يُقْضَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ …وَرَجُلٌ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ وَعَلَّمَهُ وَقَرَأََ اْلقُرْآنَ فَأُُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَعَهَا, قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيْهَا؟ قَالَ: تَعَلَّمْتُ الْعِلْمَ وَعَلَّمْتُهُ وَقَرَأْتُ فِيْكَ اْلقُرْآنَ, قَالَ:كَذَبْتَ, وَلَكِنَّكَ تَعَلَّمْتَ الْعِلْمَ لِيُقَالَ: عَالِمٌ وَقَرَأْتَ اْلقُرْآنَ لِيُقَالَ هُوَ قَارِىءٌٌ ، فَقَدْ قِيْلَ ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى اُلْقِيَ فيِ النَّارِ,
“Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya manusia pertama yang diadili pada hari kiamat adalah orang yang mati syahid di jalan Allah… Berikutnya orang (yang diadili) adalah seorang yang menimba ilmu dan mengajarkannya serta membaca al Qur`an. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka beliau pun mengakuinya. Kemudian Allah menanyakannya: ‘Amal apakah yang sudah engkau kerjakan dengan kenikmatan-kenikmatan itu?’ Ia menjawab: ‘Aku belajar dan mengajarkannya, serta saya membaca al Qur`an hanyalah alasannya engkau.‘ Allah berkata: ‘Engkau dusta! Engkau berguru biar dikatakan seorang ‘alim (yang akil) dan engkau membaca al Qur`an agar dibilang (selaku ) seorang qari’ (pembaca al Qur`an yang baik). Memang begitulah yang dikatakan (ihwal dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) semoga menyeret atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka. “ (HR. Muslim no. 1905)
- 4). Fenomena “Mendadak Ustadz” dan “Ustadz Google”
Awalnya mungkin mampu jadi niatnya lapang dada dan nrimo ingin meyebarkan ilmu agama lewat media sosial. Akhirnya beberapa orang awam menganggap beliau yaitu seorang yang akil dan seorang ustadz yang bisa menjadi referensi masalah agama. Padahal beberapa goresan pena dan status yang ia buat awalnyacopy-paste. Ia tidak berguru ilmu ushul dan tidak mempunyai dasar ilmu agama yang besar lengan berkuasa. Akan tetapi gelar “ustadz” yang disematkan pada dirinya serta pujian orang awam menciptakan beliau lupa dan terfitnahlah agamanya. “jazakallahu khair atas ilmunya ustadz” “syukron ustadz” “sungguh bermanfaat ustadz”.
Itulah komentar-komentar berupa kebanggaan yang bisa menjadi fitnah bagi ririnya. Sehingga kalau ada yang bertanya pada ia –dengan keterbatasan ilmunya- ia gengsi menjawab “tidak tahu”. Akan namun ia mencari jawabnanya di mesin penelusuran mirip google, kemudian baru beliau berfatwa. Padahal terang belum pasti rujukan yang ia dapat benar, belum tentu kesimpulan yang ia ambil benar dan belum tentu dia tahu ternyata ada usulan lain dalam masalah tersebut. Semoga kita dilindungi dari hal ini. Karena hal ini tergolong berbicara atas nama Allah tanpa Ilmu yang ialah dosa paling besar bahkan dosanya di atas kesyirikan. Allah Subhana wa Ta’ala berfirman;
قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَالْإِثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَنْ تُشْرِكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ
“Katakanlah, “Tuhanku cuma mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan tindakan dosa, melanggar hak insan tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan(mengharamkan) mengada-selenggarakan kepada Allah apa yang tidak kau ketahui”. (Al A’raf [7] : 33).
- 5). Debat Kusir Masalah Agama
Ini juga sering terjadi di dunia maya bagi mereka yang kurang berakal dan kurang imannya. Berdebat baik persoalan agama atau masalah dunia. Dunia maya yakni wadah yang kondusif bagi mereka yang berjiwa kerdil dan pengecut. Tekadang juga debat dibarengi kata-kata berangasan dan tidak pantas bahkan mampu sampai memvonis bid’ah dan sesat bahkan kafir. Hal ini mencampakkan-buang waktu dan tidak berguna terlebih musuh debatnya yakni orang yang kolot, maka bagaimanapun beliau akan kalah dan tidak ada jalan keluar.
Sebaiknya hal ini disingkirkan dan eksklusif menutup diri atau keluar jika ada yang mulai mengajak. Karena selaku seorang muslim niat kita adalah menasehati dengan cara yang baik. Jika diterima Alhamdulillah, jikalau tidak diterima maka beliau masih saudara kita seagama yang berhak mendapatkan hak-hak persaudaraan bukan pribadi dianggap lawan dan tiada ampun. Hal ini sudah peringatkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda;
مَا ضَلَّ قَوْمٌ بَعْدَ هُدًى كَانُوْا عَلَيْهِ إِلاَّ أُوْتُوْا الْجَدَلَ، ثُمَّ قَرَأَ : مَا ضَرَبُوْهُ لَكَ إِلاَّ جَدَلاً
“Tidaklah sebuah kaum menjadi sesat setelah mereka dulunya berada di atas hidayah kecuali yang suka berdebat, kemudian dia membaca (ayat) “Mereka tidak memberikan ungkapan itu kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Imam Asy-Syafi rahimahullah berkata;
الْمِرَاءُ فِي الْعِلْمِ يُقَسِّي الْقُلُوبَ وَيُوَرِّثُ الضَّغَائِنَ
“Berdebat dalam ilmu akan membuat keras hati dan mewariskan dendam.”
- 6). Kecanduan Facebook dan Membuang-buang Waktu
Mungkin gambaran kecanduannya mirip ini: Pertama. Setelah sholat subuh pribadi buka laptop lalu login, membuka-buka status yang sudah di update tadi malam (padahal statusnya kurang bermanfaat, sekedar curhat atau coba-coba). Kedua. Kemudian di kawasan kerja, ada waktu istirahat sedikit, langsung buka facebook, update status saat kerja, terkadang status mengeluh dengan pekerjaan, membahas atasan, membicarakan hal-hal yang kurang penting, sore hari setelah istirahat juga pribadi buka facebook lagi, mencari-cari informasi modern dari link-link yang ada, awalnya berniat membuka link-link berguna, akan tetapi ada juga yang friend yang menaruh link kurang berguna, rasa ingin tau timbul jadinya sibuk dengan hal yang kurang bermanfaat. Atau karenanya terlalu sibuk mengikuti pertumbuhan politik dan artis. “kasus ini, kasus itu, skandal ini, skandal itu”. Boleh sekedar tahu tetapi terkadang kita terjerumus rasa penasaran kesudahannya terlalu mengikuti dan gegabah. Padahal kalau mendengar masalah-masalah tersebut pada umumnya kita sakit hati dengan masalah-kasus korupsi, ketidakadilan aturan dan kriminalitas yang telalu bebas disiarkan.
Ketiga. Maghribnya juga acap kali ada saja yang buka update status. Keempat. Kemudian ba’da isya menjelang tidur, buka facebook lagi, mencurahkan uneg-uneg, peristiwa dan pengalaman selama sehari, seringkali status yang mampu meniadakan pahala kita sebab riya’, mirip kita telah melakukan ibadah ini dan itu, baru selsai buka puasa sunnah dan lain-lainnya. Jika mirip ini, kapan kita menuntut ilmu, berdakwah, waktu untuk keluarga, bersosialisasi dengan penduduk dan berinfak. Memang berniat belajar di dunia maya, tetapi belajar di dunia kasatmata waktunya mesti lebih banyak, terperinci berbeda keutamaannya menghadiri majelis ilmu. Memang berniat berdakwah d idunia maya, tetapi berdakwah didunia nyata porsinya harus lebih besar, kepada orang tua, saudara dan lain-lain. Hal ini buang-buang waktu, padahal waktu sangat berharga. Rasulullah shallallahu ‘alaih wa sallam bersabda;
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ: الصِّحَّةُ وَالفَرَاغُ
“Dua kenikmatan yang sering dilalaikan oleh sebagian besar insan yakni lezat sehat dan lezat waktu luang”.(HR. Bukhari no.6412)
Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata;
ﻣﺎ ﻧﺪﻣﺖ ﻋﻠﻰ ﺷﻲﺀ ﻧﺪﻣﻲ ﻋﻠﻰ ﻳﻮﻡ ﻏﺮﺑﺖ ﴰﺴﻪ ﻧﻘﺺ ﻓﻴﻪ ﺃﺟﻠﻲ ﻭﱂ ﻳﺰﺩ ﻓﻴﻪ ﻋﻤﻠﻲ. “Tiada yang pernah kusesali selain keadaan ketika matahari tenggelam, ajalku menyusut, tetapi amalanku tidak bertambah.” (Lihat Miftahul Afkar dan Mausu’ah khutab Al-Mimbar).
Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata;
أدركت أقواما كان أحدهم أشح على عمره منه على درهمه
“Aku menjumpai beberapa kaum, salah satu dari mereka lebih pelit terhadap umurnya (waktunya) dari pada dirham (harta) mereka”( Dinukil dari “waqtuka huwa umruka”).
- 7). Masbuk (ketinggalan shalat berjamaah) sibuk facebook
Inilah fitnah facebook, keasyikan bermain-main dan ngobrol atau membuka berbaik link menciptakan lupa dan gegabah untuk shalat, sering menangguhkan shalat berjamaah di masjid padahal adzan bahkan iqamat sudah dikumandangakn. Begitu besar godaan setan untuk menarik hati, padahal shalat ialah tiang agama dan amalan yang pertama kali dihisab, jika baik maka oke seluruh amalnya dan sebaliknya. begitu besar juga keutamaan bersegera ke masjid. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;
لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ مَا فِى النِّدَاءِ وَالصَّفِّ الأَوَّلِ ثُمَّ لَمْ يَجِدُوا إِلاَّ أَنْ يَسْتَهِمُوا عَلَيْهِ لاَسْتَهَمُوا وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِى التَّهْجِيرِ لاَسْتَبَقُوا إِلَيْهِ
“Jikalau orang-orang mengetahui apa yang ada di dalam mengumandangkan adzan dan shaf pertama (berupa pahala), lalu mereka tidak mendapatkan (orang yang berhak atas itu) kecuali mereka berundi atasnya, maka pasti mereka berundi, dan jikalau mereka mengetahui apa yang ada di dalam bersegera pergi ke masjid (berupa pahala), maka mereka niscaya akan berlomba-lomba kepadanya” (HR. Bukhari dan Muslim.)
Dan lihat juga acuan ulama kita, Waki’ bin Al-Jarrah rahimahullahu Berkata;
قَالَ وَكِيْعُ بنُ الجَرَّاحِ: كَانَ الأَعْمَشُ قَرِيْباً مِنْ سَبْعِيْنَ سَنَةً لَمْ تَفُتْهُ التَّكْبِيْرَةُ الأُوْلَى
“Al-A’masy dikala mendekati umur 70 tahun namun tidak pernah tertinggal takbir pertama [takbiratul ihram shalat berjamaah].” (Siyar A’lam An-Nubala’ 6/345, Darul Hadits,Koiro, 1427 H, Asy Syamilah).
Muhammad bin Sama’ah rahimahullahu berkata;
عن محمد بن سماعه قال مكثت أربعين سنة لم تفتني التكبيرة الأولى إلا يوما واحدا ماتت فيه أمي ففاتتني صلاة واحدة في جماعة فقمت فصليت خمسا وعشرين صلاة أريد بذلك التضعيف
“Saya tinggal selama 40 tahun tidak pernah luput dari takbir pertama melainkan satu hari saja yakni hari saat Ibuku meninggal maka luput dari saya satu shalat berjamaah, lalu aku shalat sebanyak 25 kali alasannya adalah menginginkan dilipatgandakan [pahala]…” (Tahdzibut Tahdzib 9/204, Mathba’ah Dairatil Ma’berilmu, India, cet. I, 1326 H, Asy-Syamilah).
- 8). Ajang Cari Jodoh dan Ta’aruf yang Tidak Syar’i
Dunia maya adalah jalan yang paling kondusif bagi mereka yang mencari jodoh tidak pada jalurnya yang tepat. Atau dimanfaatkan bagi mereka yang sekedar ingin bermain “bara api cinta” padahal tidak ada tujuan menikah. Jadilah pacaran berkedok ta’aruf atau TTM (Ta’aruf Tapi Mesra). Dunia maya bukan tempat yang anggun untuk mencari jodoh alasannya eksklusif, sikap dan ilmu agamanya belum tentu positif dan sama di dunia yang bekerjsama.
- 9). Sering Update Status Nasehat Tetapi Tidak Berusaha Dilaksanakan
Sebagian ada orang yang sering membagikan saran dan status ilmu agama, baik dari dirinya atau share dari status orang lain. Akan namun beliau tidak berusaha melaksanakan nasehat tersebut, bahkan beliau yang melakukan banyak sekali larangan dalam usulan tersebut. Sudah berbagai nasehat yang ia nasehatkan kepada orang lain akan namun dia lupa dengan dirinya sendiri. Semoga Allah melindungi kita dari hal mirip ini. Karena hal ini ancamannya besar dan keras. Allah Ta’ala berfirman;
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu menyampaikan sesuatu yang tidak kamu kerjakan. Hal (itu) sangatlah dibenci di sisi Allah kalau kau menyampaikan apa-apa yang tidak kau kerjakan.” (Ash-Shaff: 3)
- 10). Malas dan Lalai Menuntut Ilmu Agama Di majelis Ilmu Dunia Nyata
Banyaknya sarana untuk mendapatkan ilmu di dunia maya membuat orang merasa cukup. Banyak tulisan-goresan pena di web dan blog, tinggal mencari keyword maka yang ingin dicari akan didapatkan. Begitu juga dengan link-link kajian dan rekaman kajian membuat orang merasa malas dan mencukupkan diri dengan berguru agama di dunia maya. Padahal berguru agama total di dunia maya berbahaya bagi mereka yang pemula dan tidak mempunyai dasar ilmu agama yang baik dan benar. Kemudian berbagai macam keistimewaan menghadiri majelis ilmu eksklusif, bertemu dengan sobat yang shalih dan shalihah atau menyaksikan etika ustadz atau guru. Maka ini tidak kita dapati di dunia maya. Semoga goresan pena ini bisa bermanfaat untuk kita semua, sehingga kita mampu menggunakan media umum secara bijaksana.