Hamzah bin Abdul Muthalib dan Umar bin Khattab Masuk Islam

Kerasnya penyiksaan kafir Quraisy terhadap kaum muslimin, membuat Rasulullah memerintahkan sebagian teman untuk hijrah. Maka puluhan teman hijrah ke habasyah. Bahkan pada gelombang kedua, 101 sahabat & sahabiyah pergi ke Habasyah dipimpin Ja’far bin Abu Thalib.

Quraisy Mengancam Abu Thalib

Melihat pertumbuhan Islam tak bisa dihentikan, bahkan seratusan orang sudah hijrah ke Habasyah, orang-orang Quraisy kian geram. Mereka pun kembali mengunjungi Abu Thalib. Mengancam Abu Thalib kalau tak menghentikan keponakannya, mereka sendiri yg akan membunuhnya.

Dalam kondisi cemas, Abu Thalib mengutus Nabi Muhammad berhenti. “Wahai anak saudaraku, bahu-membahu kaummu telah mendatangiku. Lalu mereka berkata begini & begini. Maka hentikanlah dakwahmu demi gue & dirimu. Jangan membebaniku di luar kesanggupanku.”

Mendengar itu, Rasulullah menjawab dgn sepenuh ketekunan. “Wahai Paman, seandainya mereka meletakkan matahari di tangan kananku & bulan di tangan kiriku supaya gue menghentikan dakwah ini, niscaya gue tak akan menghentikannya sampai Allah memenangkannya atau gue binasa karenanya.”

Abu Thalib menangis. Air mata membasahi janggutnya. “Pergilah anak saudaraku. Katakan apapun yg kau suka & gue tak akan pernah menyerahkanmu pada siapa saja.”

Para pemuka Quraisy kembali kecewa. Lalu mereka datang lagi dgn memberikan Ammarah bin Walid bin Mughirah. Namun mereka kembali menelan ludah saat Abu Thalib tegas menolaknya.

Hamzah bin Abdul Muthalib Masuk Islam

Saat siksaan pada kaum muslimin kian keras, Allah memberikan penguatan. Pemuda gagah perkasa, Hamzah bin Abdul Muthalib masuk Islam. Bulan Dzulhijjah, tahun keenam kenabian.

  1 Jam Pertolongan Allah

Masuk Islamnya Hamzah diawali dr kekejaman Abu Jahal menyakiti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Saat Rasulullah berada di bukit Shafa, Abu Jahal bertubi-tubi mencacinya. Rasulullah hanya membisu, tak meladeninya. Abu Jahal naik pitam kemudian memukuli dia. Bahkan menghantam kepala Rasulullah dgn watu hingga memar & berdarah.

Budak perempuan Abdullah bin Jud’an yg menyaksikan insiden itu bertemu Hamzah yg gres pulang berburu. Pada perwira perkasa itu, ia ceritakan apa yg Abu Jahal lakukan pada Rasululullah.

Mendengar itu, masih dgn membawa busur, Hamzah bergegas mencari Abu Jahal. Di akrab Ka’bah, Hamzah mendapati Abu Jahal sedang mengobrol bareng rekan-rekannya. Tanpa basa-basi, Hamzah langsung menghampiri Abu Jahal.

“Hai orang hina! Engkau berani menyakiti keponakanku padahal gue sudah memeluk agamanya?!” Kata-kata Hamzah yg lantang membuat Abu Jahal & orang-orang Quraisy terguncang.

Belum hilang keterkejutan Abu Jahal, pukulan Hamzah sudah mendarat di kepalanya. Entah berapa kali Hamzah memukulkan busurnya ke kepala Abu Jahal. Yang pasti, kepala yg congkak itu terluka & berdarah.

Melihat tokohnya dipukuli, orang-orang dr Bani Makhzum bangkit hendak mengeroyok Hamzah. Orang-orang dr Bani Hasyim pula bangun, siap membela Hamzah. Abu Jahal menahan kaumnya. “Biarkan Abu Imarah (julukan Hamzah). Aku memang sudah mencaci keponakannya dgn cacian yg sangat jelek.”

Umar bin Khattab Masuk Islam

Setelah hadirnya seberkas cahaya dgn masuk Islamnya Hamzah, cahaya yg lebih terang datang. Umar bin Khattab masuk Islam. Umar masuk Islam tiga hari sesudah masuk Islamnya Hamzah. Masih di bulan Dzulhijjah.

Sudah lama Rasulullah mendoakan Umar. Beliau menyadari bahwa usaha Islam perlu dikuatkan dgn hadirnya orang-orang kuat & besar lengan berkuasa. Maka dia berdoa: “Ya Allah, kokohkanlah Islam ini dgn salah satu dr dua orang yg paling Engkau cintai, Umar bin Khattab atau Amr bin Hisyam.”

  Hukum Merayakan Tahun Baru dan 10 Alasan Mengapa Haram

Keduanya ialah tokoh. Keduanya yaitu orang kuat. Namanya sama-sama terdiri dr karakter ‘ain, mim & ra’. Amr bin Hisyam adalah Abu Jahal. Dan Allah lebih menyayangi Umar ketimbang Abu Jahal.

Sebenarnya, dlm hati Umar sudah ada benih-benih iman saat mendengar Rasulullah membaca Surat Al Haqqah dlm shalatnya di Ka’bah. Namun fanatisme Umar masih menghalanginya untuk masuk Islam.

Suatu hari di bulan Dzulhijjah tahun keenam kenabian, Umar pergi dgn mengacungkan pedang. Tujuannya mencari Rasulullah & membunuhnya. Ia geram karena merasa kaumnya menjadi berpecah belah & meninggalkan aliran nenek moyang.

“Mau ke mana engkau,” tanya Nu’aim bin Abdullah dikala berpapasan dgn Umar.
“Aku mau membunuh Muhammad.”
“Kalau kau-sekalian membunuh Muhammad, apakah kau-sekalian siap menghadapi pembalasan Bani Hasyim & Bani Zaharh?”
“Apa kau-sekalian pula sudah meninggalkan agama nenek moyang hingga membela Muhammad?”
“Bahkan adik perempuan & iparmu pula sudah meninggalkan agama nenek moyang kita.”

Mendengar itu, harga diri Umar terganggu. Ia tak jadi mencari Rasulullah, tapi kini melangkahkan kaki menuju rumah adiknya, Fatimah.

Sebelum hingga di pintu, Umar sudah mendengar lamat-laman bacaan Al Qur’an.

“Bacaan apa yg barusan gue dengar?” Umar eksklusif masuk. Khabab bergerak lebih cepat. Ia menyelinap ke potongan belakang rumah. Namun Fatimah tak sempat menyembunyikah shahifah (lembaran Al Quran) yg bertuliskan Surat Thaha. Hari itu memang waktunya mereka berguru Al Quran. Khabab bin Al Art yg mengajari mereka.

“Tidak, hanya sekedar perbincangan di antara kami.”
“Tampaknya kalian sudah mengikuti agama Muhammad.”

“Wahai Umar, bagaimana kalau kebenaran itu ada pada agama selain agamamu?” Pertanyaan iparnya itu membuat Umar murka. Ia menendangnya dgn keras hingga iparnya jatuh. Saat Umar melayangkan pukulan, Fatimah yg hendak menyelamatkan suaminya terkena pukulan itu hingga parasnya berdarah.

  Salah Kaprah Memahami “Tahun Kesedihan” Rasulullah SAW, Ini Penjelasannya

Melihat adiknya berdarah, Umar menyesal. “Berikan kitab yg tadi kalian baca.”
“Sesungguhnya kau-sekalian najis & tak ada yg boleh menyentuhnya kecuali dlm keadaan suci,” kata Fatimah. Mandilah dahulu jikalau ingin menyentuhnya.”

Umar berdasarkan. Setelah mandi, ia baca shahifah tersebut. Baru membaca basmalah, Umar sudah tertegun dgn kalimat thayyibah itu. “Sungguh nama-nama yg suci & indah.”

Ketika hingga pada ayat:

إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي

Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku & dirikanlah shalat untuk mengenang Aku. (QS. Thaha: 14)

Umar bergetar. “Alangkah indah & mulianya kalam ini. Kalau begitu, antarkan gue menghadap Muhammad.”

Umar yg tadinya berangkat dr rumah untuk membunuh Rasulullah, kini tiba menghadap Rasulullah untuk bersyahadat. Menjadi tokoh Islam yg kuat.

Masuk Islamnya Umar disambut takbir para teman. Lalu Umar merekomendasikan untuk thawaf terang-terangan di Ka’bah. Agar orang-orang jahiliyah menyaksikan inilah kaum muslimin. Rasulullah menyetujui tawaran itu. Maka kaum muslimin membentuk dua barisan. Satu dipimpin Umar, satu dipimpin Hamzah. Mereka thawaf mengelili Ka’bah, sementara orang-orang musyirik Makkah cuma mampu terperangah. [Muchlisin BK/Wargamasyarakat]

< Sebelumnya Berikutnya >
Hijrah ke Habasyah  Tahun Duka Cita
Selengkapnya (urut per bagian)
Sirah Nabawiyah