Banyak orang heran dgn Muswil & Musda berbarengan PKS yg digelar pada 27 & 28 Desember kemarin. Kok bisa dlm waktu sehari terjadi suksesi kepemimpinan di 34 provinsi. Lalu hari selanjutnya, suksesi kepemimpinan di 514 kabupaten/kota seluruh Indonesia. Dan semuanya berjalan tanpa hambatan tanpa gejolak.
Banyak orang heran alasannya mungkin yg terbayang, partai politik identik dgn berebut jabatan. Penuh intrik, saling sikut meskipun antar teman. Bagi-bagi uang semoga menempati kursi pimpinan. Bahkan ada yg menjebak rekannya dgn adegan kemaksiatan. Ada pula yg ajang penyeleksian bermetamorfosis ajang kursi melayang. Semua terekam dlm pemberitaan.
Maka menyaksikan Muswil & Musda PKS, rasanya seperti menemukan oase di tengah sahara. Menemukan cita-cita di tengah rasa frustasi & gejala putus asa. Ternyata masih ada orang-orang yg menatap kepemimpinan bukanlah kehormatan yg mesti diperebutkan. Namun, ia ialah amanah yg harus dipertanggungjawabkan.
Ternyata masih ada orang-orang yg tak kuasa menahan air mata ketika namanya disebut menjadi Ketua. Terbayang betapa berat pertangungjawabannya. Masih ada istri-istri yg menangis saat tahu suaminya diamanahi menjadi pemimpin di wilayahnya. Sebaliknya, ada orang-orang yg bernafas lega alasannya adalah amanah telah diangkat dr pundaknya. Ada istri-istri yg bersyukur, suaminya akan lebih banyak waktu untuk keluarga. Padahal belum pasti. Karena mampu jadi amanah yg tak kalah berat sudah menunggu.
Ada hal lain yg mungkin terlewatkan. Muswil & Musda bersamaan sudah meminimalkan dana sekitar Rp 20 miliar. Anggap saja Muswil di hotel dgn bermacam-macam program pendukungnya menghabiskan dana Rp 150 juta. Dikalikan 34 provinsi, ketemu Rp 5,1 miliar. Lalu anggap saja Musda membutuhkan dana Rp 30 juta. Dikalikan 514 kabupaten.kota, ketemu Rp 15,4 miliar.
Kok besar pikiran anggaran Muswil & Musda? Itu cuma asumsi rata-rata. Jauh lebih murah dr partai lain yg kalau kita baca di info minimal menghabiskan dua kali lipatnya.
Mengapa PKS bisa seperti itu? Hadza min fadhli Rabbi. Tentu ini adalah anugerah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Proses kaderisasi menjadi salah satu kuncinya.
Di PKS, tak ada yg instan melompat tiba-datang. Namun setiap kader ditempa beberapa tahun lamanya. Agar menyayangi Allah & Rasul-Nya, agar siap berjuang bersama partai untuk memajukan bangsa & negara.
Maka setiap kader siap memimpin kalau diminta. Tapi pantang berebut jabatan baginya. Maka setiap kader siap menempati pos mana pun sesuai amanah yg ditugaskan. Tapi pantang meminta-minta posisi baginya.
Semoga 2024, PKS mendapatkan kemenangan yg gemilang. Bisa memimpin negeri ini. Pemimpin yg melayani. Sebagaimana tagline PKS semenjak Munas: Bersama Melayani Rakyat. [Muchlisin BK/Wargamasyarakat]