Guru Besar Kedokteran Ugm Bikin Komik Untuk Jelaskan Insan Purba Sangiran

SERBABISA: Prof Etty Indriati menerangkan komiknya wacana insan purba Sangiran di UGM kemarin. Foto: Bahana/Radar Jogja

Serba Sejarah – GURU besar Fakultas Kedokteran UGM ini termasuk langka. Selain pakar di bidang keilmuannya, Prof drg Etty Indriati PhD mahir menciptakan komik, menulis novel, dan melukis. 
————-
BAHANA, Jogjakarta
————
Komik karya Prof Etty itu berjudul Warisan Budaya dan Manusia Purba Indonesia Sangiran. Memang bukan karya yang gres beredar di pasaran. Buku setebal 48 halaman itu sudah terbit pada 2009. Meski begitu, hingga sekarang Etty terus mempromosikan buah penanya itu karena menilai penting untuk dikenali orang lain.

Itu sebabnya, kemarin pagi (5/2) Etty menemui para wartawan di ruang Fortakgama (Forum Wartawan Kampus Gadjah Mada) UGM, Jogjakarta, untuk menceritakan komiknya. Dengan santai, gubes elok berpotongan rambut pendek itu membeberkan alasan mengapa dirinya perlu menciptakan komik untuk menjelaskan manusia purba yang pernah hidup di Sangiran, Sragen, Jawa Tengah.

“Informasi tentang peninggalan zaman prasejarah di Indonesia harus dikenalkan kepada penduduk . Sebab, kenyataannya, objek observasi tersebut justru lebih banyak dimanfaatkan oleh peneliti ajaib untuk memperkaya khazanah ilmu pengetahuan mereka sendiri,” tutur perempuan kelahiran Surakarta, 14 November 1963, itu.

Komik full colour itu diterbitkan dalam dua bahasa. Yakni, bahasa Indonesia dan Inggris. Komik tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjelang Presiden Amerika Serikat Barack Obama datang ke Indonesia. “Tapi, tidak ada kaitan apa-apa (dengan kedatangan Barack Obama). Kebetulan saja waktunya bersamaan.”

Meski menyandang gelar guru besar di fakultas kedokteran, kenyataannya Etty lebih banyak menekuni benda-benda purba. Hal itu terkait dengan keahliannya di bidang antropologi forensik dan paleoantropologi. 

“Saya ingin memopulerkan bidang paleoantropologi dengan komik. Dengan cara ini pula, dibutuhkan anak-anak mau mengasihi khazanah kepurbakalaan,” terang lulusan Fakultas Kedokteran Gigi UGM 1987 itu. 

Menurut Etty, Indonesia sangat kaya dengan beragam budaya dan benda-benda purbakala. Sayang, kekayaan itu cuma diajarkan di kelas. Belum banyak yang menuangkan ke dalam komik. Padahal, jikalau keanekaragaman budaya itu dituangkan dalam bentuk komik, diyakini bawah umur akan lebih kepincutmempelajarinya.

Etty menjelaskan, komik merupakan hasil dari bakatnya di bidang melukis. “Komik itu penggabungan dari aktivitas meneliti, menulis, dan melukis,” kata penulis novel Cokelat Postmertem dan buku kumpulan puisi Jejak Tuhan itu.

Dia berharap, komiknya mampu menumbuhkan minat penduduk mempelajari paleoantropologi. Keberadaan komik mampu mempermudah pengertian wacana sebuah ilmu. Bahkan, ilmu yang termasuk berat sekalipun.

Etty menceritakan, inspirasi pembuatan komik itu berawal dari pertanyaan seorang anaknya yang ketika itu berumur dua tahun tentang gambar dan foto-foto tentang situs insan purba Sangiran. Dari pertanyaan tersebut, mau tidak ingin, Etty mesti bisa menerangkan kepada buah hatinya dengan jelas.  

“Dari pertanyaan sederhana anak saya itulah muncul ide aku untuk membuat komik,” terperinci ibunda Ceria Amalia, 15, dan Jeremy Mulia, 7, itu. 

Komik karya Etty bercerita perihal manusia purba homo erectus. Di dalamnya diberi ilustrasi gambar, foto, serta sedikit kisah. Agar ringan dan mudah dimengerti, komik itu tidak banyak membahas perjalanan insan purba yang dulu tinggal di Sangiran. Komik tersebut lebih banyak membahas hal yang sifatnya sederhana mirip membedakan antara fosil cangkang kura-kura purba dan tulang tengkorak manusia purba.

Etty juga membuktikan otak insan purba. Menurut observasi Etty, otak manusia dari kala ke abad mempunyai perbedaan alasannya mengalami pertumbuhan. Pada zaman purba, otak manusia hanya berkapasitas 800 cc hingga 1.000 cc. Tapi, kini kapasitas otak insan berkembangmenjadi 1.200 cc. 

“Kita mikir terus sehingga fungsi dan morfologinya berubah. Otak manusia sekarang lebih bundar dan lebih besar bila ketimbang otak manusia purba. Kaprikornus ada perubahan bentuk,” terperinci alumnus S-2 dan S-3 di University of Chicago, AS, tersebut.

Etty juga ingin menyampaikan terhadap penduduk bahwa dulu lokasi Sangiran menjadi sentra kehidupan insan purba homo erectus bersama berbagai ekologi yang ada. Sangiran menjadi daerah residensial manusia purba alasannya adalah bentuknya berbentukcekungan yang besar. 

“Daerah yang berdemografi mirip itu menciptakan insan purba merasa lebih terlindungi,” jelasnya.

Etty beropini, homo erectus tidak hidup berdampingan dengan homo sapiens. Sebagai insan purba paling terbaru, homo sapiens ialah insan purba yang menjadi nenek moyang manusia saat ini. 

Pendapatnya tersebut telah dibuktikan dari observasi perihal masa hidup dua insan purba itu. Homo erectus hidup sekitar 250.000 tahun kemudian dan punah. Setelah itu, masuk kehidupan homo sapiens yang periode kehidupannya gres sekitar 40.000 tahun kemudian.

Etty mulai melaksanakan observasi ihwal benda-benda purbakala sejak masuk menjadi staf di FK UGM pada 1988. “Sudah nyaris 25 tahun saya bergelut di bidang peneletian. Ketika itu, saya ikut observasi Prof Teuku Jacob,” jelasnya.

Untuk menumbuhkan kecintaan terhadap benda-benda purbakala, kata Etty, orang renta harus mempunyai tugas yang besar semoga bawah umur kepincut untuk mempelajarinya. Etty akan terus menulis dan membuat komik untuk membantu anak-anak semoga menyenangi bidang kepurbakalaan. 

Tidak hanya itu, Etty juga mempunyai planning menulis komik tentang korupsi di Indonesia yang belakangan marak terungkap. “Inilah peran akademisi. Dia tidak cuma di fakultas, tetapi juga mesti mau turun ke lapangan. Istilahnya turun gunung,” tandasnya.


sumber: http://www.jpnn.com/read/2013/02/06/157178/Guru-Besar-Kedokteran-UGM-Bikin-Komik-untuk-Jelaskan-Manusia-Purba-Sangiran-