“Pada awal dua dasawarsa terakhir era kedua puluh, kita memperoleh diri kita berada dalam sebuah krisis global yang serius, yaitu suatu krisis kompleks dan multidemensional yang segi-seginya menyentuh setiap faktor kehidupan kesehatan dan mata pencaharian, mutu lingkungan dan korelasi sosial, ekonomi, teknologi, dan politik. Krisis ini ialah krisis dalm dimensi-dimensi intelektual, watak dan spriritual, sebuah krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam catatan sejarah insan. Untuk pertama kalinya kita dihadapkan pada bahaya kepunahan ras manusia yang faktual dan bentuk kehidupan di palanet ini”. (Fritjof Capra,1981).
Kalimat-kalimat di atas yaitu pengalan paragraf dari pendahuluan yang berjudul Krisis dan transformasi, dalam bukunya Fritjof Capra yang berjudul Titik Balik Peradaban. Kalimat-kalimat di atas menggambarkan perihal globalisasi dan krisis multidimensional yang dihadapi oleh umat manusia. Tidak bisa disangkal bahwa kenyataan ini sudah dan tengah kita alami bersama. Barangkali tidak butuhkita banyak bertanya bagi orang yang bisa berpikir pasti akan akan segera tanggap dan langsung merasakannya.
Kehidupan manusia memang sedang dihadapkan pada tanda-tanda globalisasi, dimana globalisasi ini akan menerjang semua orang. Kalau Gelombang Tsunami menerjang mereka yang hidup di pantai dan sekitarnya maka globalisasi tidak padang bulu baik di pantai maupun dipegunungan semua akan dibabat habis. Sebetulnya apa sesungguhnya globalisasi ini. Beberapa pengertian globalisasi akan memberikan pemahaman terhadap kita, apa bahu-membahu globalisasi ini. Menurut Engking Suwarman (2005), dalam perkuliahaan dia menerangkan beberapa definisi globalisasi yaitu “Proses terkenal diseluruh dunia penuhdengan pergeseran yang cepat dan radikal diberbagai aspek kehidupan manusia. Proses meningkatkan tingkatan kemakmuran masyarakat dari negara meningkat setara dengan yang ada dinegara maju. Proses membuat ketergantungan negara bekembang dri negara maju”. Dari pemahaman-pemahaman tersebut selanjutnya dapat diketahui Faktor-aspek pendorong globalisasi, dampaknya serta tantangan globalisasi.
Bahasan serupa mirip diungkapkan oleh Marta Tilaar. “Proses informastisasi yang cepat karerna kemajuaan teknologi kian menciptakan horison kehidpan di planet dunia ini semakin meluas dan sekaligus dunia makin mengerut”. Menurutnya hal ini memiliki arti berbagai masalah kehidupan manusia menjadi problem global atau setidak-tidaknya tidak dapat dilepaskan dari perangaruh insiden di potongan bumi lain, baik maslah politik, ekonomi, maupun sosial. Pendidikan bertugas untukmengembangkan kesadaran atas tanggung jawab setiap warga negara kepada kelanjutan hidupnya, bukan saja kepada lingkungan masyarakatnya, dan negara, juga terhadap kehidupan manusia. Dalam konstalasi global ini pendidikan berperan sungguh mayoritas. Karena pendidikan ini akan mengembangkan taraf kecerdasan insan. Hanya insan yang cerdaslah yang mampu menghadapi tantangan globalisasi ini.
Tantangan lain yang mewarnai kehidupan manusai sampaumur ini yakni kearah dunia yang lebih mementingkan nilai-nilai kemanusiaan, baik dalam usahanya untuk pengaturan kehidupan politik maupun sosial ekonomi. Hancurnya tata cara pemerintahan yang mementingkan kekuasaan atau absolut ialah wujud harapan manusia utnuk menuntuk kehidupan kemerdekaan sejati. Dalam bidang kesejahteraan contohnya The World Summit for Children di PBB menawarkan kepedulian pemerintah kepada evakuasi generasi muda terutama nasim bawah umur selaku generasi penerus abab 21. Usaha yang mementingkan nilai-nilai kemanusiaan dalam pendidikan telah melahirkan kembali pendekatan pendidikan yang mementingkan pengembangan kreativitas dalam kepribadian anak. Inilah disebut gerakan humanisasi dalam proses pendidikan. Gerakan humnaisasi ini meminta reformasi yang fundamental dalam pendidikan dalam metodologi belajr hingga dengan administrasi dan penyusunan rencana pendidikan. Disinyalir masih banyak negara yang belum siap untuk menghadapi pergeseran global, hal ini menuntut reformasi pendidikan yang meminta pendekatan gres perihal makna kehidupan, restrukturisasi pendidikan nasional, pembiasaan peranan pendidikan dalam dunia yang meningkat . Semua pedoman ini meminta penilaian kembali terhdap tujuan pendidikan, kurikulum, proses pendidikan, serta restrukturisasi manajemen pendidikan.
Humanisasi kehidupan insan berhubungan bersahabat dengan demokratisasi kehidupan insan. Demokrasi yaitu penghormatan kepda nilai-nilai kemanusiaan. Demorasi ini memungkinkan kreativitas manusia dalam kenaikan kehidupannya. Demokratisasi pendidikan mempunyai imbas yang sungguh besar dalam proses perencanaan dan manajemen pendidikan. Dalam hal ini menuntut pergantian dari sistem perencanaan dan manajemen pendidikan yang birokratik menjadi tata cara penyusunan rencana dan administrasi yang terbuka.
Kenyataanya di Indonesia masih kental dengan sistem manajemen pendidikan yang sentralistik dan birokratik. Di abad globalisasi ini metode manajemen yang demikian sudah tidak cocok lagi. Sistem penyusunan rencana dan administrasi pendidikan nasional harus bersifa terbuka dan fleksibel. Oleh alhasil menuntut pergantian dari yang birokratik yang condong kental dengan kekuasaan menjelma terbuka dan cenderung partisipatoris, artinya perencanaan dan administrasi mesti melibatkan semua pihak. Dengan demikian pendidikan akan disesuaikan dengan keperluan riil manusia atau penduduk .