Mistik Titik Pertemuan Jawa Dengan Islam
Agama Islam yang masuk di Indonesia (Jawa) ialah agama Islam yang telah banyak terpadu atau terpengaruh oleh mistik di Persia dan India. Dunia gaib inilah yang memang merupakan titik pertemuan Kebudayaan Jawa dengan bagian-bagian agama Islam. Demikian pula filsafat Jawa tidak luput dari perpaduan dengan filsafat Islam, walaupun terdapat hal-hal pokok yang kurang sepadan.
Mistik Jawa yang bersifat sinkretis menyebabkan kesusahan dalam pelacakan dalam memperoleh gaib Jawa yang murni, utamanya disebabkan oleh tidak adanya kitab-kitab peninggalan yang melulu mengajarkan soal mistik Jawa maupun filsafat Jawa. Misalnya, apa dan bagaimanakah ajaran yang bahu-membahu dari sunan Kalijaga, Sunan Giri dan sebagainya, tidak ada yang menjadi jaminan keasliannya, bahwa fatwa yang ada itu benar-benar ditulis atau diajarkan oleh para Wali. Cerita – kisah tentang tokoh-tokoh Islam di Jawa ataupun kaum mistiknya telah bercampur dengan kisah-dongeng legenda atau mitos.
Dalam hal itu, berbedalah kondisi mistik Islam di Sumatra, Mistik Islam di Sumatra lebih jelas ketimbang Jawa. Tokoh – tokoh gaib Hamzah Fansyusri, Syamsuddin Ar-Raniri dan sebagainya, meninggalkan karya tulis yang terjamin keasliannya. Dengan demikian pedoman-ajarannya dapat dimengerti dengan pasti. Artinya, mampu diketahui maksud ia-dia yang bekerjsama, bahkan terang pula pada umumnya berupa rumus – rumus yang secara sepintas lintas susah diketahui, kecuali dengan petunjuk guru. Oleh sebab itu, dapatlah dimengerti eksklusif – eksklusif beliau, sebab karya tulisnya bersifat eksklusif dan murni, sesuai dengan gaib Islam yang belum bercampur dengan unsur-komponen lain. Sumber artikel : Kebudayaan Jawa Perpaduannya Dengan Islam Oleh : H. Karkono Kamajaya Partokusumo Tahun 1999