VARIASI KEBAYA
Sekitar tahun 1500-1600, di Pulau Jawa, kebaya yakni pakaian yang hanya dikenakan keluarga kerajaan Jawa. Kebaya juga menjadi pakaian yang dikenakan keluarga Kesultanan Cirebon, Kesultanan Mataram dan penerusnya Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.
Selama era kendali Belanda di pulau itu, perempuan-perempuan Eropa mulai mengenakan kebaya sebagai pakaian resmi. Selama kurun ini, kebaya diubah dari hanya memakai barang tenunan mori memakai sutera dengan sulaman warna-warni. Pakaian yang seperti yang disebut “nyonya kebaya” diciptakan pertama kali oleh orang-orang Peranakan dari Melaka.
Mereka mengenakannya dengan sarung dan sepatu cantik bermanik-manik yang disebut “kasut manek”. Kini, nyonya kebaya sedang mengalami pembaharuan, dan juga terkenal di antara wanita non-Asia. Variasi kebaya yang lain juga digunakan keturunan Tionghoa Indonesia di Cirebon, Pekalongan, Semarang, Lasem, Tuban dan Surabay…Dari Wikipedia.
Dua wanita di Minahasa berkebaya. Foto dibuat sekitar tahun 1900. Koleksi: KTL |
Potret dua wanita Eropa, satu mengenakan gaun dan satu mengenakan sarung dan kebaya. Tahun 1895-1915. Koleksi : Tropenmuseum |
Potret Nyonya Van der Willegen dengan anaknya Johan Harmen Rudolf Tahun 1920-1921. Foto koleksi Tropenmuseum |
Lize van Breda ketika mengenakan kain jarik dan kebaya, Lokasi di Bogor tanggal 24 Juli 1904. Koleksi Tropenmuseum |
Portret wanita Eropa bernama M.A. van Gesseler Verschuir Foto dibuat antara 1910-1915. Koleksi Troppenmuseum |