[Filsafat Sejarah; Islam Iptek] Bahan Basic Pelatihan (Lk 1) Himpunan Mahasiswa Islam

Hubungan dengan bahan lain

  1. Pada bahan sebelumnya membicarakan wacana pertumbuhan peradaban insan sedang pada bahan ini membahas wacana pandangan Islam kepada sains.
  2. Pada bahan ini membicarakan tentang kemajuan sains dansumbangsih terhadap peradaban umat Islam sedang materi berikutnya membicarakan wacana persoalan keummatan.

Tujuan Instruksional

  1. Peserta bisa menjabarkan sejarah perkembangan sains berikut institusionalisasinya.
  2. Peserta bisa memahami peran sains terhadap peradaban.
  3. Peserta mengerti pandangan Islam kepada Iptek.

Definisi
Dari materi sebelumnya sudah dijelaskan tentang Islam berikut pandangan Islam terhadap manusia. Dalam evaluasi intelektual dan spiritual insan yang sedikit demi sedikit, Allah SWT menurunkan Islam secara sedikit demi sedikit pula. Hingga pada zaman Rasulullah Muhammad al Mustafa (salawat atasnya), Islam telah disempurnakan.

Iptek sebagai akronim ilmu wawasan dan teknologi memiliki beberap penafsiran. Ilmu bagi aliran barat ialah kumpulan pengetahuan sejenis yang tersistematisir. Ilmu dikenal dengan istilah science (sains). Sebagai contoh ilmu fisika yakni kumpulan wawasan wacana hukum-hukum material semesta yang tersusun. Pengetahuan ialah hasil abstraksi fatwa insan kepada suatu objek. Pengetahuan dikenal dengan istilah knowledge. Sedang teknologi ialah hasil kreasi sains dan wawasan manusia dalam menciptakan alat untuk mempermudah keperluan manusia.

Dalam Islam, ilmu berasal dari akar kat ‘ilm yang derivasinya antara lain ulama, alim, muallim, yuallimu, dan sebagainya. Ilmu sendiri memiliki arti tahu. Artinya dalam khazanah ajaran Islam tidak ada pendikotomian antara sains dan pengetahuan Ilmu itu satu, namun sudut pandang insan menjadikan ada perbedaan antara cabang satu dengan lainnya.

Perkembangan IPTEK

Perkembangan Iptek dimulai dari semenjak permulaan sejarah insan. Tercatat dalam teks kesejarahan peradaban China, Mesir, Bablyon, Assyria, Funisia, dan sebagainya. Terdapat jejak-jejak kemajuan teknologi dan pedoman manusia.

Namun yang paling lazim dalam membicarakan kemajuan peradaban yaitu sejarah Yunani dan Romawi. Hal ini mungkin disebabkan oleh peranan barat dalam mendominasi gosip.

Pada mulanya, di Yunani muncul pemikir Alam yang mengkaji tentang asal muassal kehidupan. Tokoh-tokohnya, antara lain Thales, Anaximender, Anaxagoras dan lain-lain.

Setelah itu timbul kaum sophis. Sophis dalam bahasa Yunani mempunyai arti bijak, arif, pintar, terpelajar. Mereka timbul dengan kerelativan segala sesuatu. Tokohnya antara lain yakni Pyrrho.

Efek dari kaum sophis yaitu timbul keresahaan penduduk pada ketika itu. Muncul lalu Socrates yang dengan kerendah hatiannya bukannya mengaku sebagai orang cerdas, berakal bakir sebagaimana kaum sophis. Socrates malah menyampaikan bahwa dirinya yaitu pecinta kearifan (Philo=cinta dan Sophis=kearifan).

  Anutan Feminisme

Socrates menggagas wacana kemutlakan sebagai tantangan dari kerelativan. Pengikut Socrates ihwal kemutlakan yakni Plato muridnya dan Aristoteles. Plato memahami bahwa yang mutlak adalah realitas.

Filsafat yakni berikir secara radikal dan sistematis. Radikal berasal dari bahasa Yunani Radix yang mempunyai arti akar. Radikal bermakna mengakar. Berfikir radikal bermakna mempertanyakan sesuatu sampai keakar-akarnya. Sistematis bermakna tersusun.

Dari filsafat kemudian membicarakan tiga aspek. Pertama sumber pengetahuan yaitu Epistimologi, kedua nilai wawasan yang berkaitan esensi dan eksistensi susuatu yakni Ontologi dan ketiga nilai guna sesuatu yakni Aksiolgi.

Pemikiran yang radikal dan sistematis berdasar objek kajiannya dibedakan antara filsafat alam dan insan. Pembahasan ihwal hakikat alam kemudian melahirkan ilmu-ilmu alam, sedang pembahasan ihwal insan melahirkan ilmu-ilmu humaniora. Inilah alas an sehingga dibilang bahwa filsafat yaitu induk semua ilmu pengetahuan.

Dalam pertumbuhan kemudian, sehabis bergnatinya tradisi intelektual menjadi tradisi bar-bar Romawi, ilmu wawasan makin redup di barat dan memasuki fase kegelapan. Namun sebaliknya dalam penduduk Islam, filsafat warisan Yunani lalu dipermak, ilmu wawasan makin berkembang. Ini terbukti dengan pertumbuhan umat Islam pada zaman tersebut dan banyaknya tokoh-tokoh pemikir Islam.

Hal ini terjadi karena adab Islam sendiri yang mendukung pertumbuhan Iptek dan umat Islam terbuka dalam interaksi antar kebudayaan.

Islam menatap bahwa ilmu itu satu adanya, tetapi adaptasi dalam material sehingga kelihatan berbeda. Sebagai gambaran, cahaya itu satu. Tetapi dikala melewati prismamakaakan terbentuk spectrum warna.

Dilandasi dengan konsepsi mirip ini maka umat Islam mempelajari semua bidang Ilmu. Tidak ada pembatasan ilmu duniawi dan ilmu ukhrawi. Kegiatan mempelajari semua disebut dengan “kulliyat”. Kulli bermakna semua, Kulliyat mengalami perkembangan makna menjadi mempelajari semua bidang ilmu. Tempat belajar disebut dengan universitas. Dalam sejarah umat Islam, universitas pertama yang didirikan ialah universitas al-azhar di Mesir. Wajar lalu kalau tokoh yang timbul ialah tokoh yang menguasai filsafat, agama, bahasa, seni, kedokteran, astronomi, dan sebagainya. Perkembangan iptek kemudian member sumbangsih besar kepada peradaban umat Islam.

Seiring dengan kemunduran Islam, balasan otoritas agamawan yang mengintervensi dunia intelektual dan serangan dari luar umat Islam, ilmu wawasan lalu bermigrasi ke Eropa. Tradisi mempelajari semua (Kulliyat) tetap dipertahankan di barat melalui institusionalisasi universitas. Terdapat keserasian makna antara kulliyat dengan universitas yang berasal dari kata universe yang berarti menyeluruh.

Eropa lalu perlahan membangun peradabannya dan memninggalkan zaman kegelapannya. Tapi sayang, kemerdekaan intelektual dikekang oleh pihak gereja sebagai pemengan otoritas. Temuan sains di zaman itu bahwa matahari yakni sentra alam semesta (Heliosentris) dan bumi lingkaran. Pendapat ini sungguh bertentangan dengan teks kitab yang hanya gereja miliki otoritas untuk menafsirkannya. Gereja berpendapat bahwa bumi yaitu pusat alam semesta (geosentris) dan bumi itu datar.

Banyak pemikir yang harus dipancung dan dibunuh gara-gara bertentangan dengan pertimbangan gereja. Galileo dipaksa mencabut pernyataannya, kopernikus direpresi dan ratusan terpaksa mati.

Untunglah gelombang perlawanan intelektual tidak mati seiring ajal para pemikir. Muncul pelaut-pelaut yang mencoba mengelilingi bumi untuk menerangkan bahwa usulan bumi datar itu salah. Kaum ilmuwan kemudian menjajal memisahkan antara agama dan ilmu yang melahirkan sekularisasi. Sekularisasi berakibat sains kehilangan spirit ketuhanannya disatu sisi, tapi berkembangnya sains balasan hilangnya intervensi agama. Perkembangan sains pada saat itu merupakan tonggak zaman reinasans (reinassance) atau kelahiran kembali. Maksudnya, kembalinya Berjaya eropa dalam hal penguasaan iptek.

Selanjutnya pada kisaran masa 16-17, timbul pemikir-pemikir baru yang melahirkan tonggak kemajuan peradaban. Newton dengan aturan newtonnya telah meletakkan fondasi kearah kemajuan teknologi. Muncul juga Rene Descartes dengan Cogito Ergo Sum-nya yang menenteng filsafat maju beberapa langkah. Masih banyak tokoh yang tidak sempat disebutkan namanya. Pada fase ini disebut dengan zaman pencerahaan atau aufklarung.

Dalam beberapa usang lalu, James Watt memperoleh mesin uap yang menandai revolusi industry. Reovolusi indusrti sendiri banyak mengganti paras dunia alasannya mempengaruhi teladan interaksi penduduk dari agraris menjadi industrialis.

Seperti dihujani rezeki, penemuan beruntun seperti gelombang radio, pesawat, listrik, telepon, televisi, kendaraan, nuklir dan seterusnya. Hingga beberapa decade kemudian didapatkan computer, internet yang menimbulkan manusia kian termudahkan.

Peran IPTEK Terhadap Peradaban
Perkembangan iptek seperti pisau bersisi dua, satu sisi ia membuat lebih mudah manusia, disisi lain justru menghacurkan kemanusiaan. Nuklir, misalnya, menyediakan energy yang melimpah. Tapi juga menjadi senjata pemusnah massal.

  Kebijakan Keuangan Negara : Utang Luar Negeri

Kondisi social politik juga mensugesti kemajuan iptek. Disaat perang acuh taacuh berkecamuk, senjata kimia, senjata biologi, alat perang dan berikut perlengkapannya mengalami perubahan signifikan.

Sebaliknya perkembangan iptek juga turut menghipnotis peradaban manusia. Ditemukannya pesawat, telepon, internet, dan teknologi informasi yang menimbulkan batasan antar Negara seakan tidak tersekat lagi. Pola interaksi insan mengalami pergantian, selaku pola muncul electronic government dan eloktronic commerce pada kawasan ekonomi dan politik.

Akibatnya dari menciutnya batas-batas dunia adalah interaksi kebudayaan. Namun interaksi ini mengarahkan pada dominasi dan hegemoni suatu kebudayaan pada kebudayaan lain. Yang menyedihkan adalah justru umat Islam menjadi sasaran hegemoni dan dominasi.
Inti dari peranan Iptek kepada peradaban yakni memudahkan insan. Akan tetapi mirip dibahasakan diawal bahwa iptek punya dua segi berlawanan. Persoalannya adalah siapa yang menguasai Iptek akan memilih balasan iptek bagi peradaban. Apakah bersifat destrktif atau malah bersifat konstruktif.

Pandangan Islam Terhadap IPTEK

Islam selaku permintaan bagi manusia untuk meraih keamanan di dunia dan diakhirat menatap bahwa insan ialah khalifah fil ardh berdasar tujuan penciptaan insan.

Untuk itu manusia dibekali dengan logika selaku sumber Iptek. Olehnya, iptek sebenarnya harulah menjadi alat bagi manusia untuk mendekatkan diri bagi sang khalik.

Islam tidak mengajarkan mmatnya untuk kembali pada zaman unta dan kuda selaku alat transportasi.islam tidak mengajarkan untuk jumud, masa ndeso kepada pertumbuhan iptek.islam tidak mengajarkan untuk menusai iptek untuk spirit ilahiyah. Islam tidak mengajarkan sekularisasi seperti di Barat. Islam tidak mengajarkan untuk sekedar hanya menyanggupi keperluan material belaka.

Islam dari hadirnya menyindir agar manusia berpikir. Islam senantiasa mendorong akan perkembangan fatwa dan penguasaan iptek sebagai fasilitas untuk mendekatkan diri pada Allah. Kecuali beberapa orang agamawan yang mengaku mempunyai otoritas tuhan yang menyebabakan stagnasi intelektual.

Islam tidak mengajarkan umatnya untuk kembali pada zaman unta dan kuda selaku alat transportasi. Islam tidak mengajarkan untuk jumud, era bodoh kepada perkembangan iptek. Islam tidak mengajarkan untuk menguasai iptek untuk spirit ilahiyah. Islam tidak mengajarkan sekularisasi mirip di barat. Islam tidak mengajarkan untuk cuma sekadar menyanggupi kebutuhan material belaka.

Wallahu A’lam…