Evapotranspirasi: Pengertian, Faktor, dan Cara Menghitung

Evapotranspirasi adalah salah satu proses yg sangat penting dlm keberjalanan siklus air.

Siklus air ini berperan dlm mengembalikan air menuju atmosfir, sehingga siklus air berulang dengan-cara konstan. Proses ini pula penting dlm perhitungan air, terutama untuk tanaman.

Evapotranspirasi sendiri terbagi menjadi dua proses, yakni proses evaporasi & pula proses transpirasi. Kedua ini memiliki proses terjadi yg berlainan-beda.

Namun, keduanya sama-sama memindahkan air dr permukaan bumi ke atmosfer.

Pengertian Evapotranspirasi

Evapotranspirasi intinya adalah kombinasi proses kehilangan air dr sebuah lahan menuju ke atmosfer lewat dua proses yakni evaporasi & transpirasi.

Evaporasi yakni proses dimana air diubah menjadi uap air & selanjutnya uap air tersebut dipindahkan dr permukaan lahan melalui proses penguapan ke atmosfer.

Proses ini terjadi pada aneka macam jenis permukaan seperti danau, sungai, lahan pertanian, maupun dr vegetasi yg berair. Evaporasi terjadi karena air yg ada di permukaan dipanaskan oleh radiasi matahari sehingga berubah wujud menjadi uap.

Sedangkan transpirasi yaitu penguapan air yg berasal dr tanaman, selaku akhir dr adanya proses fotosintesis yg menghasilkan oksigen & pula uap air.

Jika dijelaskan dengan-cara teknis, transpirasi yaitu pergerakan air dr dlm tanah menuju pembuluh jaringan yg ada di tumbuhan.

Air yg sudah masuk ke dlm jaringan vaskular, atau jaringan lain di dlm metode perpindahan air di tanaman, maka air tersebut akan keluar dr tumbuhan lewat jaringan stomata atau kutikula.

Pengeluaran air lewat stomata ini karena proses fotosintesis yg diwadahi oleh cairan klorofil pada daun. Air tersebut kemudian akan menguap tatkala terkena panas matahari & naik menuju atmosfir.

Proses evapotranspirasi merupakan proses yg penting dlm siklus air & proses daur biogeokimia lainnya.

Air ini bisa mempengaruhi banyak faktor, diantaranya ialah menghipnotis debit pada sungai, kapasitas air pada waduk, kapasitas pompa irigasi, & penggunaan konsumsi air pada tanaman.

Proses evapotranspirasi ini pula mensugesti kelembapan udara yg ada di lapisan atmosfer. Tatkala udara sudah lembap & meraih kapasitasnya, maka air yg ada akan turun kembali ke bumi dlm bentuk hujan.

 

Evapotranspirasi Potensial & Aktual

Evapotranspirasi potensial & aktual

Evapotranspirasi mampu dibedakan menjadi dua yaitu evapotranspirasi memiliki peluang (ETp) & evapotranspirasi Aktual (ETa). Kedua istilah ini memiliki kemiripan, tetapi pada dasarnya konsepnya berlawanan.

Evapotranspirasi Potensial (ETp)

Evapotranspirasi memiliki potensi (ETp) yakni evapotranspirasi yg mungkin terjadi pada suatu permukaan tanah dgn keadaan tutupan vegetasi tertentu.

ETp terjadi tatkala air tanah tak terbatas & tumbuhan berada dlm tahap pertumbuhan aktif dgn epilog tanah sarat . Tingkat ETp untuk jenis tanaman tertentu biasanya bergantung pada kondisi meteorologi di wilayah tersebut.

Umumnya, evapotranspirasi berpeluang ini dijumlah oleh stasiun cuaca & dijadikan evapotranspirasi referensi (ETo) untuk wilayah tersebut & sekitarnya.

Selain itu, ada pula evapotranspirasi tanaman persyaratan (ETc) & evapotranspirasi tanaman yg sudah diadaptasi (ETc adj)

 

Evapotranspirasi Aktual (ETa)

Evapotranspirasi konkret atau disebut selaku penggunaan air konsumsi merupakan jumlah air yg sesungguhnya hilang dlm proses evapotranspirasi.

Jika terdapat jumlah air yg sungguh banyak di tanah tersebut, maka angka evapotranspirasi faktual akan mendekati evapotranspirasi potensial atau bahkan mempunyai nilai yg sama.

ETa ini dipengaruhi oleh faktor-faktor yg mempengaruhi tumbuhan & faktor fisik yg ada di wilayah tersebut.

 

Faktor yg Mempengaruhi Evapotranspirasi

Faktor yg mempengaruhi evapotranspirasi

Terdapat beberapa faktor yg mensugesti proses evapotranspirasi pada sebuah wilayah.

Faktor ini dapat dibedakan menjadi faktor yg mempengaruhi evapotranspirasi dengan-cara lazim & faktor-faktor yg menghipnotis evaporasi & transpirasi.

Faktor-faktor dengan-cara biasa yg mempengaruhi evapotranspirasi pada suatu wilayah yakni

  • Karakteristik vegetasi
  • Ketersediaan air tanah
  • Angin & Kelembapan udara
  • Sinar matahari

Agar kalian lebih paham, kita akan membahas dengan-cara lebih dlm setiap faktor tersebut dibawah ini

Karakteristik Tanaman

Tanaman ternyata mempunyai tugas yg penting dlm proses evapotranspirasi. Walaupun ia hanya menyumbang 10 persen dr jumlah total air di atmosfir, karakteristik vegetasi akan menghipnotis laju transpirasi di sebuah wilayah.

Salah satu faktor yg mempengaruhi transpirasi pada tanaman yakni lebar daun dr tumbuhan tersebut. Semakin lebar daun, maka semakin tinggi laju air yg diuapkan melalui daun-daunnya.

Contoh dr tanaman yg memiliki daun lebar & mengeluarkan uap air banyak adalah pohon-pohon di hutan hujan. Bandingkan dgn pohon konifer pada lintang utara ataupun pohon kaktus di gurun yg memiliki daun sungguh kecil atau bahkan menjarum.

Selain itu, untuk tumbuhan yg akarnya menancap lebih dlm ke tanah, maka air yg di transpirasikan lebih banyak karena lebih banyak air yg diserap.

Sedangkan untuk tumbuhan semak, yg akarnya hanya berada di permukaan tanah, atau tak menancap di tanah terlalu dalam, ia hanya mentranspirasikan sedikit air.

Apalagi bila tanaman tersebut bukan merupakan tumbuhan berkayu. Tinggi dr tumbuhan semak pula tak setinggi tanamannya kayu, & hal tersebut mempengaruhi proses transpirasi.

 

Ketersediaan Air di Tanah

Aspek kedua yg mensugesti evapotranspirasi ialah banyaknya air yg tersedia di dlm tanah.

Jika tanah tersebut merupakan reservoir utama air, maka tingkat evaporasinya tinggi. Hal yg sama pula terjadi pada kawasan dgn tangkapan air yg besar, kelembapan tanah yg dimiliki pula lebih tinggi.

Ketika hujan turun, tanah ini akan menyerap kelembapan & air dr hujan, sehingga bisa mengubah keunggulan air yg di evaporasikan sebelumnya.

Daerah reservoir utama umumnya terletak pada tempat yg posisi tanahnya tinggi, lantaran ia pula harus mengalirkan air ke drainase sungai kepingan hilir.

Ketika ekspresi dominan kemarau, ketersediaan air tanah yg menipis pula mensugesti proses ini. Sebab di musim kemarau, proses evapotranspirasi terjadi & mengakibatkan air di tanah menjadi menipis.

Akan tetapi hal tersebut tak akan berjalan lama, karena sesudah isu terkini berganti, maka jumlah air yg berkurang akan terisi kembali.

 

Radiasi Matahari

Aspek klimatologi pula berperan dlm proses ini, diantaranya yakni radiasi matahari.

Sebagai sumber cahaya yg akan memanaskan tanah, air & pula tanaman, matahari akan menguapkan air & menghasilkan proses evaporasi pada tempat genangan air & transpirasi pada tumbuhan.

Air yg dipanaskan tersebut akan berganti bentuk menjadi uap air & naik ke atmosfer. Hal inilah yg disebut selaku evaporasi pada permukaan bumi.

Proses yg mirip tetapi tak sama terjadi pada tanaman yg sistemnya lebih kompleks.

Ketika terkena radiasi matahari, akan terjadi proses fotosintesis pada daun-daun tanaman. Proses ini menjadikan stomata pada tanaman akan terbuka. Tatkala stomata terbuka, air akan menguap & tanaman akan kehilangan air dr proses tersebut.

 

Angin & Kelembapan Udara

Angin merupakan penunjang dlm proses evapotranspirasi ini, alasannya ia akan menjadi medium mekanis yg mengangkat air dr permukaan bumi.

Bertiupnya angin ini pula mengangkat air dr permukaan daun serta tumbuhan, kemudian mendistribusikannya ke udara.

Kelembapan udara pula menawarkan dampak kepada proses evapotranspirasi. Semakin rendah kelembapan udara, maka uap air yg mungkin mengalami evapotranspirasi menjadi makin tinggi.

 

Faktor yg Mempengaruhi Evaporasi

Menurut Ward (1967), faktor-faktor yg mensugesti evaporasi antara lain yakni faktor meteorologi, faktor geografis, & faktor-faktor lainnya.

Faktor meteorologi yg mensugesti evaporasi antara lain adalah

  • Radiasi matahari
  • Suhu udara & permukaan
  • Kelembaban
  • Angin
  • Tekanan barometer

Faktor geografis yg mensugesti evaporasi antara lain ialah

  • Kualitas air (warna, salinitas & lain-yang lain)
  • Ukuran permukaan air
  • Bentuk permukaan air.

Sedangkan, faktor-faktor lain yg menghipnotis evaporasi antara lain adalah

  • Kandungan lengas tanah
  • Karakteristik kapiler tanah
  • Jeluk tampang air tanah
  • Warna tanah
  • Aspek tutupan lahan & vegetasi
  • Ketersediaan air (hujan, irigasi, & lain-lainnya)

Faktor-faktor diatas ini akan mempengaruhi dinamika evaporasi & evapotranspirasi dengan-cara biasa .

 

Lysimeter untuk Menghitung Evapotranspirasi

Skema lysimeter untuk menghitung evapotranspirasi

Salah satu metode untuk mengkalkulasikan evapotranspirasi yg paling akurat ialah dgn menggunakan lysimeter.

Alat ukur ini nantinya akan ditempatkan pada stasiun-stasiun cuaca untuk memonitor evapotranspirasi di wilayah tersebut. Evapotranspirasi yg diukur ialah evapotranspirasi memiliki peluang.

Alat ukur ini akan mengukur laju evapotranspirasi pada sebuah wilayah yg terbatas saja.

Dengan penyebaran wilayah yg terbatas maka diperlukan lysimeter dlm jumlah banyak untuk menghitung evapotranspirasi di suatu wilayah.

Laju evapotranspirasi dr sebuah wilayah dapat dihitung dgn memakai rumus

EP =  H + S-Pk – P

Dimana
EP = Evapotranspirasi (memiliki peluang)
H = Curah hujan
S = Air siraman
Pk = Air perkolasi
P = Jumlah air untuk penjenuhan tanah hingga tercapai kapasitas lapang

Dalam prakteknya P diisi = 0, karenanya  nilai EP yg diperoleh merupakan nilai evapotranspirasi memiliki potensi (ETp). Jika nilai P diisi dgn nilai tertentu maka EP yg dihasilkan menjadi nilai evaporasi positif (ETa)

Cara Menggunakan Lysimeter

Untuk menggunakan lysimeter dlm mengkalkulasikan evapotranspirasi di suatu wilayah, kalian mampu mengikuti tindakan dibawah ini

  1. Pengamatan dilaksanakan saban hari pukul 17.00 waktu setempat.
  2. Curah hujan yakni akumulasi hujan mulai pukul 17 waktu lokal hari ini hingga dgn pukul 17.00 keesokan hari. Intinya ialah harus 24 jam pengamatannya
  3. Air siraman yaitu volume air yg dikonversi menjadi tinggi air dlm bejana lysimeter yg disiramkan pada permulaan pengamatan. Jika dlm 24 jam terjadi hujan, maka pada hari pengamatan tak perlu lagi dilakukan penyiraman,
  4. Air perkolasi adalah volume air yg dikonversi menjadi tinggi air dlm baskom lysimeter yg berhasil disedot pompa pada ketika pengamatan
  5. P diisi “0”
  6. Semua nilai tersebut dimasukkan pada rumus di atas yg alhasil menjadi nilai EP pada hari pengamatan tersebut.

Setelah mengikuti semua proses diatas, sebaiknya kalian sudah bisa mendapatkan nilai evapotranspirasi memiliki potensi dr wilayah yg sedang kalian perhatikan.

 

Cara Menghitung Evapotranspirasi

Cara menghitung evapotranspirasi

Diatas sudah dijelaskan perihal alat lysimeter yg dapat dipakai untuk mengkalkulasikan laju evapotranspirasi di suatu wilayah. Sekarang, kita akan membahas mengenai rumus-rumus & metode perkiraan yg dapat digunakan.

Berikut ini adalah rumus-rumus yg kerap digunakan untuk menghitung evapotranspirasi pada sebuah wilayah

Metode Penman – Montheith FAO

Rumus & metode dlm cara penghitungan ini menunjukkan hasil yg paling akurat dibandingkan dgn cara lainnya. Metode ini direkomendasikan oleh FAO untuk mengkalkulasikan laju evapotranspirasi di suatu wilayah

Metode ini menggunakan metode perhitungan dengan-cara kompleks, alasannya data yg dimasukkan ke dlm rumus cukup banyak.

Penman-Monteith menggunakan rumus dibawah ini untuk menjumlah laju evapotranspirasi di sebuah wilayah

Rumus Penman Montheith untuk menghitung evapotranspirasi

ETo : Evapotranspirasi contoh (mm/hari),
Rn : Radiasi netto pada permukaan tumbuhan (MJ/m²/hari),
G : Kerapatan panas terus-menerus pada tanah (MJ/m²/hari),
T : Temperatur harian rata-rata pada ketinggian 2 m (°C),
u: Kecepatan angin pada ketinggian 2 m (m/s),
e: Tekanan uap jenuh (kPa),
ea : Tekanan uap aktual (kPa),
g  : Konstanta psychrometric (kPa/°C)
D : Kurva kemiringan tekanan uap (kPa/°C),

Beberapa kajian menyebutkan proses hitung memakai cara ini memiliki kemiripan sebanyak 0,93 persen dr metode pengukuran memakai Lysimeter.

 

Metode Blaney Criddle

Metode kedua yg dipakai ialah metode Blaney Criddle yg cukup sederhana, namun tetap bisa menjumlah proses evapotranspirasi yg terjadi pada suatu wilayah.

Blaney-Criddle memerlukan data berupa data suhu, jumlah jam pada siang hari, serta koefisien dr tumbuhan empiris pada sebuah wilayah.

Data tersebut dijumlah dgn memakai rumus dibawah ini

     ETo = p (0,46.Tmean+ 8,13)

p = persentase harian siang hari rata-rata tahunan
Tmean = suhu rata-rata harian

Cara ini dipakai untuk menjumlah kawasan yg luas, tetapi dgn iklim yg kering hingga sedang.

Data yg dibutuhkan dlm metode ini yaitu presentasi harian siang hari & rata-rata tahunan, serta suhu rerata harian suatu wilayah.

 

Metode Thornthwaite

Selanjutnya yakni metode Thornthwaite yg sederhana & cuma memerlukan data suhu bulanan rata-rata dlm suatu wilayah.

Metode ini biasanya dipakai untuk area Amerika di penggalan tengah & timur, dgn keadaan iklim yg cukup lembap. Akan tetapi ia pula mampu dipakai di area lain dgn kemiripan yg sama dgn kawasan tersebut.

Perhitungan menggunakan metode Thornthwaite dilaksanakan dgn menggunakan rumus dibawah ini

 e = 1,6 (10t/I)a

e = Evapotranspirasi teladan (ETo)
t = temperatur udara rata-rata bulan
I = heat index tahunan atau musiman
a = koefisien tempat yg diteliti

Demikianlah penjelasan singkat perihal evapotranspirasi & cara menghitungnya dgn berbagai metode.

Semoga dgn mengenali & membaca penjelasan tersebut pengetahuan Anda mengenai ungkapan tersebut bertambah. Anda mampu membaca materi tersebut lebih lengkap dgn membaca buku yg relevan dgn bahan yg sama.

  7 Warna Pelangi dan Alasan Dibaliknya