Eksistensi Dan Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam

Eksistensi Dan Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam
Pengertian Cara Belajar
Dalam kamus bahasa Indonesia, cara adalah jalan ( hukum, tata cara ) melakukan ( berbuat ) sesuatu, gaya, ragam, etika kebiasaan, usaha atau ikhtiar. sedangkan berguru adalah sebuah proses usaha yang di lakukan seseorang untuk memperoleh suatu pergeseran tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Dengan demikian cara belajar siswa yang di maksud oleh penulis, adalah perilaku individu siswa yang lebih khusus berhubungan dengan usaha yang sedang atau telah lazimdilakukan oleh siswa untuk menemukan ilmu pengetahuan. 
Pada biasanya setiap orang dalam melakukan sebuah perjuangan terpengaruh oleh efisiensi. Efisiensi yakni suatu pengertaian atau konsepsi yanag mengggambarkan perbandingan terbaik antara suatu perjuangan dengan kesudahannya, yaitu jikalau hasil yang diinginkan mampu tercapai dengan usaha terkecil, atau dengan perjuangan tertentu menunjukkan kwalitas dan kwantitas hasil terbesar
Pengertian tersebut dapat dipraktekkan dalam berbagai bidang kegiatan termasuk usaha belajar. Apabila dipraktekkan dalam belajar, maka terdapatlah efisiensi berguru, ialah perbandingan terbaik antara sebuah perjuangan berguru dengan akibatnya yang diraih. ( The Liang Gie, 1985:14 ). 
Adapun berdasarkan Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam ( 1980 : 220 ) mengartikan cara mencar ilmu yang efisien, adalah cara mencar ilmu yang sempurna, mudah, ekonomis, terarah, sesuai dengan suasana dan tuntutan yang ada guna mencapai tujuan mencar ilmu. 
Masing masing siswa mempunyai potensi, kemampuan, situasi, keadaan dan latar belakang individu yang berlainan beda. Dengan kata lain, siswa itu ialah individualitas yang unik. Sehingga cara belajarpun menjadi berbeda beda pula sesuai dengan apa adanya siswa. Tugas siswa berikutnya adalah berbagi dirinya, sehingga memperoleh cara belajar yang cocok bagi dirinya. Bimbingan guru dalam hal ini amat di butuhkan. Dengan sumbangan tutorial dari guru, siswa akan mengenal dirinya serta segala yang memungkinkan dirinya dapat berkembang secara utuh dan menemukan gaya belajarnya sendiri. Penemuan itu mesti segera dia dapatkan sebab tuntutan berguru itu makin lama makin berkembangdan semakin kompleks. 
Supaya cara belajar yang efisien tersebut dapat di terapkan pada masing masing siswa, maka siswa perlu untuk terus dimotivasi baik secara mental maupun psikomotorik oleh guru atau orang bau tanah. Karena Syaiful Bahri Djamarah (2002 : 9 ) menjelaskan, bahwa belakang layar sukses belajar terletak pada ajaran sikap mental akil dan satu kata kunci, yakni penguasaan cara mencar ilmu yang bagus selaku penuntun ke arah penguasaan ilmu yang optimal.
Setelah siswa mampu memilih dan memposisikan dirinya dalam kondisi yang aman, maka siswa perlu menggunakan cara berguru yang efektif.
Berdasarkan keadaan belajarnya, cara berguru mencakup cara mencar ilmu di rumah, di sekolah dan cara belajar bareng (kalangan)
a. Cara berguru mandiri di rumah
1. Pemenuhan akomodasi dan perabot mencar ilmu
Fasilitas dan perabot mencar ilmu merupakan alat peralatan belajar yang penting untuk dipenuhi oleh seorang pelajar, alasannya adalah jikalau tidak tercukupi mampu mengakibatkan efek negatif bagi kelangsungan proses mencar ilmu. Proses berguru mampu berhenti dan setidaknya mengganggu motivasi dan konsentrasi dalam mencar ilmu.
Fasilitas belajar ini menurut The Liang Gie (1985 :43), berisikan perlengkapan tulis dan perabot untuk kamar yakni meja, kursi dan lemari buku.
2. Mengatur waktu belajar
Agar mencar ilmu dapat berlangsung dengan baik dan sukses, perlulah siswa mempunyai jadwal yang baik dan mampu melaksanakannya dengan terstruktur dan disiplin. Adapun cara untuk membuat jadwal yang baik, adalah :
3. Membaca buku
Kegiatan membaca yaitu kegiatan yang paling banyak dilaksanakan selama belajar. Dan persoalannya yang utama dikala beliau sudah dapat membaca yaitu bagaimana cara membaca yang baik dan efisien.
Hary dexter Kitson dalam bukunya How to use Your Mind, Yang dikutip the Liang Gie (1985; 94), mengemukakan ketentuan-ketentuan perihal reading hygiene :
a. Sewaktu membaca hendaknya pembaca sekali-kali memejamkan matanya atau menyaksikan ke daerah yang jauh.
b. Cahaya penerang hendaknya datang dari arah belakang
c. Pada pagina buku tidak terdapat bayangan
d. Buku dipegang oleh tangan dan tidak terletak mendatar diatas permukaan meja.
Terhadap ketentuan-ketentuan diatas ditambahkan hal-hal berikut ini 
e. Ada cahaya penerangan yang cukup, tidak terlampau gelap dan tidak terlalu terperinci sehingga menyilaukan serta bergetar.
f. Jarak antara mata dan yang dibaca kira-kira 25-30 cm
g. Tidak sambil tiduran
h. Beristirahat sebentar, kira-kira seperempat jam sesudah membaca selama satu hingga satu setengah jam.
Langkah pertama (survei), siswa mengusut atau meneliti secara singkat seluruh struktur teks. Tujuannya biar siswa mengenali panjangnya teks, judul bab, judul sub bagian, istilah dan kata kunci, dan sebagainya. Dalam melaksanakan survei ini siswa direkomendasikan menyiapkan pensil, kertas dan alat pembuat ciri, mirip stabilo untuk menandai bagian-bab tertentu yang penting.
Langkah kedua (question), siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang jelas, singkat dan relevan dengan bagian-bagian teks yang telah ditandai pada langkah awal.
Langkah yang ketiga (Read), siswa membaca secara aktif dalam rangka mencari balasan atas pertanyaan-pertanyaan yang sudah tersusun. Membaca secara aktif mempunyai arti membaca yang difokuskan pada paragraf-paragraf yang diperkirakan berhubungan dengan pertanyaan tadi.
Langkah berikutnya recite, siswa menyebutkan lagi jawaban atas pertanyaan yang telah tersusun.
Dan langkah terakhir review, siswa meninjau ulang seluruh pertanyaan dan jawaban secara singkat. (Muhibbin Syah, 2004: 141). Jika materi telah tersusun dalam suatu modul, maka hal ini lebih mempermudah bagi siswa, alasannya bahan sudah tersusun dalam sebuah ringkasan, tetapi untuk menguatkan pemahaman dan memotivasi keingintahuan wacana materi itu, maka boleh memakai sistem tersebut.
4. Membuat Ringkasan
Kegiatan ini tidak kalah pentingnya dari semua acara mencar ilmu siswa. Siswa membuat ringkasan yaitu bertujuan untuk memudahkannya dalam menghafal dan mengulangi pelajaran.
Adapun tindakan menciptakan ringkasan yang baik, adalah :
a. Membaca pelajaran yang akan diringkas dengan sarat perhatian, pengertian dan fokus sambil memberi tanda-tanda pada hal-hal yang dianggap pokok dan penting. Dalam hal ini siswa dapat menggarisbawahi kalimat-kalimat penting atau memakai stabilo atau menuliskan kata-kata kunci di pinggir paragraf.
b. Membuat kerangka ringkasan dengan membaca sekali lagi dan menuliskan di atas kertas hal-hal yang telah ditandai.
c. Membaca kalimat-kalimat yang telah ditulis di kertas tadi sambil menyelipkan kata-kata atau tanda-tanda penghubung yang perlu, sehingga ada pertalian yang akrab antara kalimat-kalimat itu.
d. Kalu masih tebal halaman luas dan banyak, maka goresan pena tadi mampu dipersempit dengan mengambil pokok-pokoknya saja dan menetralisir hal-hal yang dianggap kecil atau kurang penting. (Judi Al Falansani dan Fauzan Naif,2002: 38).
5. Menghafal Bahan Pelajaran
Dalam mencar ilmu, menghafal ialah salah satu aktivitas dalam rangka penguasaan bahan pelajaran.
Ada beberapa syarat untuk mampu menghafal dengan baik, ialah:
a. Menyadari sepenuhnya tujuan belajar
b. Mengetahui betul-betul wacana makna bahan yang dihafal
c. Mencurahkan perhatian sepenuhnya sewaktu menghafal
d. Menghafal secara terencana sesuai keadaan badan yang sebaik mungkin serta daya serap otak kepada bahan yang harus dihafal. (Slamento, 1995: 86).
Sedangkan berkaitan dengan tata cara menghafal biar sesuai dengan huruf siswa dibagi menjadi tiga macam :
a. Menghafal melalui pandangan. Bahan pelajaran dibaca di dalam batin penuh perhatian sambil otak melakukan pekerjaan untuk mengingat-ingat. Dapat pula dengan cara membuat catatan besar yang menawan, lalu disampingkan atau ditempelkan pada kawasan-kawasan yang sering dilihat.
b. Menghafal dengan indera pendengaran melalui penyimakan sendiri. Siswa dapat menggunakan cara lain yang bertujuan sama, mirip memerintahkan temannya membacakan ringkasan atau mendengarkan rekaman kaset yang dibuat sendiri.
c. Menghafal malalui gerakan-gerakan tangan, yatu dengan menulis-nulis ringkasan berulang-ulang sampai hafal atau menggerakkan jari tangan sambil berfikir.
Ada pula tata cara lainnya, adalah sistem cantol, sistem lokasi, abreviasi dan kalimat-kalimat inovatif 
Metode cantol dipakai untuk menghafal daftar apa saja. Caranya, yaitu dengan mencocokkan angka-angka dengan kata-kata berirama sama atau petunjuk-isyarat visual tertentu. Contohnya paku seperti dengan bunyi satu dan paku mirip angka satu.
Metode lokasi yaitu sistem yang memakai kawasan yang paling diketahui dan paling mengesankan sebagai contoh (1) pendahuluan tentang hal yang hendak dipelajari (dituliskan di pintu depan), (2) Tombol lampu membahas dan meyoroti ihwal ciri-ciri khusus sebuah fakta, desain atau suatu prinsip dalam bahan yang sedang dipelajari, dan seterusnya.
Akronim atau singkatan ialah kata yang dibuat dari karakter atau karakter-huruf awal atau masing-masing bab dari sekelompok kata atau perumpamaan adonan Misalnya, Program Pembangunan Lima Tahun di Indonesia disebut PELITA. PSSI yaitu Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia.
Sedangkan kalimat-kalimat inovatif dipakai untuk menghafal kata-kata yang berurutan, pola : untuk menghafal susunan planet maka mampu menggunakan kalimat kreatif yaitu Memainkan Violin Bisa Memunculkan Jalinan Suara Unik Namun Pasti (Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Uranus, Neptunus, Pluto).
6. Mengulangi Bahan Pelajaran
Siswa sepulang sekolah jangan lupa untuk mengulangi bahan pelajarannya di rumah, sebab tidak semua materi pelajaran yang disampaikan guru terkesan dengan baik.
Cara mengulangi bahan pelajaran yakni dengan cara membaca kembali catatan yang sudah ditulis ketika guru sedang menerangkan pelajran, atau bila materi pelajaran berbentuktatacara, cara menghafalnya ialah dengan cara mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari supaya pelajaran tetap dalam ingatan.
7. Mengerjakan Tugas
Selama belajar, siswa tidak akan pernah terlepas dari keharusan melaksanakan tugas-peran belajar, baik itu peran harian, pekerjaan rumah, tugas semesteran, tugas kalangan maupun tugas individu. Siswa mesti mengerjakan sesuai perintah guru dengan sempurna waktu. Mengabaikan tugas tersebut boleh jadi siswa akan menerima bimbang dari guru.
8. Persiapan Menghadapi Ujian
Dalam menghadapi cobaan, siswa harus merencanakan segala sesuatu yang bekerjasama dengan problem-persoalan perbaikan untuk mengingat kembali bahan-bahan yang sudah dipelajari dengan cara membaca kembali, memperbaiki catatan, membuat ikhtisar dan menyusun pengetahuan yang lengkap dan balasannya tinggal menghafal. Pada dikala-ketika menjelang ujian siswa semestinya menyingkir dari belajarterlalu banyak karena mampu mengusik kondisi kesehatan. Siswa juga dihentikan lupa menyiapkan semua alat tulis untuk kelancaran ujian.
9. Menempuh Ujian
Setelah siswa melaksanakan antisipasi menghadapi cobaan dengan matang, selanjutnya sampailah pada waktu ujian. Maka pada dikala hari cobaan, siswa sebaiknya datang lebih awal dan menunggu dengan tenang. Masuklah dengan tertib dan duduk di kawasan yang telah ditentukan, kemudian baca dan pahami isyarat soal dengan baik dan menjawabnya sesuai isyarat tersebut. Jangan lupa siswa memperhitungkan waktu yang ditawarkan, supaya lebih mengurangi waktu soal-soal yang mudah sebaiknya dijalankan lebih dahulu. Tulisan mesti terang, baik dan rapi. Jika telah final siswa mesti memikirkan lagi apakah tanggapan yang telah dikerjakan sesuai dengan permintaannya. Segera kumpulkan balasan, jika waktu ujian sudah habis.
Siswa dalam menempuh cobaan haruslah memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Dan rasa yakin diri itu muncul saat mereka melaksanakan persiapan yang matang jauh sebelum ujian dan penyempurnaan saat mendekati cobaan. Sehingga tidak ada kecurangan-kecurangan mirip mencontek atau menyaksikan pekerjaan orang.
b. Cara Belajar di Sekolah
Adapun beberapa hal yang berkenaan dengan cara mencar ilmu yang dijalankan oleh siswa di sekolah.
1. Masuk kelas sempurna waktu
Masuk kelas tepat waktu yakni sebuah perilaku mental yang banyak mendatangkan laba. Guru memuji alasannya disiplin, mitra-kawan tidak terusik saat sedang mengamati pelajaran guru, konsentrasi pun akan terpelihara dengan baik. Kondisi tubuh akan tenang, jauh dari keringat dan alam pikiran siswa telah siap mendapatkan pelajaran dari guru Oleh karena itu kedisiplinan masuk kelas mempengaruhi kesuksesan berguru siswa.
2. Memperhatikan penjelasan guru
Setelah pelajaran dimulai, siswa harus telah siap untuk mengamati semua pelajaran guru, yakni dengan menyaksikan gerak-geriknya, mendengarkan penjelasannya dan jangan lupa menulis kata-kata penting dari klarifikasi itu.
3. Bertanya tentang hal-hal yang belum terang dan menjawab setiap pertanyaan dari guru.
Bertanya perihal hal yang belum terperinci yaitu salah satu cara untuk mampu memahami materi pelajaran yang belum diketahui. Siswa jangan aib untuk mengajukan pertanyaan kepada guru perihal bahan pelajaran atau informasi guru yang belum terang, karena malu akan menghalangi penguasaan materi yang mau diterima dari guru pada konferensi yang akan tiba. Bertanyalah dengan spesifik jangan berbelit-belit, jikalau perlu pertanyaan ditulis apalagi dahulu dengan singkat dan jelas, kemudian dibacakan atau dihafalkan.
Berkaitan dengan semua pertanyaan yang diutarakan oleh guru pada dikala proses berguru mengajar, siswa mesti berani menjawab semua pertanyaan itu dengan baik dan jelas selaku bukti bahwa dirinya mengamati pelajaran. Cara menjawabnya dengan sistematis sesuai apa yang sudah dijelaskan oleh guru dengan bahasa yang sederhana dan gampang dimengerti.
4. Memanfaatkan waktu istirahat
Di sekolah terdapat bebarapa ketika untuk istirahat supaya kondisi siswa segar kembali. Menghilangkan kecapekan mata dan pengalihan konsentrasi siswa untuk sementara. Untuk itu siswa harus memanfaatkan waktu itu dengan sebaik mungkin, yakni dengan cara berleha-leha, mengarahkan persepsi mata ke angkasa biru, mengerak-gerakkan tubuh agar dapat memperlancar peredaran darah di dalam badan, sehingga rasa lelah dan rasa kantuk dapat diusir dengan segera. Jika haus atau lapar maka secepatnya pergi ke kantin untuk minum atau makan secukupnya biar kesehatan tubuh tetap tersadar. Atau waktu istirahat itu dimanfaatkan untuk berkunjung ke perpustakaan.
5. Memanfaatkan perpustakaan sekolah
Perpustakaan sekolah memiliki tiga faedah, yaitu :
a. Sebagai sumber berguru,
b. Sebagai sumber info,
c. Sebagai sumber wisata (Choiruddin Hadhiri Suprapto, 2003 : 68)
Perpustakaan dapat digunakan untuk memperdalam pemahaman dan pengahayatan wawasan yang diperoleh siswa dari guru, memeperluas cakrawala pengetahuan dan keterampilan siswa dan untuk menawarkan hiburan, memupuk kemampuan, nilai dan perilaku hidup melaluli koleksi ringan dan segar,
Sedangkan cara memanfaatkan perpustakaan tergantung pula pada kesempatan atau waktu-waktu tertentu, misalnya saat jam-jam istirahat kalu masih ada waktu lebih dari kepentingan lainnya, mirip makan dan minum, jam-jam kosong dan bila ada tugas dari guru.
c. Cara Belajar Bersama (kelompok)
Belajar bareng mampu dijalankan di rumah atau di daerah lain contohnya di perpustakaan, di sekolah atau di daerah tertentu yang disepakati bersama.
Belajar bareng pada dasarnya memecahkan dilema secara bersama, artinya setiap anggota turut memperlihatkan perlindungan pikiran dalam memecahkan duduk perkara tersebut, sehingga diperoleh hasil atau balasan yang lebih baik. Pikiran dari banyak orang biasanya lebih sempurna dibandingkan dengan satu orang.
”Ada beberapa petunjuk untuk berguru bareng yang lebih efektif, yakni :
a. Pilih sobat yang sesuai untuk bergabung dalam satu golongan yang terdidri dari 3-5 orang. Anggota yang terlampau banyak lazimnya kurang efektif.
b. Tentukan dan sepakati kapan, di mana dan apa yang akan di bahas serta apa yang diharapkan dalam diskusi itu. Lakukan secara rutin sekurang-kurangnyasatu kali dalam seminggu.
c. Setelah berkumpul secara bergilir, memutuskan siapa pemimpin golongan yang hendak menertibkan diskusi dan siapa penulis yang mau mencatat diskusi.
d. Rumuskan pertanyaan atau problem yang hendak dipecahkan bersama dan batasi ruang lingkupnya semoga pembahasan tidak menyimpang.
e. Bahas dan pecahkan setiap masalah satu persatu hingga tuntas, dengan cara memberi peluang setiap anggota mengajukan pertimbangan . Dari setiap usulan yang timbul dikaji secara bareng manakah yang paling tepat. Kesimpulan balasan yang sudah disepakati bareng dicatat oleh penulis. 
f. Bila ada dilema yang tidak mampu dipecahkan, tangguhkan masalah itu untuk dimintakan pendapatnya terhadap guru. Lanjutkan saja pada dilema berikutnya supaya tidak membuang waktu.
g. Kesimpulan hasil diskusi dicatat oleh penulis, lalu dibagikan terhadap anggota kelompok untuk dipelajaridirumah masing-masing.” (Nana Sudjana, 1989: 168-169).
2. Pengertian Prestasi Belajar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, prestasi belajar yaitu penguasaan wawasan atau keahlian yang dikembangkan oleh suatu pelajaran yang umumnyaditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru. (Depdikbud, 1993 : 700).
Prestasi mencar ilmu merupakan ukuran keberhasilan siswa setelah mengikuti sebuah mata pelajaran tertentu yang ditunjukkan dengan nilai tes berbentukangka yang diberikan oleh guru, selaku teladan nilai mid semester, nilai semester, nilai tugas, nilai ulangan, nilai raport dan sebagainya.
Prestasi dalam arti luas ialah kemampuan siswa sesudah mengalami mencar ilmu. Hal ini dapat diperoleh atau dikenali dari final aktivitas dan diperoleh atau diketahui dari akhir acara dan diperoleh bukan karena kebetulan, tetapi prestasi diperoleh dengan sarat dengan kesadaran dan mengalami proses tertentu.
Pada prinsipnya, pengungkapan hasil mencar ilmu meliputi tiga ranah, adalah ranah cipta, rasa maupun karsa (kognitif, afektif, psikomotorik). Walaupun pengungkapan tingkah laku seluruh ranah tersebut, khususnya ranah rasa siswa, sungguh sukar. Hal ini disebabkan pergantian hasil berguru itu ada yang bersifat intangible (tak dapat diraba), tetapi yang mampu dijalankan oleh guru yaitu hanya mengambil cuplikan perubahan tingkah laris yang dianggap penting dan mampu merefleksikan perubahan yang terjadi selaku hasil mencar ilmu siswa.
Secara global, aspek yang menghipnotis prestasi mencar ilmu siswa, ialah :
a. Faktor intern siswa
1) Fisiologis, mirip kesehatan mata dan indera pendengaran.
2) Fsikologis, mirip intelegensi, sikap, bakat, minat dan motivasi siswa
b. Faktor ekstern siswa
1). Lingkungan sosial, mirip: guru, teman-tema sekelas, tetangga, orang renta dan keadaan penduduk .
2). Lingkungan non sosial, mirip: rumah, gedung sekolah, fasilitas dan prasarana, dan sebagainya.
c. Faktor pendekatan mencar ilmu (approach to learn), adalah jenis upaya belajar siswa yang meliputi taktik dan sistem yang dipakai siswa untuk melakukan acara pembelajaran materi-materi pembelajaran.
Pendekatan berguru ada tiga yaitu :
1) Pendekatan surface. Manusia belajar karena dorongan dari luar antara lain takut tidak lulus yang menyebabkan dia aib. Oleh alasannya adalah itu, gaya belajarnya santai, asal hafal dan tidak mementingkan pengertian yang mudah.
2) Pendekatan deep. Siswa ini dimotivasi dari dalam dirinya (intrinsik). Oleh alasannya itu, gaya belajarnya serius dan berupaya mengetahui materi secara mendalam serta mempertimbangkan cara mengaplikasikannya. bagi siswa ini yang lebih penting yaitu memiliki pengetahuan yang lumayan banyak dan berfaedah bagi kehidupannya dibanding lulus dengan nilai baik.
3) Pendekatan achieving. Pada lazimnya dilandasi oleh motif ekstrinsik yang berciri khusus yang disebut ego-enhanchment, yakni ambisi pribadi yang besar dalam meningkatkan prestasi keakuan dirinya dengan cara meraih indeks prestasi stinggi-tingginya. Gaya belajarnya lebih serius, memiliki keterampilan mencar ilmu (study skill) dalam arti sangat berakal dan efisien dalam mengatur waktu, ruang kerja dan perangkat silabus. Baginya, bersaing dengan temannya dalam meraih nilai tertinggi adalah penting, sehingga beliau sungguh disiplin, rapi dan sistematis serta berencanauntuk terus maju ke depan (plans ahead).
3. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Ada beberapa pemahaman Pendidikan Agama Islam menurut andal pendidikan, ialah :
a. Chabib Thoha (1999: 4), Pendidikan Agama Islam merupakan istilah yang diberikan pada slaah satu pelajaran siswa muslim dalam menyelesaikan pendidikannya pada tingkat tertentu.
b. Ahmad D. Marimba (1986: 47), Pendidikan Islam adalah panduan jasmani rohani berdasarkan aturan-aturan agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.
c. Zuhairini dkk. (1983 : 27), Pendidikan agama memiliki arti usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak ajar supaya supaya mereka hidup sesuai denagn ajaran Islam.
Jadi, Pendidikan Agama Islam, ialah perjuangan-usaha secara sistematis dan pragmatis yang sudah terbentuk mata pelajaran berisi bimbingan jasmani rohani yang berdasarkan hukum-aturan Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian muslim sejati.

SUMBER-SUMBER ARTIKEL DI ATAS :

Abin Syamsuddin Makmun, (2001), Psikologi Pendidikan, Bandung : PT Remaja Rosdarkarya.
Ahmad D. Marimba, (1997), Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung: PT. AL-MA’cendekia
Anas Sudjiono, (2000), Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Bobbi De Porter, Mike Hernacki (2003), Quantum Learning, Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, Bandung : Kaifa. 
Bobbi De Porter dkk., (2001), Mempraktekkan Quantum Learning di Ruang-ruang Kelas, Bandung : Kaifa.
Chabib Thoha dan Abdul Muti, (1999), PBM-PAI di Sekolah, , Yogyakarata: Pustaka Belajar.
Choiruddi Hadhiri Suprapto, (2003), Jalan Pintas Menjadi Bintang Pelajar, Panduan Untuk Pelajar Islami, Bandung: Mujahid Press.
Departemen Agama RI, (1996), Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahannya, Semarang: PT. Karya Toha Putra.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1993), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (tanpa tahun), Laporan Penilaian Hasil Belajar Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), tanpa penerbit.
Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, (1980), Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama / IAIN Pusat.
Gordon Dryen dan Jeannete Vos, (2001), The Learning Revolution (Terjemahan ration service) Bandung: Kaifa.
Muhaimin, (2002), Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Muhibbin Syah, (2004), Psikology Belajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Perasada.
Nana Sudjana, (1991), Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru.
Rohmad Qomari, (1999), Insania, ”Tehnik Penentuan Ukuran Sampel Dalam Penelitian” Edisi Mei-Juli, Purwokerto : P3M STAIN.
Sanafiah Faisal, (1982), Metode Penelitian Pendidikan, Surabaya : Usaha Nasional.
Slamento, (1995), Belajar dan Faktor-aspek Yang Mempengaruhinya, Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Sugiyono, (2004), Statistika Untuk Penelitian, Bandung : Alfabeta.
Suharsimi Arikunto, (1998), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Syaiful Bahri Djamarah, (2002), Rahasia Sukses Belajar, Jakarta : PT Rineka Cipta.
The Liang Gie, (1985). Cara Belajar Yang Efisien, Yogyakarta : Pusat Kemajuan Study.
Thursan Hakim, (2002), Belajar Secara Efektif: Panduan Menemukan Teknik Belajar, Memilih Jurusan, dan Menentukan Cita-cita, Jakarta: Puspa Swara.
Zuhairini dkk, (1983), Metodology Pendidikan Agama, Solo: Ramadhani.