Editing Buatan Media Audio Visual

Editing pada prinsipnya merupakan penyuntingan hasil gambar dan suara yang sudah diambil pada proses bikinan yang menuntut kedisiplinan, kesabaran, mempunyai cita rasa seni dan kesanggupan teknis mengoperasikan peralatan editing.

Periodisasi dan Berbagai Pengaruh Pada Editing dan Teknik Editing
Dengan didasari pengertian kepada bahwa, gambar bergerak akan menghipnotis psikologis insan, maka gerak gambar perlu ditana sehingga mempunyai daya pikat yang luar biasa.
A. Periodisasi Editing
1. Periode Diam/Bisu. Awalnya, film dikembangkan dari teknologi fotografi yang menghasilkan gambar membisu. Dari gambar tersebut diberikan sentuan kinetik mekanik secara konstan untuk menciptakan gambar yang bergerak dan selanjutknya diberikan ilustrasi musik.
2. Periode Awal Film Suara. Pada periode ini, telah dipikirkan cara memasukkan unsur bunyi (dialog) ke dalam gambar, alasannya adalah hal ini dipengaruhi oleh kajian dan dikembangkannya seni teater. Namun pada waktu itu, bahan baku belum bisa menghabungkan anata gambar dan suara, maka masih dambar dan bunyi masih direkam sendiri-sendiri yang lalu baru dipadukan. Kemudian muncul camcorder yang dirancang untuk merekam sekaligus gambar dan suara.
B. Berbagai Pengaruh Terhadap Editing
1. Pengaruh Dokumenter. Film tidak cuma dongeng, drama, suara saja, namun melebar yang mengedepankan ihwal, fakta dan alasan yang disusun sungguh mempesona yang lalu dinamakan dokumen. Dari film dokumenter ini meningkat acara reportasi dan investigasi yang dikategorikan program berita.
2. Pengaruh Pop Art. Dlam hal ini dilakukan dengan pemahaman kesederhanaan, verbal alternative, eksperimental, manivestasi dari imajinasi bebas. Dalam pop art ini dimasukkan halhal yang bersifat baru dan lebih relevan.
3. Experimental Editing. Pada mulanya, editing hanyalah difahami selaku menyunting gambar, dan mengurutkannya sesuai skenario. Dalam eksperimental ini dicoba teknik-teknik gres, contohnya menetralisir dominasi warna merah yang dianggap menoton dan menjemukan.
4. Pengaruh Teknologi Digital. Dampak dari teknologi digital kepada editing, yatitu menghasilkan bentuk-bentuk media audiovisual dan program-acara yang dibungkus untuk masuk ke dalam kanal-kanal sendiri.
C. Teknik Editing
1. Action: mengandalkan cerita dan menampilkan agresi selaku konflik. Film action ialah kecenderungan ketegangan, heroism, gerak bela diri atau perlawanan/kontradiksi yang melibatkan fisik antar karakter.
2. Drama Berdialog: menonjolkan kekuatan cerita sebagai titik perhatian editor.
3. Komedi: menitik beratkan pada kelucuan, kekonyolan, bahan kebodohan, dan kesialan yang digabungkan dengan huruf dan cerita.
4. Dokumenter: penataan gambar ke gambar dengan menguatkan narainya.
5. Berita: yang dititikberatkan yaitu penyampain isu.
6. Magazine: gosip penting yang terjadi dan dikemas dalam berita non formal.
7. Investigatif: yang ditonjolkan runtutan kejadian selama investigasi.
8. Video Music: yang ditonjolkan yakni video musiknya. Sedangkan musiknya hanya sekedar pengisi dari videonya, alasannya musik sudah tertata/teredit di daerah lain.
9. Iklan: yang lebih ditonjolkan ialah durasinya.

Persiapan Editing dan Aplikasi Digital Editing
A. Perangkat Digital Editing
1. Comcoder atau DV Player, berfungsi sebagai perangkat transfer data dari miniDV ke komputer edit.
2. Computer Edit dan Fireware Card. Komputer edit berfungsi untuk memproses gambar dan suara, sikronisasi, memperbesar effect, me-render (menyatukan file-file) dan membentuk/mengekspor menjadi data file baru (AVI, mpeg). Fireware Card difungsikan untuk transfer data dengan kecepatan tinggi, yang memungkinkan untuk real time.
3. Sound System. Perangkat ini berfungsi sebagai alat pengontrol, monitor sinkronisasi suara atas visual yang terlihat , tidak saja bunyi utama, melainkan juga bunyi atmosfer.
B. Logika Editing
1. File Video dan Audio. Data dari kaset yang dibentuk melalui comcoder, yang berujud laten image, ditransfer ke dalam komputer akan membuat dua buah files: video dan audio. Hanya komputerlah yang mampu membacan/menerjemahkan data tersebut.
2. Editorial Thingking. Dalam proses editing, editor akan berfungsi sebagai sutradara, sehingga harus mengenal nuansa warna, pencahayaan, dan dramatik. Seorang sutradara juga diposisikan selaku penceritera untuk mengemas ceritera yang runut yang dibumbui imbas-imbas tertentu agar sesuai dengan tujuan bikinan. Konsep tentang tempo gambar, ketebalan suara, intensitas cahaya mesti dirangkum dalam editorial thingking. Kaprikornus, editorial thinking merupakan khayalan yang ada dalam anggapan editor dalam proses penggarapan editingnya. Editorial thingkin merupakan kerangka kerja/apa yang mesti dikerjakan oleh editor dan dapat diwujudkan secara tertulis.
3. Frame per Second. Merupakan penetapan berapa bingkai/gambar per detik. Pada awalnya 18 frame per second, sehingga menciptakan gambar yang masih terpatah-patah atau pecah. Setelah adanya perlengkapan perekam dan pemutaran terbaru, 25 frame per second atau 29,97 frame per second.
4. Analog Editing dan Digital Editing. Editing pada awalnya masih menggunakan cara-cara analog dengan mesin yang relatif besar dan dilengkapi mesin pemotong dan perekat kembali bahan film dan tidak banyak memakai visual effect. Kerja analog editing harus ekstra hatihati, alasannya jika terjadi kesalahan edit, maka akan mengulang proses edit lagi.
Digital editing menawarkan fasilitas dan kecepatan dalam proses editing. Digital editing memungkinkan editor mengedit semua file sesuai adegan yang lalu mampu dikerjakan editing pada bab-bab tertentu. Digital editing mampu dimanfaatkan untuk memanipulasi gambar dan bunyi, karena dilengkapi dengan visual effect dan sound effect.

  Melestarikan Tata Cara Nilai

Aplikasi Digital Editing
A. Mengenal Jendela Utama. Jendela utama software editing: Jendela project (untuk menajemen file, sehingga data gambar dan bunyi yang sudah dicapture/transfer tersimpan secara terbuka, sehingga editor dapat mengaturnya sesuai dengan adegan), jendela monitor (berfungsi selaku visual dan sound processing, sehingga menghasilkan sequence yang telah di-fix-kan tidak ada gambar dan bunyi yang tidak diharapkan), dan jendela time line (untuk mengolah, mengendalikan, merunutkan, memindahkan, meniadakan file yang tidak diperlukan sekaligus rendering file (menyatukan file). Pada timeline ini file video dan audio akan dipisahkan, namun masih memiliki link.
B. Langkah Editing
1. Mengawali edit: mengetahui dan menentukan file pada folder tertentu.
2. Capturing: mentransfer data. File video dan audio harus diposisikan pada folder yang sama.
3. Logging: mencampakkan dan memilih file yang benar-benar digunakan.
4. Trimming: proses mengendalikan file untuk menemukan kejelasan/ketepatan file permulaan dan simpulan dengan perhitungan per frame perdetik.
5. Rought cut: menyusun urutan gambar sehingga membentuk ceritera.
C. Transisi. Merupakan efek khusus yang ditawarkan pada timeline yang berfungsi menghubungkan dua file video sehingga perpindahan file video tersebut tidak eksklusif.
1. Transisi Video: cut to cut (perpindahan antar gambar dalam suatu adegan atau pergeseran gambar penceritaan secara langsung/serta-merta (secara tiba-tiba berubah gambar), di mana transisi dalam adegan ini masih terkait dengan adegan sebelum dan sesudahnya; dissolve [perpindahan atar adegan di mana gambar tersebut berangsur-angsur muncul dan menghilang: fade in (munculnya gambar dari back screen menuju gambar tersebut, fade out (masuk atau menghilangnya gambar yang memunjukkan simpulan adegan di mana adegan tidak terdapat kaitan dengan adegan setelahnya)].
2. Transisi Audio: menciptakan akhiran file bunyi berangsung-angsur secara konstan menghilang atau timbul.
D. Pemotongan File, untuk mencampakkan sebagian file guna memperpendek dengan menggunakan razor tool.
E. Mengimpor File, mengambil file yang sudah ada di dalam komputer edit untuk dijadikan bagian dalam file yang sedang diedit.
F. Fine Cut, sentuhan estetika, imbas visual dan audio pada file yang telah diurutkan.
G. Visual Effect, penggunaan efek-efek tertentu: warna, pencahayaan, intensitas ketebalan, gerak maupun skala, antara satu file video dengan file video yang lain. Mengatur Warna: untuk keseragaman langgam atau konsistensi warna. Mengatur Pencahayaan: untuk menerima intensitas gelap jelas, tajam/kuat cahaya, konsentrasi/tujuan cahaya, kelembutan cahaya, dan pendar (dof). Mengatur Gerak dan Skala: menyesuaikan gerakan gambar dan skala ukurannya. Mengatur Intensitas Ketebalan: untuk mengatur ketebalan gambar atau video opacity, contohnya menciptakan gambar kembar.
H. Sound Effect: proses editing juga memperhatikan sound yang difasilitasi oleh aplikasi editing. Sound effect: mengatur perimbangan left & right control sehingga sepadan, memberi tambahan effek, dan mengganti suara.
I. Membuat Teks: editing juga mengolah teks yang perlu dijakan bab dari audiovisual dengan mendesain karakter dan merancang gerak teks.
J. File Rendering: langkah mengganti dan menentukan file yang masih terlihat satu per satu menjadi hanya dianggap satu file untuk hasil penyatuan.
K. File Exporting: meng-convert- file hasil editintg menjadi satu file lain atau menyimpan kembali dalam bentuk file lain, apakah untuk: movie (file AVI), frame (jpg, tift, targa), audio, DVD, tape.