Disfungsi Hijab Dalam Kemajuan Media Umum Saat Ini


Disfungsi Hijab Dalam Perkembangan media sosial ketika ini.
lagi-lagi tulisan ini harus aku mulai dengan perkembasngan teknologi dan media umum mirip banyak tulisan lainnya yang berafiliasi dengan keadaan jaman yang begitu lucu, banyak hal yang begitu cepat berubah muncul dan menghilang sama cepatnya dengan kilatan petir yang menyambar ke segala arah ketika hujan turun, hujan ini di sebut Media sosial.

banyak hal yang berubah, timbul dan pergi begitu cepat di media umum, sebuah tatanan baru dalam berinteraksi ini ban yak mensugesti gaya hidup manusia terbaru, tidak siapa pun memiliki lingkungan perrtemanan yang baik di kehidupan nyatanya namun hampir siapa saja memilii media umum yang mampu membentuk perilakunya. aksara media umum begitu memanjakan p[enggunanya mereka hadir untuk memberi wadah bagi sedikit sifat gelap insan yaitu ego dan kesombongan. media sosial yaitu fasilitas yang trepat untuk mencari perhatian. meskipun bahwasanya orang orang tidak sungguh-sungguh perduli.,

ada banyak media sosial yang berkembang dikala ini misalnya saja facebook, twitter, pat, instagram dan masih banyak lagi, tetapi scara spesifik aku ingin membicarakan instagram, meski tidak terlampau serius, karna goresan pena ini hanya sekedar keluh kesah aku sebagai bagian dari masyarakat dikala ini.

instagram sendiri merupakan platfrom media umum yang di khususkan untuk mengunggah photo pada permulaan kemunculannya, media ini sungguh terang memanjakan kamu yang narsis, betul?  dalam perkembangannnya instagram dapat di tambah dengan caption dan mengunggah vidio dalam durasi tertentu namun bukan itu yang hendak kita diskusikan, bukan instagram sebagai instagram tetapi insan sebagai pengguna instagram dan perkembangannnya.

telah menjadi diam-diam umum bahwa banyak insan ingin di perhatikan dan ingin diakui keberadaannya (axis) sifat ini juga diboncengi dengan rasa ria dan cita-cita untuk di puji. sehingga instagram ialah media umum yang sungguh sempurna untuk pamer keelokan ketampanan kekayaan atau foto piknik yang bekerjsama dokumentasi tahun lalu, ini merupakan hoax paling besar era ini .haha
berebicara tentang pengguna instagram, kita mengenal gugusan selebgram dari yang bergaya serba sexy hingga yang serba syar’i mampu di jumpai di instagram, tetapi berbicara tentang persoalan syar i ada hal mempesona yang aku pikir sesuai dengan kondisi jaman saat ini, hal mempesona itu ialah artikel di salahsatu media dakwah di instagram yang menulis caption mirip demikian :

Yang ku tau dulu para shabiyah sungguh menjaga malunya, ditutupnya tampang mereka oleh selembar kain semoga tidak tampakoleh para ajnabi, sekarang betapa mirisnya melihat para perempuan kiamat yang memakainya bukan lagi sebagai epilog rasa malu, namun dipakai untuk menandakan diri dan seolah-oleh berkata “hey lihatlah aku” berpose ciamik dan mengugahnya disosial media dan mereka kalem bahkan tidak risih dengan komentar para lelaki hidung belang “masyaaAllah ukhti cantiknya” “ukhti taaruf sama ana yuk” godaan seperti itu sama sekali tidak menjadikannya berhenti mengupload foto selfie…
.


Yang ku tau gamis panjang nan lebar itu untuk menutupi badan tetapi hari ini kusaksikan para gadis yang melabelkan dirinya sudah “hijrah” malah asik berlenggak lenggok didepan kamera, berputar-putar dengan leluasa tak luput bunyi merdu itu terdengar oleh para ajnabi, terlalu banyak argumentasi kamu selalu membenarkan “gapapa kok selama tujuan nya baik yang penting menutup aurat” wahai gelas-gelas kaca andai kau tau kedua bola matamu pun mampu menjadi godaan untuk para lelaki yang memandang dan dakwah para shahabiyah bukanlah mirip itu..
.
Yaaa akhwaty fillah bantu-membantu bukanlah selebgram muslimah yang patut kita tiru, namun belajarlah dari para shahabiyah bagaimana mereka sungguh-sungguh menyembunyikan rasa aib, bagaimana mereka mempertahankan maruahnya,
.
Tidak ada pujian kamu cantik, tidak ada ribuan followers yang mampu kau dapat wallahi bahwasanya itu lebih baik daripada kamu gadaikan rasa malumu untuk mendapat pengesahan dari insan..
.
-Ummu Maryam-

Yang ku tau dulu para shabiyah sungguh mempertahankan malunya, ditutupnya tampang mereka oleh selembar kain biar tidak tampakoleh para ajnabi, kini betapa mirisnya menyaksikan para wanita akhir zaman yang memakainya bukan lagi sebagai epilog rasa malu, namun dipakai untuk menunjukan diri dan seolah-oleh berkata “hey lihatlah aku” berpose ciamik dan mengugahnya disosial media dan mereka kalem bahkan tidak risih dengan komentar para lelaki hidung belang “masyaaAllah ukhti cantiknya” “ukhti taaruf sama ana yuk” godaan mirip itu sama sekali tidak menjadikannya berhenti mengupload foto selfie… . Yang ku tau gamis panjang nan lebar itu untuk menutupi tubuh tetapi hari ini kusaksikan para gadis yang melabelkan dirinya telah “hijrah” malah asik berlenggak lenggok didepan kamera, berputar-putar dengan leluasa tak luput bunyi merdu itu terdengar oleh para ajnabi, terlalu banyak alasan kau senantiasa membenarkan “gapapa kok selama tujuan nya baik yang penting menutup aurat” wahai gelas-gelas beling andai kau tau kedua bola matamu pun bisa menjadi godaan untuk para lelaki yang menatap dan dakwah para shahabiyah bukanlah mirip itu.. . Yaaa akhwaty fillah sesungguhnya bukanlah selebgram muslimah yang layak kita tiru, namun belajarlah dari para shahabiyah bagaimana mereka betul-betul menyembunyikan rasa aib, bagaimana mereka menjaga maruahnya, . Tidak ada kebanggaan kamu cantik, tidak ada ribuan followers yang mampu kau dapat wallahi bahwasanya itu lebih baik dibandingkan dengan kau gadaikan rasa malumu untuk mendapat pengukuhan dari manusia.. . -Ummu Maryam- ( ©perempuanbiasa.id ) #notetomyself #fiqihmuslimah
A post shared by Fiqih Wanita Muslimah (@fikihmuslimah_) on

captoin tersebut cukup menohok dan sesuai dengen kenyataan jaman saat ini, hijab yang dulu berfungsi untuk menutupi dikala ini meningkat selaku perangkat untuk menerangkan. bekerjsama saya sungguh tertarik untuk menulis sedikit cerita tentang disfungsi hijab dan perkembangannnya dalam kajian sosiologi budaya populer tetapi saya rasa tulisan itu akan sedikit serius dan mungkin akan aku tulis di postingan selanjutnya, bagaimana ? bagaimana pendapat kalian ihwal fenomena ini? dan apakah saya mesti menulis ihwal budaya populer dan hijab saat ini atau tidak ? aku mohon saran anda di komentar, trimakasih