Disini dikerjakan pembedaan defenisi antara aktivitas pada perusahaan besar dengan aktivitas pada perusahaan menengah dan kecil. Untuk perusahaan besar, kegiatan didefenisikan sebagai proses-proses atau prosedur-prosedur yang menjadikan kerja. Sebagai pola, dalam departemen account payable aktivitasnya dapat diperinci antara lain pengisian laporan penerimaan, order pembelian dan invoice, membandingkan laporan penerimaan, order pembelian dan lainnya.
Sedangkan untuk perusahaan menengah dan kecil kegiatan tersebut didefenisikan oleh T. Hicks dalam bukunya Activity-Based Costing for Small and Mid-Sized Businesses: An Implementation Guide (1992), sebagai sekelompok kegiatan yang mempunyai hubungan proses dan prosedur mampu digabungkan kedalam kebutuhan kerja secara khusus dalam organisasi. Berdasarkan defenisi tersebut maka aktivitas departemen account payable ialah account payable dan acara departemen purchasing yaitu purchasing.
Dalam metode biaya Activity-Based, Costing (ABC) acara yang dimaksud ialah yang berafiliasi dengan acara merancang dan memproduksi sebuah produk yang disebut juga dengan product driven actuvity.
Product driven activity ini mampu dikelompokkan atas empat kategori, yakni :
1. Aktivitas-kegiatan Berlevel Unit (Unit-Lavel activities)
Aktivitas berlevel unit (unit-level activities) adalah aktivitas yang dikerjakan setiap kali satu unit produk dibuat , besar kecilnya acara ini dipengaruhi oleh jumlah unit produk yang dibuat . Biaya yang timbul karena kegiatan berlevel unit ini dinamakan biaya kegiatan berlevel unit (unit-level activities cost), pola ongkos overhead untuk acara ini yaitu ongkos listrik dan biaya operasi mesin. Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja pribadi juga tergolong kedalam ongkos kegiatan berlevel unit, tetapi tidak tergolong kedalam biaya overhead.
2. Aktivitas-kegiatan Berlevel Batch (Batch-Lavel activities)
Aktivitas-kegiatan berlevel batch (batch-level activities) yakni aktivitas yang dijalankan setiap kali sebuah batch produk dibuat , besar kecilnya aktivitas ini dipengaruhi oleh jumlah batch produk yang diproduksi. Contoh aktivitas yang tergolong kedalam kalangan ini yakni acara setup, acara penjadwalan produksi, kegiatan pengelolaan materi (gerak bahan dan order pembelian), kegiatan inspeksi. Biaya yang timbul akhir dari kegiatan ini adalah ongkos aktivitas berlevel batch (batch-level activities), biaya ini bervariasi batch produk yang diproduksi, namun bersifat tetap kalau dihubungkan dengan jumlah unit produk yang dibuat dalam setiap batch.
3. Aktivitas-kegiatan Berlevel Produk (Product-Lavel activities)
Aktivitas-acara berlevel produk (product-level activities) disebut juga selaku aktivitas penopang produk (product-sustaining activities) ialah kegiatan yang dilaksanakan untuk mendukung banyak sekali produk yang dibuat oleh perusahaan. Aktivitas ini mengkonsurnsi masukan untuk membuatkan produk atau memungkinkan produk diproduksi dan dijual. Aktivitas ini dapat dilacak pada produk secara individual, namun sumber-sumber yang dimakan oleh kegiatan tersebut tidak dipengaruhi oleh jumlah produk atau batch produk yang dibuat . Contoh acara yang tergolong kedalam golongan ini adalah kegiatan penelitian dan pengembangan produk, perekayasaaan proses, spesifikasi produk, pergantian perekayasaan, dan peningkatan produk. Biaya yang timbul akibat dari aktivitas ini disebut dengan biaya acara berlevel produk (product-level activities cost).
4. Aktivitas-aktivitas Berlevel Fasilitas (Facility-Lavel activities)
Aktivitas berlevel kemudahan (facility-level activities) disebut juga selaku aktivitas penopang akomodasi (facility-sustaining activities) adalah meliputi aktivitas untuk menopang proses manufaktur secara biasa yang diperlukan untuk menawarkan kemudahan atau kapasitas pabrik untuk memproduksi produk, tetapi banyak sedikitnya aktivitas ini tidak berhubungan dengan volume atau bauran produk yang dibuat . Aktivitas ini dimanfaatkan secara bareng oleh aneka macam jenis produk yang berlainan, atau dengan kata lain acara ini dijalankan untuk mempertahankan eksistensi perusahaan. Contoh acara ini meliputi misalnya: administrasi pabrik, pemeliharaan bangunan, keselamatan, pertamanan (landscaping), penerangan pabrik, kebersihan, pajak bumi dan bangunan(PBB), serta depresiasi pabrik. Aktivitas manajemen pabrik bersifat administratif, misalnya acara pengelolaan pabrik, karyawan, dan akuntansi untuk biaya. Biaya untuk aktivitas ini disebut dengan ongkos acara berlevel fasilitas (facility-level activities cost).
Meskipun metode ongkos ABC ini kelihatan lebih kompleks dari metode ongkos tradisional, namun tata cara ini bisa menciptakan perhitungan ongkos yang lebih akurat. Aktivitas ini juga dapat diklasifikasikan, adalah sebagai berikut :
a. Aktivitas Repetitif dan Non Repetitif
Aktifitas repetitif dikerjakan secara berulang atau kontiniu, sedangkan aktifitas yang non repetitif yaitu acara yang dikerjakan hanya satu kali.
b. Aktivitas Primer dan Sekunder
Aktifitas primer (production activity) merupakan acara yang memiliki kontribusi langsung terhadap kegiatan-aktivitas departemen atau unit organisasi, sedangkan kegiatan sekunder (production support activity) mendukung acara primer.
c. Aktivitas yang Memiliki Nilai Tambah dan Tidak Memiliki Nilai Tambah.
Aktifitas yang mempunyai nilai tambah merupakan acara (value added) yang secara langsung mampu memberi benefit pada perusahaan, sedangkan aktivitas yang tidak memiliki nilai tambah (non value added) merupakan aktivitas yang tidak menunjukkan benefit kepada perusahaan.
Dalam tata cara ongkos Activity-Based Costing (ABC), terdapat beberapa teknik pengumpulan data acara dimana tiap-tiap teknik memiliki keunggulan dan kekurangan masing-masing. Teknik-teknik tersebut antara lain yakni :
1. Analisi Data Historis
Analisis data historis ini menggunakan data-data yang sudah ada pada perusahaan. Data-data ini merupakan data kegiatan mingguan atau bulanan dan lazimnya berisi aktivitas yang dikerjakan tiap departemen.
2. Analisi Proses Bisnis
Analisis Proses bisnis ini adalah ialah yang melakukan pendekatan dengan proses bisnis dengan menelusuri acara dari input hingga dengan output. Aktivitas ditentukan dengan pengamatan dari pemikiran fisik dan pergantian bentuk produk. Kelebihan dari pendekatan ini ialah dimungkinkannya penggambaran hubungan antara input atau output dari acara dan identifikasi komunikasi antar departemen.