Debit Kredit

Pengertian Debit-Kredit

Debit-kredit lebih sering diketahui lewat buku simpanan, jika kita menyaksikan isi buku tabungan terdapat kolom debit & kredit, debit untuk menunjukkan uang yg masuk ke dlm rekening, sebaliknya kredit untuk memperlihatkan duit yg keluar. Berbeda dgn debit-kredit yg akan kita pelajari dlm akuntansi. Istilah Debit-Kredit dlm konteks akuntansi memperlihatkan posisi dlm pencatatan transaksi. Debit berada di sebelah kiri & kredit berada di sebelah kanan.

Debit yaitu segi pencatatan transaksi yg menimbulkan : aset bertambah, utang & ekuitas menyusut. Kredit yakni sisi pencatatan transaksi yg menimbulkan : utang & ekuitas bertambah. Mencatat akun di sebelah kiri disebut dgn mendebit, sedangkan mencatat akun di sebelah kanan disebut mengkredit. Debit di kanan & kredit di kiri yakni peraturan baku akuntansi yg tak mampu diubah.

Lihat pula materi Wargamasyarakat.org lainnya:

Jurnal Umum Perusahaan Jasa

Siklus Akuntansi

Dibandingkan dgn pencatatan biasa, adanya debit-kredit dlm akuntansi mempermudah kita untuk mengontrol & melacak pergerakkan akun. Kita mampu menyaksikan perbedaan pencatatan akun Kas memakai transaksi biasa & pencatatan dgn menggunakan debit-kredit dlm format T-account berikut ini :

ilustrasi perbedaan debit kredit dgn pencatatan biasa

Memahami Cara Kerja Debit & Kredit

Pada materi sebelumnya yakni persamaan dasar akuntansi, dijelaskan dgn rinci bagaimana setiap jenis transaksi mempengaruhi persamaan akuntansi. Pada materi tsb pula sedikit dibahas mengenai double entry-system. Selain untuk menentukan persamaan akuntansi benar & sebanding, double entry system juga menentukan bahwa Debit=Kredit. Artinya, setiap transaksi yg dicatat setidaknya harus melibatkan dua jenis akun & masing-masing akun harus mewakili sisi debit (Dr) atau Kredit (Cr) sehingga jumlah sisi & debit senantiasa sama.

  Pengertian Transportasi

Cara kerja debit-kredit sama halnya dgn definisi debit-kredit itu sendiri yg telah disebutkan sebelumnya : Debit adalah segi pencatatan transaksi yg menyebabkan : aset bertambah, utang & ekuitas berkurang. Kredit adalah segi pencatatan transaksi yg menimbulkan : utang & ekuitas bertambah.

Maka tabel di bawah ini adalah gambaran dr definisi tersebut.

cara kerja debit kredit

Setiap terdapat penambahan harta/aset maka akan dicatat di debit, setiap ada penambahan utang maka akan dicatat di kredit & sebaliknya jika terjadi pengurangan. Tidak perlu dihafal, asalkan sudah mengetahui saldo wajar masing-masing. Apa itu saldo normal?

Saldo normal adalah segi dimana akun bertambah. Contoh : saldo wajar aset ialah debit, sebab setiap ada penambahan aset, akan dicatat di segi debit. Makara setiap akun apapun yg tergolong aset, bila terjadi penambahan akan dicatat di debit. Jika sudah mengetahui dgn baik apa saja yg tergolong aset, maka tak perlu menghafal satu per satu saldo normal dr Kas, Piutang, Persediaan dsb.

Begitu pula dgn utang. Saldo wajar utang adalah kredit. Artinya, setiap terjadi transaksi yg menyebabkan penambahan utang & sejenisnya, utang akan dicatat di sisi kredit & sebaliknya jika sebuah transaksi menyebabkan utang berkurang maka utang dicatat di debit.

saldo normal debit kredit

Berlaku pula untuk modal. Jika diamati, pendapatan memiliki saldo wajar yg sama dgn modal yakni kredit. Secara logika mampu dipahami, sebab pendapatan bersifat menambah modal, & kegiatan yg mengakibatkan modal bertambah akan dicatat di kredit. Sebaliknya, dgn prive & beban, keduanya pula memiliki saldo normal yg sama yaitu debit. Prive & beban, keduanya bersifat mengurangi modal, setiap terjadi transaksi prive atau transaksi yg mengakibatkan naiknya beban akan di catat di sisi debit, dimana segi tersebut yakni segi yg bertentangan jika modal bertambah.

perbedaan debit & kredit

saldo normal modal prive pendapatan beban

Berikut adalah ilustrasi yg merangkum kaitan antara persamaan akuntansi dgn debit-kredit.

hubungan persamaan akuntansi dgn debit kredit

Contoh :

  1. Pak Brian menyetorkan modal permulaan untuk usaha jasa agensi iklan sebesar Rp 10,000,000.-

Sebelum melakukan analisis debit-kredit, seperti melakukan analisis pada persamaan akuntansi, pastikan apalagi dahulu jenis akun apa saja yg terpengaruh balasan transaksi tsb. Setoran modal dlm bentuk kas akan menghipnotis akun Kas & Modal. Selanjutnya kerjakan analisis debit-kredit.

Analisis Debit-Kredit :

  • Setoran modal -> kas bertambah -> saldo wajar Kas : Debit -> Kas dicatat di debit Rp 10 juta
  • Setoran modal -> modal bertambah -> saldo normal Modal : Kredit -> Modal dicatat di debit Rp 10 juta

contoh analisis debit kredit

  1. Membeli perlengkapan kantor senilai Rp 2,500,000.-

Akun yg terpengaruh : Perlengkapan & Kas

Analisis Debit-Kredit :

  • Membeli perlengkapan -> peralatan bertambah, perlengkapan adalah kategori aset

-> saldo normal Perlengkapan : Debit -> Perlengkapan dicatat di debit Rp 2,5 juta

  • Membeli perlengkapan -> uang kas berkurang, kas adalah kategori aset -> saldo normal Kas : Debit

-> Kas dicatat di kredit Rp 2,5 juta

pencatatan perlengkapan & kas

  1. Membeli peralatan kantor senilai Rp 8,000,000.- dibayar tiga bulan kemudian.

Akun yg terpengaruh : Peralatan & Utang.

Analisis Debit-Kredit :

  • Membeli peralatan dengan-cara kredit -> peralatan bertambah, peralatan yakni klasifikasi set

-> saldo normal Peralatan : Debit -> Peralatan dicatat di debit Rp 8 juta

  • Membeli perlengkapan dengan-cara kredit -> utang bertambah -> saldo wajar Utang : Kredit

-> Utang dicatat di kredit Rp 8 juta

pencatatan peralatan & utang

Setelah mengerti hal di atas, coba lakukanlah analisis debit-kredit untuk transaksi berikut ini :

  1. Membayar utang atas pembelian peralatan sebesar Rp 2,000,000.-
  2. Membayar beban listrik & air sebesar Rp 225,000.-
  3. Menerima pendapatan dgn bayaran sebesar Rp 1,750,000.- untuk pesanan jasa iklan yg telah diberikan
  4. Menerima pesanan untuk jasa iklan di media cetak sebesar Rp 850,000, dibayarkan satu minggu kemudian sesudah iklan dipasang.
  5. Pak Brian mempesona uang untuk kepentingan pribadinya (prive) sebesar Rp 1,000,000.-

Artikel: Debit Kredit dlm Akuntansi

Kontributor: Dhiafah Qatrunnada, S.E.

Alumni Akuntansi FEB UI