Deforestasi yakni pembukaan hutan untuk mendapatkan kayu dan menawarkan ruang baik untuk zona pertanian atau pembangunan wilayah perkotaan.
Sebagai hasil dari urbanisasi di abad global ini dan pembangunan pertanian, penggundulan hutan merupakan faktor utama yang berkontribusi kepada pergantian iklim.
Deforestasi mengganti tidak cuma ekosistem namun interaksi antar komponen di dalamnya dan juga situasi pada tingkat global, dengan hasil yang pastinya mengarah pada kerusakan biosfer. Berikut ini pengaruh deforestasi kepada ekosistem.
Deforestasi Mengakibatkan Bencana Ekologi, pic:http://media.treehugger.com/ |
1. Biodiversitas
Biodiversitas atau Keanekaragaman hayati adalah jumlah spesies dalam suatu ekosistem tertentu.
Sejak spesies yang berlawanan tinggal dan makan masakan yang berbeda maka spesies lain akan tumbuh dan berkembang semakin besar.
Ketika hutan ditebang untuk dijadikan perkebunan besar mirip tebu atau kedelai, keragaman satwa liar cenderung menurun dan sebagian spesies kadang mengungsi.
Namun, jika tumbuhan yang ditumbuhi pada skala yang lebih kecil dan tidak menggantikan spesies asli, mereka mampu benar-benar meningkatkan keanekaragaman alasannya adalah mereka mampu bertindak sebagai habitat burung dan herbivora.
2. Kimia air
Deforestasi juga mensugesti kondisi sungai terdekat, rawa, dan sumber air lainnya alasannya nutrisi dari tanah dikeluarkan melalui pencucian, yang terjadi ketika air (misalnya, dari hujan) menetralisir dan melarutkan nutrisi tanah dan membawa mereka di kawasan lain.
Sumber air di tempat yang botak yang terbukti memiliki tingkat nitrat yang lebih tinggi, menurunkan kadar oksigen terlarut, dan suhu agak lebih tinggi tinggi (20-23 derajat Celcius rata-rata) dibandingkan dengan di daerah hutan.
Suhu air meningkat alasannya pohon-pohon yang memberikan penutup dari sinar matahari ditebang.
Semua faktor ini mengusik ekosistem sungai karena spesies yang hidup di sungai telah diadaptasi dengan keadaan sebelum deforestasi dan mungkin terkena imbas negatif oleh perubahan secara tiba-tiba karena deforestasi tersebut.
3. Atmosfer
Deforestasi menghipnotis tidak hanya hutan dan lingkungan sekitarnya tetapi juga atmosfer, yang pada gilirannya menyebar di biosfer hingga semua ekosistem planet dan segala sesuatu di dalamnya.
Menurut sebuah studi lingkungan tahun 2010, 17 persen dari seluruh emisi gas rumah kaca berasal dari deforestasi, baik dari pohon yang dibakar dan menurunkan daya fotosintesis, yang akibatnya melepaskan karbon dioksida (gas rumah kaca) di atmosfer.
Seperti pohon-pohon ditebang dan dibakar, karbon yang dikandungnya dilepaskan ke atmosfer.
Meskipun kenaikan tingkat karbon dioksida dapat merangsang kemajuan hutan gres, namun dibutuhkan data yang cukup untuk mengukur dampak jangka panjangnya.
4. Tanah
Tanah yang menawarkan nutrisi bagi vegetasi di ekosistem juga dipengaruhi oleh deforestasi.
Tanah di daerah yang botak terkena sinar matahari lebih intens, yang meningkatkan suhu tanah dan mengoksidasi karbon dalam tanah menjadi karbon dioksida.
Beberapa karbon dioksida dilepaskan ke atmosfer berasal dari vegetasi mati yang terurai di dalam tanah.
Di tempat yang sungguh botak, erosi tanah dan limpasan hara tanah terjadi sehabis hujan. Erosi tanah condong lebih besar di daerah kering, di mana kerapatan vegetasi minim untuk mencegah pergerakan tanah dan menyerap nutrisi.
5. Penyakit
Salah satu konsekuensi tidak langsung yang mungkin dari deforestasi yakni penyebaran penyakit, tergolong yang berasal dari burung, seperti flu burung.
Perubahan iklim telah mensugesti pola migrasi, dan unggas yang terinfeksi dapat pindah ke area hutan yang habitat yang lebih cocok untuk mereka, berbagi penyakit kepada populasi burung lokal.
Penyakit yang ditularkan dapat melalui serangga, mirip malaria dan penyakit Lyme, lebih sering terjadi pada ruang terbuka dengan lebih banyak eksposur sinar matahari.
Penyakit ini menginfeksi tidak hanya burung dan vertebrata yang didapatkan di ekosistem ini, namun juga setiap insan yang terkena serangga ini, baik di alam liar atau di tempat perkotaan terdekat.