Dampak Acuan Didik Ibu Bekerja Dan Ibu Tidak Melakukan Pekerjaan Kepada Anak Balita

BAB I
PENDAHULUAN
1.    Latar Belakang
       Keluarga yakni unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu kawasan di bawah satu atap dalam kondisi saling ketergantungan (Effendy, 1998). Pola bimbing orang bau tanah dalam keluarga secara berpengaruh sangat mempengaruhi tingkat kemajuan individu dalam pencapaian keberhasilan atau kegagalan dalam pergaulan dalam penduduk (Friedman, 1998).
Pada lazimnya , suatu keluarga berisikan ayah, ibu dan anak yang mempunyai perannya masing-masing. Seperti peranan ayah selaku pencari nafkah, pendidik, pelindung, rasa aman, selaku kepala keluarga, anggota masyarakat, kemudian peranan ibu mengurus rumah tangga, pengasuh/pendidik  anak, anggota masyarakat dan peran anak yaitu tugas psikososial sesuai tingkat perkembangan, baik mental, fisik, sosial dan spiritual (Santrock, 2007).
Saat ini, tugas ibu sebagai ibu rumah tangga telah berubah menjadi pencari nafkah. Peran ibu mulanya yakni sebagai istri, ibu dari anak-anaknya, mengurus rumah tangga, selaku pengasuh, pendidik anak-anaknya, dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta selaku anggota masyarakat dari lingkungannya. Akan tetapi, dikala ini ibu sudah berperan selaku pencari nafkah pelengkap bagi keluarganya (Effendy, 1998).
Banyak ibu yang menghabiskan sebagian besar waktunya jauh dari anak, bahkan bayi mereka. Lebih dari satu dari dua ribu ibu di Amerika Serikat yang memiliki anak berusia di bawah 5 tahun yakni pekerja; lebih dari dua dari tiga ibu yang memiliki anak 6 hingga 17 tahun. Ibu yang melakukan pekerjaan ialah bagian dari kehidupan terbaru, namun pengaruhnya masih diperdebatkan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), partisipasi wanita dalam lapangan kerja berkembangsignifikan. Selama Agustus 2006 – Agustus 2007 jumlah pekerja wanita bertambah 3,3 juta orang.  Banyaknya jumlah wanita yang melakukan pekerjaan meningkatkan secara signifikan jumlah pekerja. Kemungkinan penyebab terjadinya kenaikan jumlah pekerja perempuan yaitu adanya unsur keterpaksaaan yang harus dijalani kaum perempuan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya. Seperti yang sudah disebutkan diatas, kenaikan jumlah pekerja wanita sebagian berasal dari perempuan yang sebelumnya berstatus mengurus rumah tangga (bukan angkatan kerja) (Santrock, 2007).
Perubahan peran ibu, dari ibu yang tidak bekerja (ibu rumah tangga) menjadi ibu pekerja, membuat peneliti terpesona melakukan penelitian ini, karena pergantian tugas ibu menjadi ibu pekerja merupakan bentuk terjadinya pergeseran nilai dan  sedikit banyak, perubahan peran ini sangat mensugesti teladan bimbing yang diterapkan oleh ibu terhadap anak.
Bentuk-bentuk teladan didik sangat akrab hubungannya dengan kepribadian anak sehabis beliau menjadi dewasa. Hal ini dikarenakan ciri-ciri dan bagian-komponen tabiat seorang individu dewasa sebenarnya sudah diletakkan benih-benihnya ke dalam jiwa seorang individu semenjak awal, yaitu pada kala dia masih kanak-kanak. Watak juga ditentukan oleh cara-cara dia waktu kecil diajar makan, diajar kebersihan, disiplin, diajar bermain dan bergaul dengan anak lain dan sebagainya (Koentjaraningrat,1997).
Ibu ialah individu yang paling berperan dalam pembentukan anak sejak anak dilahirkan. Bukan berencana mengenyampingkan tugas seorang ayah, tetapi observasi ini memang difokuskan untuk peran seorang ibu dalam hal mengasuh anak terkait dengan pergantian peran ibu dalam keluarga yang menjelma pencari nafkah, karena peran ibu lebih aktual dampaknya terhadap anak. Misalnya saja betapa ibu lebih peduli dengan kehidupan sehari-hari mulai dari soal gosok gigi, ganti baju, meletakkan sepatu di rak, lalu makan sepulang sekolah. Kaprikornus, ibulah yang lebih banyak peranannya dalam menanamkan segala tindakan yang faktual sehari-hari, tergolong juga basuh tangan sebelum makan, cuci kaki sebelum tidur, dan kebiasaan lain (Sunarti, 2004).
Masing-masing ibu tentu saja memiliki pola bimbing tersendiri dalam mengarahkan sikap anak. Hal ini sangat dipengaruh oleh latar belakang pendidikan, mata pencaharian hidup, keadaan sosial ekonomi, adab istiadat, dan sebagainya. Contohnya, acuan ajar ibu yang bekerja sebagai petani tidak sama dengan pedagang. Demikian pula contoh ajar ibu yang berpendidikan rendah berbeda dengan teladan ajar ibu yang berpendidikan tinggi. Ada yang menerapkan dengan pola latih yang keras/kejam, berangasan, dan tidak berperasaan. Ada yang memakai pola ajar yang lemah lembut, dan kasih sayang dan ada pula yang memakai metode militer, yang apabila anaknya bersalah akan langsung diberi hukuman dan langkah-langkah tegas (contoh absolut). Pola didik yang dipraktekkan tiap-tiap orang tua akan sangat mempengaruhi pada bentuk-bentuk penyimpangan sikap anak (Sunarti, 2004).
Ibu mampu memilih acuan asuh yang sempurna dan ideal bagi anaknya. Ibu yang salah menerapkan contoh ajar akan membawa akibat buruk bagi kemajuan jiwa anak. Tentu saja ibu diperlukan mampu menerapkan contoh latih yang bijaksana atau menerapkan pola didik yang setidak-tidaknya tidak menenteng kehancuran atau menghancurkan jiwa dan moral seorang anak.
Pemilihan suku Jawa sebagai sampel penelitian dikarenakan suku Jawa yakni suku paling besar di Indonesia yang berasal dari Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Yogyakarta. Jumlahnya sekitar 90 juta atau setidaknya 41,7% penduduk Indonesia merupakan etnis Jawa. Mereka berasal dari pulau Jawa dan khususnya didapatkan di provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur dan Yogyakarta. Selain di ketiga propinsi tersebut, suku Jawa banyak bertempat tinggal di Lampung, Banten, Jakarta, dan Sumatera Utara. Di Jawa Barat mereka banyak didapatkan di Kabupaten Indramayu dan Cirebon (Gauthama et al, 2003).
Orang Jawa memiliki stereotipe selaku suku bangsa yang sopan dan halus. Tetapi mereka juga populer sebagai suku bangsa yang tertutup dan tak inginterus terang. Sifat ini konon berdasarkan etika orang Jawa yang ingin mempertahankan harmoni atau keselarasan dan menyingkir dari pertentangan, alasannya itulah mereka condong untuk membisu dan tidak membantah jika terjadi perbedaan pertimbangan (Gauthama et al, 2003).
Dari sudut pandang masyarakat Jawa, sosok ibu ialah fokus keluarga alasannya ibu yang paling banyak berperan dalam rumah tangga. Masyarakat Jawa sungguh menjunjung tinggi nilai-nilai budaya yang mereka anut. Nilai budaya Jawa yang menjadi pemikiran masyarakat Jawa dalam proses pengasuhan anak mempunyai makna bahwa anak ialah titipan Tuhan yang mesti dididik dengan baik biar mengetahui aturan-aturan budaya Jawa serta memiliki kepribadian yang baik. Aspek-aspek yang menjadi perhatian dalam proses internalisasi budaya dalam proses pengasuhan penduduk Jawa meliputi pelatihan nilai keagamaan, etika, ketaatan kepada orang bau tanah, disiplin dan tanggung jawab serta kemandirian (Gauthama et al, 2003).
Penelitian tentang efek acuan ajar ibu bekerja dan ibu yang tidak bekerja terhadap anak balita ini akan dikerjakan di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung dengan argumentasi alasannya adalah sehabis dijalankan penelusuran, terdapat masyarakat etnis Jawa di desa tersebut. Sebagian besar dari penduduk yang berdomisili di tempat tersebut ialah ibu rumah tangga yang beralih peran selaku ibu pekerja (pencari nafkah). Sehingga memiliki kemungkinan besar untuk dapat dilaksanakan penelitian terkait dengan judul yang diajukan oleh penulis. Maka dalam penyusunan skripsi ini penulis tertarik untuk meneliti “Pengaruh Pola Asuh Ibu Bekerja dan Ibu Tidak Bekerja kepada anak Balita pada Suku Jawa di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung.”

2.    Tujuan Penelitian

2.1 Tujuan Umum
  2.1.1 Mengidentifikasi efek pola asuh ibu melakukan pekerjaan dan ibu tidak bekerja kepada anak balita pada suku Jawa di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung.
  2.2 Tujuan Khusus
  2.2.1  Mengidentifikasi pola ajar ibu melakukan pekerjaan terhadap anak balita pada suku Jawa di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung.
  2.2.2 Mengidentifikasi pola didik ibu tidak bekerja kepada anak balita pada suku Jawa di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung.
  2.2.3 Mengidentifikasi dampak contoh ajar ibu melakukan pekerjaan dan ibu tidak bekerja  terhadap anak balita pada suku Jawa di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung.    
3.    Pertanyaan Penelitian
3.1    Bagaimana acuan ajar ibu melakukan pekerjaan kepada anak balita pada suku Jawa ?
3.2    Bagaimana teladan latih ibu tidak melakukan pekerjaan terhadap anak balita pada suku Jawa ?
3.3    Apakah terdapatnya pengaruh pola bimbing ibu melakukan pekerjaan dan ibu tidak bekerja terhadap anak balita pada suku Jawa?
4.    Manfaat Penelitian
Hasil observasi ini mempunyai beberapa faedah, antara lain ialah :
4.1 Bagi Keluarga/ Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan mampu membantu memperlihatkan berita terhadap para orang bau tanah khususnya ibu dalam hal mengasuh anak biar mampu menentukan dan memilih teladan asuh yang paling sempurna yang mampu dipraktekkan pada anak.
4.2 Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini dibutuhkan dapat dijadikan sebagai gambaran tentang teladan latih anak yang dipraktekkan oleh ibu, baik ibu melakukan pekerjaan maupun ibu tidak melakukan pekerjaan , dan dapat memperkaya hasil observasi yang sudah ada.
4.3 Bagi Penelitian Keperawatan
Penelitian ini dibutuhkan mampu digunakan  selaku   berita embel-embel dan sebagai bahan tumpuan untuk observasi keperawatan yang hendak datang dalam ruang lingkup yang serupa.
 >>>>>>>>>>>Selanjunya Klik Di bawah<<<<<<<<<<<<<<