Dagang Daging Warkop DKI Reborn dan Wajah Penonton Kita

Film Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 1 dikabarkan telah mencetak dua rekor sekaligus model Museum Rekor Indonesia (MURI).

Dua kategori tersebut yakni Film dgn Jumlah Penonton Terbanyak & Film dgn Jumlah Penonton Tercepat.

Pendiri & Ketua Umum MURI Jaya Suprana menyampaikan bahwa penghargaan tersebut diberikan berdasarkan raihan jumlah penonton.

“Kami menghargai kuantitas. Yang paling cepat dr 1 juta & satu lagi paling banyak penonton. Itu angkanya tak mampu dibantah,” ujar Jaya pada awak media Sabtu kemudian.

Warkop DKI magnetnya cukup kuat. Jumlah penontonnya meraih 4.111.000 dlm 10 hari. Raihan yg cukup mengagumkan, mengalahkan jumlah penonton AADC2 yg hanya separo Warkop saja. Bila mengecek di laman 21Cineplex, banyak teater dipenuhi oleh film ini. Bahkan tatkala saya cek di Margo Platinum penonton semua penuh di jam yg berlainan.

Apa yg menyebabkan film ini meroket?

Marketing yg gencar pastinya. Tidak hanya menggunakan mass media namun pula memakai transportasi umum, mirip di MicroAd atau gerbong kereta komuter.

Yang kedua, “nama besar” Warkop DKI di masa kemudian.

Sisanya adegan yg memperlihatkan dagang daging.

Apakah lucu tergolong? Bisa jadi, tapi menyaksikan trailernya susah untuk berbagi tawa.

Di titik bumingnya ini kita diingatkan oleh banyak hal.

1.Kita tak mampu meletakkan label begitu saja pada sang sutradara, Anggy Umbara, selaku sutradara film dakwah, efek mendirect film Mama Cake & film 3 (Alif Lam Mim).

2. Ini “kesalahan” kita alasannya adalah jarang mengapresiasi film nyata. Sehingga dimenangkan oleh film polutan. Di belahan ini pula mungkin Mas Anggy Umbara harus “belok” sebab barang jualan yg sehat di negeri ini sulit laris.

  Misionaris Berwajah Gubernur

3. Pekerjaan rumah untuk para sineas muda yg getol memproduksi film faktual supaya lebih inovatif. Jangan tekun menjual airmata di layar lebar. Karena di negeri ini sudah banjir airmata dr kaum marjinal balasan pejabat badung.

4. Meledaknya Warkop DKI yaitu indikator seperti apa aksara penonton film kita. Seperti apa tampang generasi bangsa.

Ini sedikit evaluasi dr saya. Warkop atau warung kopi memang begitu adanya. Warungnya ada dimana-mana, harga terjangkau, terlalu terbuka, asap rokok bertebaran & tak begitu menyehatkan.