close

Contoh Pengkajian Nifas Fisiologis Hari Ke-5

BAB II
PENGKAJIAN 
A.          PENGKAJIAN
1.      Data Subyektif
a.       Biodata
1.      Nama
Ditanyakan nama dengan tujuan biar dapat mengenal atau memanggil penderita semoga tidak keliru dengan penderita – penderita lain ( Ibrahim, 1993 : 84 ).
2.      Umur
Dalam kala Reproduksi sehat diketahui usia aman untuk kehamilan dan persalinan yakni 20-30 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi daripada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Kematian maternal berkembangkembali setelah usia 30-35 tahun (Wiknjosastro, 2006 : 23 ).
3.      Pendidikan
Pendidikan rendah atau tidak berpendidikan akan susah menerima penjelasan  yang diberikan walaupun pada kesudahannya insting keibuan akan lebih berperan dalam  perawatan bayinya. (Ibrahim, 1996 : 28).
4.      Pekerjaan
Untuk mengetahui bagaimana taraf hidup dan sosial ekonomi semoga rekomendasi kita nanti sesuai ( Ibrahim, 1993 : 85 ).
5.      Perkawinan
Ditanyakan kepada ibu itu berapa usang dan berapa kali kawin. Ini akan membantu menentukan bagaimana keadaan alat kelamin dalam ibu itu ( Ibrahim, 1993 : 85 ).
6.      Agama
Agama ditanyakan bekerjasama dengan perawatan penderita, contohnya dari agamanya dilarang makan daging binatang tertentu.
Dalam kondisi yang gawat ketika memberi dukungan dan perawatan mampu dikenali dengan siapa harus bekerjasama, misalnya pada agama katolik mengundang pastur dll ( Ibrahim, 1993 : 85 ).
7.      Kebangsaan
Ini perlu ditanyakan untuk mengadakan statistik yentang kelahiran ( Ibrahim, 1993 : 85).
b.      Keluhan Utama
Alasan mencari perlindungan : merasa tidak tenteram sehabis persalinan. Keluhan yang dicicipi : Kurangnya pengetahuan tentang menyusui dan perawatan bayi ( Hamilton, 1995 : 286 ).
c.       Riwayat Kesehatan
1.      Anemia post partum akan menyebabkan :
Ø  Terjadi sub involusi uteri mengakibatkan perdarahan post partum
Ø  Memudahkan jerawat puerperium
Ø  Pengeluaran ASI menyusut
Ø  Terjadi dekompensasi kodis secara tiba-tiba setelah persalinan
Ø  Anemia era nifas
Ø  Praktis terjadi bengkak mammae ( Manuaba, 1998 : 32).
2.      Kencing elok / diabetes lebih sering menyebabkan nanah nifas dan sepsis, serta menghalangi penyembuhan luka jalan lahir, baik karena ruptur perineum maupun luka episiotomi ( Wiknjosastro, 2006 : 521 ).
3.      Setelah bayi dilahirkan, penderita mampu tiba-tiba jatuh kolaps yang disebabkan darah tiba-datang membanjiri badan ibu sehingga kerja jantung menjadi sangat bertambah. Karena itu penderita harus tetap diawasi dan dirawat sekurang-kurangnya 2 ahad sesudah bersalin (  Mochtar, 1998 : 140 ).
4.      Penyakit TBC
Ibu dengan tuberculosis aktif tidak dibenarkan untuk menunjukkan ASI karena mampu menularkan pada bayi ( Manuaba, 1998 : 275 ).
5.      Ibu dengan hepatitis dapat menularkan pada anaknya yang terjadi saat lahir melalui pencernaan menelan darah dari perlukaan jalan lahir, ASI, dan kontak pribadi dengan sekret dari ibu ( Wiknjosastro, 2006 : 560 ).
d.      Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat genetic atau berkaitan dengan medis ( Varney, 2002 : 186 )
Apakah dari keluarga ibu atau orang  yang  tinggal  bareng ibu ada yang sakit,  terutama penyakit yang sungguh menular  yang sangat  kronis. Bila ada penyakit menular dapat lekas menular pada ibu dan  bayi. Ditanyakan pula mungkin dari keluarga ibu atau suaminya ada yang berpenyakit keturunan contohnya jiwa, diabetes, hemofili sebab mungkin ada efek keturunan kepada janin ( Ibrahim, 1993 : 86 ).
e.       Riwayat Kebidanan
1)      Haid
Anamnesa haid menunjukkan kesan pada kita perihal faal alat kandungan ( Sulaiman, 1983 : 154 ).
Lamanya siklus haid pada setiap wanita tidak sama, siklus haid yang normal ialah 28 hari, namun siklus ini mampu maju 2-3 hari atau mundur hingga 3 hari ( Pusdiknakes, 1993 : 18).
2)      Riwayat Kehamilan
Pda TM 1 sering didapatkan emesis ringan, fatigue, sering BAK. Pada TM II mengeluh insomnia,pegal di kawasan panggul, rasategang sewaktu-waktu di perut,oedem kaki yang menghilang di pagi hari. TM III mengeluh nyeri pinggang, sering BAK, obstipasi,oedem tungkai da kram kaki.
ANC di tempat pelayanan kesehatan sekurang-kurangnya4 kali ( Depkes RI, 1996 : 5 ).
Atau umumnya juga 1 kali sebulan  hingga bulan keenam. Dua kali sebulan dari bulan keenam sampaibulan kesembilan. Satu kali sepekan pada bulan terakhir ( Sastrawinata, 1983 : 168 ).
Mulai pergerakan anak usia 20 ahad. TT diberikan 2 kali dengan interval sekurang-kurangnya4 minggu. Nasehat yang diberikan mencakup gizi pada ibu hamil, personal hygiene, aktifitas, perawatan payudara, tanda kehamilan resiko tinggipentingnya ANC dan imunisasi ( Wiknjosastro, 2002 : N2.).
Ibu menerima terapi Fe 90 tablet, B6 30 tablet, B12 30 tablet dan Iodium 1 buah ( Depkes RI, 1994 : 46 ).
3)      Riwayat Persalinan
Kala I     :  Untuk primi 11 jam, multi 7 jam. His pembukaan cervik hingga terjadi pembukaan lengkap 10 cm mulai kuat, teratur dan sakit
Kala II    :  Untuk primi 2 jam , multi 1 jam, persalinan spontan dan BBL sehat dan normal
Kala III  :  Placenta lahir      impulsif lengkap. Primi ½ jam , multi ¼ jam
Kala IV  :  2 jam post partum pendarahan tidak boleh lebih dari 500 cc
(Mochtar, 1998 : 94).
4)      Riwayat nifas
Masa nifas yang kemudian tidak ada penyakit seperrti pendarahan post partum dan abses nifas. Maka diperlukan nifas dikala ini juga tanpa penyakit. Ibu menyusui sampai usia anak 2 tahun. Terdapat pengeluaran lochea rubra hingga hari ketiga berwarna merah. Lochea serosa hari keempat hingga kesembilan warna kecoklatan. Lochea alba hari kesepuluh hingga kelimabelas warna putih dan kekuningan. Ibu dengan riwayat pengeluaran lochea punulenta, lochea statika, infeksi intra uterin, rasa nyeri berlebih membutuhkan pengawasan khusus. Dan ibu meneteki kurang dari 2 tahun. Adanya bendungan ASI sampai terjadi nanah payudara mesti dilakukan observasi yang tepat ( Manuaba, 1998 : 193 ).  
5)      Riwayat  KB
Konstrasepsi yang bisa digunakan oleh ibu pasca salin adalah suntikan, implant, AKDR, pil KB, untuk yang kontap syaratnya usia ibu harus > 35 tahun, jumlah anak >2, slain itu bisa memakai kondom,jelly atau tissue (Manuaba, 1998 : 439).
e.       Pola kebiasaan sehari-hari
1)      Nutrisi
Ibu menyusui mesti
§  Mengkonsumsi pemanis 500 kalori tiap hari
§  Makan dengan pembatasan makanan sepadan untuk menerima protein, mineral dan vitamin yang cukup
§  Minum sedikitnya 3 liter air setiap air ( anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui)
§  Pil zat besi mesti diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca bersalin
§  Minum kapsul vitamin A (200.000 unit )biar bisa memberikan vitamin A kepada bayinya lewat ASI nya ( Saifuddin, 2006 : N25 ).
2)      Personal hygiene
§  Anjurkan kebersihan seluruh tubuh
§  Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air dari depan ke belakang, gres membersihkan kawasan sekitar anus
§  Nasehatkan pada ibu untuk membersihkan vulva setiap kali tamat BAK/BAB
§  Sarankan ibu untuk mengganti pembalut setidaknya 2x sehari
§  Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabundan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya
§  Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menyingkir dari menyentuh kawasan luka ( Saifuddin, 2006 : N24-N25).
Perawatan Payudara
  1. menjaga payudara tetap higienis dan kering,utamanya puting
  2. mengguakan BH yang menyokong payudara
  3. kalau puting susu lecet, oleskan ASI pada sekitar puting setiap final menyusui
  4. jika lecet berat, istirahatkan 24 jam. ASI dikeluarkan dan diminumkan dengan sendok
  5. untuk menghilangkan nyeri, ibu mampu minum parasetamol 1 tablet tiap 4-6 jam
  6. jikalau payudara bergerak akhir bendungan ASI , lakukan :
·         pengompresan payudara dengan kain lembap dan hangat selama 5 menit
·         urut payudara dari arah pangkal ke puting
·         keluarkan ASI sebagian sehingga puting susu lebih lunak
·         susukn bayi tiap 2-3 jam . jikalau tidak dapat mengisap seluruh ASI –nya, sisanya dikeluarkan dengan tangan
·         letakkan kain masbodoh pada payudara sesudah menyusui ( Saifuddin, 2002 : N27).
3)      Istirahat
§  Anjurkan biar ibu istirahat cukup untuk menghalangi kelelahan yang berlebihan
§  Sarankan ibu untuk kembali ke acara rumah tangga secara perlahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi tidur
§  Kurang istirahat akan mensugesti ibu dalam beberapa hal
§  Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
a.       Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak pendarahan
b.      Menyebabkan stress dan ketidak mampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri (Saifuddin, 2002 : N25).
4)      Eliminasi
BAK : mesti BAK dlam waktu 6 jam post partum, kalau 8 jam post partum belum BAK, dirangsang dengan air mengalir, kompres hangat dan lain-lain. Bila tidak mampu dilaksanakan kateterisasi
BAB : kalau pada hari ke-3 blum BAB, berikan laxansia dan diet tinggi serat (sayur-sayuran, buah-buahan) (Sastrawinata, 1983 : 325).
5)      Sexual
Secara fisik aman untuk mengawali korelasi suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa nyeri ( Saifuddin, 2006 : N27).
6)      Latihan
8 jam post partum ibu harus tidur terlentang untuk mencegah terjadinya pendarahan post partum. Setelah 8 jam boleh miring ke kiri ke kanan untuk menangkal trombosis kemudian duduk,berjalan dan latihan-latihan senam ( Wiknjosastro, 2006 : 242).
Senam Nifas
Senam yang dijalankan pada abad nifas
Tujuan :
§  Memulihkan kekendoran otot sehabis kehamilan dan persalinan
§  Memperkuat otot-otot yang mengendor waktu kehamilan
§  Memperlancar pengeluaran Lochea
§  Mempercepat involusi
Hal-hal yang perlu diamati dalam senam nifas
§  Ibu nifas cukup sehat menurut pemeriksaan dokter
§  Ibu tidak mempunyai komplikasi ( Post SC, bengkak puerpueralis )
§  Dimulai dari yang amat ringan, misal : menarik nafas panjang, miring kiri dan miring kanan
Beberapa gerakan dan fungsinya
1.      Untuk meratakan perut dan merampingkan pinggul
v  Berbaring terlentang dengan kedua lutut dibengkokkan. Tarik ke dalam otot-otot dinding perut dan pertahankan dengan penguat perut, angkat kepala dan pundak serta julurkan tangan ke arah kaki.
v  Merangkak dengan tangan dan lutut di lantai. Tarik otot-otot perut biar masuk dan bengkokkan lutut kanan ke dagu, lalu luruskan kebelakang sebelum menempatkannya ke bawah lagi.
v  Duduk di atas panggul kiri dengan tungkai dibengkokkan ke kanan. Berlutut tegak lurus dan ubah sehingga anda duduk diatas panggul.
v  Berbaring terlentang dengan kedua lutut dibengkokkan tnggi keatas, masukkan otot-otot dinding perut, serta julurkan ajun melintang diatas dada serta menggapai kebawah kearah pergelangan kaki kiri.
v  Berbaring terlentang dangan tangan lurus disamping tubuh, angkat tungkai kanan dan bawa kearah tangan kiri yang memuntir dari pinggang serta pertahankan lengan rata pada lantai.
v  Duduk pada lantai dengan punggung lurus dan lengan dijulurkan ke depan, pertahankan perut ke dalam dan kemudian berlangsung maju kemudian mundur.
2.      Memperkuat dasar panggul
Berbaring terlentang diatas lantai dengan kaki diatas dingklik. Tarik ke atas dasar panggul dan lalu angkat bokong keatas sehingga tubuh membentuk garis lurus dari tumit ke bahu kemudian turunkan perlahan-lahan.
3.      Membentuk payudara
Dengan duduk, bangkit atau berlutut pertahankan lengan horisontal di depan dengan masing-masing tangan mencekaplengan diatas, segi lainnya tetap diatas siku, cekap masing-masing lengan dengan berpengaruh dan dorong lengan bersama-sama, pertahankan lalu istirahat.
7)      Riwayat ketergantungan
Jamu untuk melancarkan peredaran darah juga untuk laktasi dan menguatkan tubuh ( Ibrahim, 1993 : 32 ).
Kebiasaan merokok, minum alkohol dan kecanduan narkotik secara langsung mampu menghipnotis perkembangan dan perkembangan bayi ( Manuaba, 1998 : 140 ).
Merokok dapat menjadikan penyempitan pembuluh darah  di dalam tubuh, tergolong pembuluh – pembuluh darah pada uterus sehingga menghambat proses involusi, sedangkan alkohol dan narkotik menghipnotis kandungan ASI yang mempengaruhi eksklusif kemajuan psikologis bayi dan mengganggu proses bonding antara ibu dan bayi.
8)      Sosial budaya
Kebiasaan yang tidak berfaedah bahkan membahayakan :
Ø  Menghindari masakan berprotein, mirip ikan / telur karena ibu menyusui perlu tambahan kalori sebesar 500 kalori/hari.
Ø  Penggunaan bebet perut secepatnya pada kala nifas (2-4 jam pertama )
Ø  Penggunaan kantong es atau pasir untuk menjaga uterus berkontraksi karena merupakan perawatan yang tidak efektif untuk atonia uteri
Ø  Memisahkan bayi dari ibunya untuk kala yang lama pada 1 jam pertama sehabis kelahiran alasannya adalah kala transisi yakni kala kritis untuk ikatan batin ibu dan bayi untuk mengawali menyusu ( Saifudin, 2002 : N29 ).
9)      Keadaan psikososial spiritual
Bonding terjadi ketika ibu dan ayah mendapatkan dan mengetahui bayinya, senyum, memeluk, meneliti dan menawarkan tanda nyata wacana bayinya. Reaksi negatif seperti sedikit menggendong bayi, menjadi apatis dan memberikan tanda tidak baik bagi bayinya. Bila orang tuia merasakan poisitif tentang bayinya seperti mereka lebih banyakmendapat ketrampilan dalam perawatan anak dan sedikit kemungkinan untuk memperlakukan anak dengan salah atau melewatkan bayinya disaat mendatang ( Hamilton, 1995 : 293 ).
Menurut beberapa penelituan, menerima peran selaku orang bau tanah mencakup tahap ketergantungan ( Taking-In ) :
Ø  Tejadi pada hari ke-1 dan 2 post partum
Ø  Menurut Rubin ( 1961 ) ketika tersebut yakni ‘fase taking-in ‘ ( menerima ialah waktu dimana ibu membutuhkan bantuan dan pelayanan )
Ø  Memfokuskan energi pada bayinya dan selalu membahas pengalaman melahirkan berulang-ulang
Ø  Masa ini mempersulit dan meminimalkan ketrampilannya untuk berkonsultasi pada berita gres, maka instruksi mesti berkali-kali
( Hamilton, 1995 :294 ).
2.      Data Obyektif
a.       Pemeriksaan Umum
Kesadaran penderita dan unek-unek yang terjadi setelah melahirkan (Manuaba, 1998 : 194 ).
b.      Tanda-tanda vital
Ø  Tekanan darah : pada beberapa perkara ditemukan kondisi hypertensi post partum. Tetapi ini akan menghilang dengan sendirinya jika tidak terdapat penyakit-penyakit lain yang menyertainya dalam 2 bulan  tanpa pengobatan (Sarwono, 2006 : 241 ).
Ø  Nadi : Nadi berkisar umumnya antara 60-8- denyutan/menit. Segera sehabis partus dapat terjadi brakhikardia. Bila terdapat takikardi sedangkan badan tidak panas, mungkin ada perdarahan berlebihan atau ada vikum kardis pada penderita. Pada era nifas biasanya denyut nadi lebih labil dibandingkan suhu badan ( Wiknjosastro, 2006 : 214 ).
Ø  Suhu : Suhu badan wanita inpartu tidak lebih dari 37,2ºC. Sesudah partus dapat naik 0.5ºC dari kondisi normal tetapi tidak melampaui 38ºC, setelah 12 jam pertama melahirkan umumnya suhu tubuh akan kembali normal. Bila suhu badan lebih dari 38ºC mungkin ada nanah ( Wiknjosastro, 2006 : 240 ).
Ø  Pernafasan : Keadaan pernafasan akan senantiasa bekerjasama dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu dan nadi tidak wajar , pernafasan juga akan mengikutinya (Ibrahim, 1993 : 79).
c.       Pemeriksaan Fisik
Ø  Mata : Observasi utamanya konjungtiva apakah pucat ? ( Depkes RI,1994 ).
Ø  Muka : Setelah melahirkan, warna tampang ibu akan kelihatan pucat, disebabkan adanya perdarahan ( Christina, 1993 : 79 ).
Ø  Mulut : Observasi bibir dan rongga ekspresi. Apakah bibir k.ering atau pucat ? Warna rongga verbal, sariawan dan bacin ekspresi. Observasi lidah untuk mengetahui bentuk dan warnanya ( Depkes RI, 1994 : 21 ).
Ø  Gigi : Observasi gigi dan gusi, apakah ada karies, gigi imitasi, gigi yang hilang, infeksi gusi dan sariawan ( Depkes RI, 1994 : 21 ).
Ø  Dada : Pernafasan normal, irama terencana, tidak ada wheezing yang ialah asma, bunyi jantung wajar .
Ø  Payudara : Keadaan buah dada pada 2 hari pertama nifas sama dengan kondisi dalam kehamilan. Pada waktu ini buah dada belum mengandung susu, melainkan colostrum yang mampu dikeluarkan dengan memijat areola mammae ( Sastrawinata, 1983 : 318 ).
Ø  Abdomen : Setelah placenta lahir TFU ± 2 jari bawah pusat ( Sarwono, 2006 : 237 ).
Kontraksi uterus baik artinya uterus menjadi keras, atau kontraksi lembek, uteris terasa lemah ( Ibrahim, 1993 : 80 ).
Ø  Kandung kemih : Dinding kandung kemih memperlihatkan oedema dan hiperanemia, kurang sensitif dan kapasitasnya bertambah ( Sastrawinata, 1983 : 318 ).
Dalam waktu 6 jam harus mampu kencing, jikalau hingga 8 jam PP belum mampu kencing / kencing belum melebihi 100 cc, maka dikerjakan kateter, kandung kencing mesti diusahakan tetap kosong ( Sastrawinata, 1983 : 326 ).
Ø  Genetalia : Luka-luka pada jalan lahir kalau tidak ada nanah akan sembuh dalam 6-7 hari . Lochea Rubra ( cruenta ) berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel decidua, verniks kaseosa, lanugo dan mekonium ( Rustam Mochtar, 1998 : 116 ).
Perineum ada luka episiotomi / ruptur harus higienis, tidak berwarna, tidak oedema dan jahitan harus tertaut dengan baik ( Hamilton, 1995 : 282 ).
Ø  Ekstremitas : Normal, tidak terdapat flegmasia alba dolens yang merupakan salah satu bentuk bengkak puerperalis yang perihal pembuluh darah vena femoralis yang terinfeksi dan dibarengi pembentukan trombosit. Dapat menjadikan tanda-tanda klinik : bengkak pada tungkai, berwarna putih, terasa sangat nyeri, tampak bendungan pembuluh darah, suhu tubuh meningkat
( Manuaba, 1998 : 316 ).
d.      Pemeriksaan penunjang
e.       Terapi yang didapat
Ø  Pil zat besi 40 tablet
Ø  Vitamin A 200.000 unit ( Saifuddin, 2002 : N26).
B.           ANALISA DATA / DIAGNOSA KONDISI
Diagnosa Kondisi :
Ibu post partum, P APIAH, jam / hari, jenis persalinan impulsif, belakang kepala,anak hidup,jenis kelamin,laktasi bagaimana,involusa baik atau tidak, lochea yang keluar, kontraksi uterus, kondisi umum.
Dangan problem
1.      Resiko tinggi terhadap bisul
2.      Resiko tinggi kepada perdarahan ( Hamilton,  1995 : 282 ).
3.      Potensial kurang pengetahuan tentang perawatan diri dan bayi
4.      Potensial kurangnya pengetahuan ibu mengenai  menyusui, kekerabatan, dan kontrasepsi
5.      Potensial pecahnya puting susu dan mastitis hingga dengan kegiatan menyusui ( Hamilton, 1995 : 295 ).
C.          PERENCANAAN
Ibu post partum, P APIAH, jam / hari, jenis persalinan spontan, belakang kepala,anak hidup,jenis kelamin,laktasi bagaimana,involusa baik atau tidak, lochea yang keluar, kontraksi uterus, keadaan biasa .
Tujuan : kala nifas berjalan normal tanpa komplikasi bagi ibu dan bayi
Kriteria :
                        KU ibu baik
                        T  : 110/70 mmHg – 130/80 mmHg
                        N :  60 x / menit – 80 x / menit
                        S :  36 – 37,5 °C
                        Rr : 16 – 24 x / menit
                        Kontraksi uterus baik ( lingkaran dan keras )
                        Laktasi tanpa hambatan
Involusi menurun secara bertahap, lochea wajar : pergeseran warna sesuai tahapan hari-hari, pengeluaran lochea tanpa hambatan, tidak berbau.
                        KU bayi baik
                        Rr :  30 – 60 x / menit
                        S  :  36,5 – 37,5 ºC
         Warna kulit kemerahan ( Wiknjosastro, 2002 : N32 ).
Intervensi :
a.       Jelaskan pada ibu tentang fisiologi nifas
R/     Ibu dapat beradaptasi dan menyesuaikan dengan kondisi kini
b.      Observasi KU ibu dan TTV
R/     Jika ditemukan suhu badan tinggi ialah tanda dari febris purpueralis
c.       Observasi kondisi proses involusi, TFU, kontraksi uterus dan pengeluaran lochea
R/     Bila ditemukan TFU tidak cocok dengan hari setelah persalinan merupakan tanda sub involusi
d.      Ajarkan vulva hygiene yang benar
R/     Genetalia yang kotor dan pengeluaran lochea yang berbau wangi ialah media kuman dan terjadinya bengkak
e.       Anjurkan ibu untuk mobilisasi dini
R/     Tirah baring > 8 jam PP merupakan faktor terjadinya trombosis dan tromboemboli
f.       Anjurkan ibu makan dengan nutrisi manis dan sepadan
R/     Lancar tidaknya ASI dan kesembuhan luka jahitan mampu dideteksi dengan gizi yang adekuat
g.      Pengawasan nyeri pada alat genetalia, perineum dan mammae
R/     Nyeri yang berlanjut merupakan tanda nanah
h.      Ajarkan perihal perawatan payudara
R/     Puting lecet merupakan port de enter
( Pusdiknakes WHO,JHPIEGO.2001 )
Diagnosa Masalah
1.      Resiko tinggi kepada infeksi
Tujuan : Ibu bebas dari bisul
Kriteria :
         Tidak terjadi panas / demam
                     Lochea wajar , perubahan warna sesuai tahapan hari-hari
                     TTV normal :
                     T  : 110/70 mmHg – 130/80 mmHg
                     N :  60 x / menit – 80 x / menit
                     S :  36 – 37,5 °C
                     Rr : 16 – 24 x / menit
               Intervensi :
a.       Observasi tekanan darah, suhu dan nadi
R/     Kenaikan suhu 38°C dalam 24 jam pertama dan terulang selama 2 hari menunjukan bisul
b.      Observasi kontraksi dan pengeluaran lochea
R/     TFU pada awal post partum ±2 cm dibawak sentra, jika meningkat 1-2 cm/ hari menandakan adanya sub involusi. Hal ini terjadi mungkin alasannya adalah jaringan placenta tertinggal mengakibatkan bengkak
c.       Perhatikan jumlah urin dan lihat gejala infeksi terusan kemih
R/     Urine yang tetap mengembangkan  resiko terhadap jerawat akses kemih
d.      Ajarkan vulva hygiene yang benar
R/     Mencegah penyebaran infeksi
e.       Anjurkan ibu makan kuliner tinggi protein, vitamin C dan zat besi serta minum air ± 3 liter/hari
R/     Meningkatkan daya tahan badan
( Pusdiknakes WHO,JHPIEGO.2001 )
           
2.      Resiko tinggi kepada perdarahan
Tujuan : Perdarahan tidak terjadi
Kriteria :
            KU ibu baik,tidak anemis,konjungtiva palpebrae merah muda
            Kontraksi uterus baik, perdarahan tidak lebih dari 500 cc
            Intervensi
a.       Observasi kontraksi  uterus, keadaan kandung kemih
R/     Kandung kemih sarat mengusik kontraksi uterus dan menimbulkan perubahan posisi dan relaksasi fundus
b.      Observasi intake dan output cairan
R/     Mencegah dehidrasi
( Pusdiknakes WHO,JHPIEGO.2001 )
3.      Potensial kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan bayinya
Tujuan : Ibu mampu melaksanakan  perawatan diri dan bayinya secara mampu berdiri diatas kaki sendiri
Kriteria : Ibu dapat melaksanakan teknik perawatan diri dan bayinya dengan benar
Intervensi :
a.       Kaji lebih lanjut ihwal wawasan ibu  perihal perawatan nifas dan bayi
b.      Berikan klarifikasi wacana perawatan nifas dan bayi yang mampu dilakukan  ibu dengan teknik yang benar
c.       Lakukan demonstrasi sekaligus bareng ibu wacana teknik perawatan nifas, bayi dan benarkan jikalau ibu melakukan kesalahan  
( Pusdiknakes WHO.JHPIEGO.2001 )
4.      Potensial kurangnya pengetahuan perihal menyusui, relasi dan kontrasepsi.
Tujuan : Ibu dapat mengerti penjelasan petugas
Kriteria : Ibu mampu menerangkan kembali secara singkat mirip yang dijelaskan petugas.
Intervensi :
a.       Jelaskan perihal administrasi laktasi yang benar
R/  Ketidaktahuan ibu wacana laktasi akan kuat jelek kepada ASI dan bayi
b.      Jelaskan wacana KB yang tidak mempengaruhi laktasi
R/  Jelaskan kekerabatan setelah nifas
c.       Jelaskan perihal KB yang tidak mensugesti laktasi
R/  KB yang tidak baik pada ibu kemungkinan besar lengan berkuasa terhadap proses laktasi.(Pusdiknakes WHO.JHPIEGO.2001)
5.      Potensial pecahnya puting susu dan mastitis hingga dengan aktivitas menyusui
Tujuan     :    Tidak ada pecah puting dan mastitis
Kriteria    :    Laktasi lancar
                     Mamae tidak bengkak
Intervensi :  
a.       Jelaskan dan anjurkan cara perawatan payudara yang benar
R/  Jika ibu memahami perawatan payudara yang benar, maka kelangsungan proses laktasi terjamin.
b.      Jelaskan dan anjurkan cara massage payudara yang benar
R/  Kelancaran laktasi dideteksi melalui cara perawatan payudara
c.       Jelaskan ihwal manajemen laktasi
R/  Kepuasan bayi menyusui dan lancarnya pengeluaran ASI dapat diketahui dengan keadaan administrasi laktasi dari Ibu.
            (Wiknjosastro, 2006 : 259 – 280).
D.          PELAKSANAAN
Pada langkah ini planning asuhan menyeluruh yang telah disusun dikerjakan secara efisien dan kondusif.
Tindakan yang dikerjakan bidan dalam menunjukkan asuhan terhadap ibu nifas normal sesuai dengan planning yang sudah disusun menurut diagnosa dan masalah yang telah timbul.
Didalam tahap ini bidan melaksanakan pengamatan  sesuai kriteria penilaian yang di rencanakannya.
Beberapa hal yang mendapat perhatian dalam tahap pelaksanaan ialah;


  • Intervensi yang dijalankan harus menurut mekanisme tetap yang lazim di lakukan.
  • Pengamatan yang dijalankan secara cermat dan tepat sesuai dengan persyaratan dan evaluasi yang sudah ditetapkan.
  • Pengendalian keadaan pasien/ klien sehingga secara berangsur-angsur meraih keadaan yang diperlukan.

     (Pusdiknakes, 1994).
E.           EVALUASI
Pada langkah ini dilakukan evaluasi klasifikasi dari asuhan yang gampang diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar sudah terpenuhi sesuai keperluan sebagaimana sudah didefinisikan didalam persoalan diagnosa/ masalah.
Langkah penilaian dalam asuhan kebidanan didokumentasikan dalam bentuk SOAP.
S    :  Subyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien lewat anamnesa
O   :  Obyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik, hasil laboratorium dan tes diagnosa lain yang dirumuskan dalam data konsentrasi untuk mendukung assesment.
A   :  Assesment
Menggambarkan interpretasi data subyektif dan obyektif dalam suatu kenali :
1.      Diagnosa/ duduk perkara
2.      Antisipasi diagnosa lain/ dilema berpeluang
P    :  Plan
Menggambarkan pendokmentasian dari penyusunan rencana penilaian berdasarkan assesment.

         (Pusdiknakes, 1994 ).