close

Contoh Makalah Transformasi Teknologi Pada Pendidikan Kejuruan

Transformasi Teknologi Pada Pendidikan Kejuruan 
A. Pendahuluan
Visi pendidikan nasional adalah pada tahun 2025, Sistem Pendidikan Nasional berminat menciptakan: INSAN INDONESIA CERDAS DAN KOMPETITIF. Cerdas meliputi pandai spiritual, cerdas emosional & sosial, cerdas intelektual dan cerdas kinetik. Kompetitif dimaknai berkepribadian unggul dan gandrung akan kelebihan, bersemangat juang tinggi, mandiri, pantang menyerah, pembangun dan pembina jejaring, dekat dengan pergantian, inovatif dan menjadi agen pergantian, produktif, sadar kualitas, berorientasi global, dan pembelajar sepanjang hayat. Dalam visi ini tersirat bahwa proses menciptakan sumber daya manusia yang pandai dan kompetitif digantungkan pada pendidikan. Kemajuan sebuah bangsa dan negara tidak bisa dilepaskan dari pertumbuhan bidang pendidikan. Pendidikan ialah bagian integral yang tidak mampu dipisahkan dari proses penyiapan sumber daya insan yang bermutu, handal dan cekatan. Hakekat pendidikan intinya yaitu proses komunikasi yang di dalamnya mengandung transformasi pengetahuan, nilai-nilai dan kemampuan-kemampuan, di dalam dan di luar sekolah yang berjalan sepanjang hayat (life long process), dari generasi ke generasi (Sumitro, dkk. 1998). 
Fungsi pendidikan adalah melestarikan tata sosial dan tata nilai yang ada dalam penduduk dan selaku biro pembaharuan sosial sehingga dapat mengantisipasi masa depan. Menurut Tilaar (2006), pendidikan memiliki fungsi preparatoris dan antisipasipatoris adalah bahwa di samping merencanakan peserta ajar sebagai generasi kala depan (tenaga kerja), pendidikan juga merencanakan peserta ajar utk persiapan kemungkinan kala depan dengan membekali kesanggupan dan tingkah laku yg diperlukan. 
Visi tata cara pendidikan nasional di atas intinya dimaksudkan mempersiapkan manusia Indonesia seutuhnya, utuh dalam kesempatandan utuh dalam pengetahuan (Sumitro, dkk. ,1998). Utuh dalam potensi meliputi potensi tubuh dengan pancainderanya, peluangberpikir, potensi rasa, kesempatancipta yang mencakup daya cipta, kreativitas, fantasi, khayal dan imajinasi, peluangkarya, potensi budi nurani ialah kesadaran kecerdikan, hati nurani, dan kata hati. Utuh dalam pengetahuan yaitu manusia yang sadar nilai, yaitu pengetahuan dunia darul baka, pengetahuan jasmani rohani, wawasan individu dan sosial, dan wawasan akan waktu, yakni era lalu, sekarang dan yang hendak tiba. 
Pendidikan kejuruan yang merupakan salah satu jenis pendidikan nasional juga mempunyai tugas penting dalam merencanakan manusia utuh, baik sebagai tenaga kerja maupun sebagai warga masyarakat dan bangsa. Adanya efek globalisasi yang ditandai dengan kemajuan teknologi menyebabkan pendidikan kejuruan dinilai masih belum optimal dalam menawarkan sumber daya insan selaku tenaga kerja. Pendidikan kejuruan belum dapat optimal mengimbangi dampak pertumbuhan teknologi di pasar kerja. Menurut Tilaar (2006), dikala ini terdapat empat krisis pokok pendidikan nasional, adalah problem mutu pendidikan, relevansi atau efisiensi external, elitisme dan administrasi. Kualitas pendidikan menyangkut persyaratan isi, proses, fasilitas prasarana, pendidik, dan patokan-tolok ukur yang lain. Relevansi pendidikan atau efisiensi eksternal diukur dari keberhasilan tata cara pendidikan memasok tenaga-tenaga terampil dalam jumlah yang mencukupi bagi keperluan sektor-sektor pembangunan. 
Berdasarkan uraian di atas, terdapat dua hal yang perlu diamati adalah manajemen penyelenggaraan pendidikan kejuruan dan pemanfaatan teknologi dalam proses pembelajarannya. Berkaitan dengan hal ini, dalam makalah ini akan diseksripsikan secara singkat ihwal tarnsformasi budaya dalam pendidikan kejuruan, peran pendidikan kejuruan, efek perkembangan teknologi, dan penerapan teknologi dalam pembelajaran kejuruan. 
B. Tranformasi Budaya dalam Pendidikan Kejuruan
Saat ini kita sedang menuju penduduk industri. Masyarakat industri modern yakni penduduk terbuka, rasional dan kritis (Tilaar, 2006). Derap kehidupan penduduk ialah proses budaya. Transformasi budaya menjadikan nilai-nilai instrinsik dan nilai instrumental.. Nilai-nilai instrinsik menyangkut pembentukan nilai-nilai sopan santun dan budaya menuju identitas insan seutuhnya. Nilai-nilai instrumental: disiplin, penghargaan kepada waktu, spesialisasi, orientasi pada kerja dan prestasi. Transformasiadalah sebuah kompleks jalinan kekuatan yg saling terkait dari 7 poros transformasi yaitu: globalisasi, struktur ekonomi, politik-ideologi, budaya nasional, insan dan penduduk , iptek, dan isu (Alfian, 1986).
Globalisasi merupakan rekayasa ekonomi yang menyebabkan kehidupan manusia menjadi begitu terbuka dan dalam keterbukaan itu insan adalah kuncinya. Pendidikan yg berkualitas ialah moto globalisasi. Perubahan struktur ekonomi menurut pertanian menuju ekonomi menurut industri akan mengubah cara hidup dan berfikir bangsa. Meningkatnya industri modern meminta tenaga teknik yg semakin banyak baik pada tingkat menengah maupun tenaga teknik profesional. Pendidikan dan pelatihan perlu dipersiapkan dalam menyesuaikan programnya dengan kemajuan teknologi yang cepat perkembangannya. Sejalan dengan itu pendidikan kejuruan perlu ditransformasikan dengan dasar pendidikan sains yang besar lengan berkuasa. 
Peranan iptek dalam penduduk industri menuntut manusia yang sadar iptek. Masyarakat industri bukan cuma melek aksara namun juga melek numerik. Penyusunan dan pemanfaatan iptek untuk negara-negara meningkat akan sukses kalau: 1) negara itu menumbuhkan kemampuannya memiliki teknologi yang tepat alasannya adalah sungguh-sungguh diperlukan, 2) dapat menentukan teknologi yang dibutuhkan serta mampu memanfaatkannya tanpa mempunyai mayarakat ilmiah apalagi dulu. Memasuki dunia industri modern dengan ipteknya berarti memasuki tatanan nilai yang baru yang berorientasi terhadap efisiensi, nalar dan pragmatisme. 
Informasi dapat mengganti muka duania dan siapa yang menguasai gosip dapat menguasai dunia: opini dunia, politik, sosial, dan ekonomi. Untuk menguasai gosip diperlukan kemampuan: (1) mengenali di mana dan bagaimana informasi diperoleh, b) memilih berita sesuai dengan kegunaan untuk pengembangan pribadi, c) menganalisis data yang diperoleh dengan teknologi komputer, d) menyelenggarakan sintesis atas hasil analisis sehingga dapat merumuskan alternatif-alternatif keputusan yang bagus dan benar, e) mengambil keputusan, dan f) mengembangkan pengetahuan yang sudah diperoleh. 
Uraian-uraian di atas memberikan bahwa pertumbuhan pendidikan kejuruan dipengaruhi adanya transformasi budaya. Empat dari 7 poros transformasi yang sangat erat kaitannya pendidikan kejuruan ialah globalisasi, struktur ekonomi, iptek, dan berita.
C. Peran Pendidikan Kejuruan 
Dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidikan kejuruan ialah pendidikan yang mempersiapkan penerima ajar untuk melakukan pekerjaan dalam bidang tertentu. Wardiman D. (1998) mendeskripsikan pertimbangan Evans bahwa pendidikan kejuruan yakni pendidikan yang bermaksud untuk (1) memenuhi keperluan penduduk akan tenaga kerja, (2) memajukan opsi pendidikan bagi setiap individu, dan (3) menumbuhkan motivasi untuk mencar ilmu sepanjang hayat. Menurut Sukamto (2001), pendidikan kejuruan meliputi semua jenis dan bentuk pengalaman berguru yang menolong anak ajar meniti tahap-tahap pertumbuhan vokasionalnya, mulai dari identifikasi, eksplorasi, orientasi, persiapan, pemilihan dan pemantapan karir di dunia kerja. Berdasarkan batasan tersebut mampu dibilang bahwa pendidikan kejuruan ialah jenis pendidikan untuk memasuki lapangan kerja dan didedikasikan bagi siapa pun yang membutuhkannya dan yang mendapatkan untung darinya (Wardiman D., 1998)
Batasan-batasan pendidikan kejuruan di atas menawarkan bahwa pendidikan kejuruan identik dengan pendidikan keduniakerjaan. Oleh risikonya, pendidikan kejuruan mempunyai karakteristik yang berbeda dengan pendidikan umum. Beberapa karakteristik pokok tersebut di antaranya bahwa pendidikan kejuruan didasarkan atas kebutuhan dunia kerja, kesuksesan akseptor asuh dilihat dari tampilannya di dunia kerja, responsip dan antisipatif terhadap kemajuan teknolologi, lebih konsentrasi pada “learning by doing” dan “hands-on experience”, dan perlu santunan kemudahan untuk pembelajaran praktik. 
Dalam rangka untuk menerima sumberdaya manusia selaku pengisi dan penggagas pembangunan, pendidikan kejuruan memiliki banyak fungsi, diantaranya fungsi sosialisasi, kendali sosial, seleksi dan alokasi, asimilasi dan konservasi budaya dan penawaran spesial pergeseran (Wardiman D., 1998). Fungsi sosialisasi artinya dalam pendidikan kejuruan terjadi proses transmisi nilai-nilai dan norma-norma sebagai konkritisasi nilai-nilai tersebut. Fungsi kendali sosial artinya pendidikan kejuruan berfungsi sebagai kontrol perilaku semoga sesuai dengan nilai-nilai beserta norma-normanya, contohnya kerjasama, keteraturan, kedisiplinan, dan kejujuran. Fungsi seleksi dan lokasi artinya pendidikan kejuruan berfungsi merencanakan, memilih, dan menempatkan calon tenaga kerja sesuai dengan perubahan dan pertumbuhan pasar kerja. Fungsi penawaran khusus pergantian artinya pendidikan kejuruan tidak semata-mata befungsi untuk mentransformasikan apa yang ada, tetapi juga berfungsi sebagai biro pembaharuan dan perubahan. 
Di samping itu, selain memiliki banyak fungsi, pendidikan kejuruan juga mampu memperlihatkan faedah yang sungguh besar, baik bagi penerima asuh, bagi dunia kerja maupun bagi penduduk . Bagi akseptor bimbing, manfaat pendidikan kejuruan antara lain untuk kenaikan mutu diri, penyiapan diri agar berkhasiat bagi penduduk dan bangsa, dan adaptasi diri terhadap lingungan. Bagi dunia kerja, pendidikan kejuruan bermanfaat untuk menerima tenaga kerja yang berkualitas dan mampu menolong mengembangkan dan membuatkan usaha. Bagi masyarakat, manfaat pendidikan kejuruan antara lain: dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mampu meningkatkan produktivitas nasional yang pada kesannya dapat memajukan penghasilan negara.
Hingga dikala ini lulusan dari lembaga-lembaga pendidikan kejuruan lebih mudah memasuki pasar kerja dibandingkan dengan lulusan pendidikan lazim. Mengingat hal ini pemerintah terus melakukan kebijakan-kebijakan untuk memajukan kuantitas dan mutu pendidikan kejuruan. Salah satu kebijakan tersebut yaitu bahwa pada simpulan tahun 2009 perbandingan jumlah antara sekolah kejuruan dan sekolah biasa diperlukan menjadi 70:30. Hal ini menenteng konsekuensi pada peningkatan kualitas untuk semua aspek yang terkait dengan penyelenggaraan pendidikan kejuruan.
Agar fungsi mampu berjalan maksimal dan sekaligus dapat menawarkan faedah yang semaksimal mungkin maka pendidikan kejuruan harus diatur sebaik mungkin. Terdapat sejumlah prinsip yang perlu diperhatikan agar penyelenggaraan pendidikan kejuruan menjadi efektif dan efisien, di antaranya:
  1. Tugas-tugas latihan dilaksanakan dengan cara, alat dan mesin yang sama seperti yang ditetapkan di daerah kerja. 
  2. Peserta didik dilatih dalam kebiasaan berpikir dan bekerja seperti yang diharapkan dalam pekerjaan itu sendiri.
  3. Guru telah memiliki pengalaman yang berhasil dalam penerapan kemampuan dan wawasan pada operasi dan proses kerja yang mau dikerjakan.
  4. Sejak awal latihan telah ada adaptasi perilaku yang akan ditunjukkan dalam pekerjaannya.
  5. Pelatihan diberikan pada pekerjaan yang aktual. 
  Hubungan Antara Kepribadian Narsistik Dengan Sikap Konsumtif
Tantangan utama yang dihadapi pendidikan kejuruan ialah bagaimana cara untuk memenuhi tuntutan pasar kerja yang semakin tinggi balasan adanya pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemajuan teknologi menimbulkan insan tidak bisa lepas dari ketergantungan pada teknologi (Lie dan Sorensen, 1998). Hal ini menuntut pendidikan kejuruan untuk melakukan acara-program yang sempurna sehingga tidak terlalu berat bebannya dalam mengimbangi kemajuan teknologi. Untuk itu, program-program pembelajaran di sekolah-sekolah kejuruan dituntut untuk selalu responsif dan antisipatif terhadap perkembangan teknologi. 
D. Dampak Perkembangan Teknologi
Perkembangan teknologi yang begitu cepat telah menenteng dampak pada aneka macam aspek kehidupan manusia, baik imbas yang bersifat positif maupun yang negatif. Dampak positif mampu dilihat dari sisi kemudahan dan keuntungan yang diperoleh insan, sedang dampak negatif dilihat dari adanya kerugian dan kesusahan yang diterima oleh manusia. Terlepas dari dampak kasatmata dan negatif ini, ternyata manusia tidak mampu menghindari dari ketergantungannya pada teknologi. Jadi, tidaklah berlebihan apa yang dikemukakan oleh Thurow yang dikutip oleh Ninok L. (2007) bahwa technology is making skills and knowledge the only sources of sustainable strategic advantage. (teknologi membuat kemampuan dan wawasan sebagai satu-satunya sumber keunggulan strategis berkelanjutan). 
Kebanyakan manusia memandang teknologi sebagai suatu hasil cipta karya manusia yang ditujukan untuk membuat lebih mudah dan menangani aneka macam duduk perkara hidup dan kehidupan. Teknologi sering dipandang selaku cara pemanfaatan ilmu wawasan untuk mencapai tujuan tertentu. Teknologi ialah cara melaksanakan sesuatu untuk menyanggupi keperluan manusia dengan derma alat dan akal sehingga seolah-olah memperpanjang, memperkuat atau membuat lebih ampuh anggota tubuh, panca indera, dan otak insan (Iskandar Alisyahbana, 1980). Teknologi yaitu penerapan banyak sekali prosedur hasil observasi ilmiah dan pengalaman simpel untuk mengatasi berbagai persoalan dalam kegiatan kehidupan sehari-hari (Stolovitch & Keeps, 1992). Dalam Dictionary of Scientific and Technical Terms, Fifth Edition disebutkan bahwa technology is systematic knowledge of and its application to industrial processes, closely related to engineering and science. Dengan teknologi, mampu membuat sesuatu menjadi lebih mudah, menciptakan sesuatu menjadi lebih unggul (advanced), dan mendapatkan sesuatu yang gres ( &Heath, 1996). Dengan teknologi, sebuah acara atau aktivitas mampu terlaksana lebih efektif dan efisien (Noe, dkk., 1997). 
Berdasarkan batasan-batasan di atas mampu dikatakan bahwa teknologi yaitu keseluruhan cara yang secara rasional mengarah pada sesuatu yang bercirikan efektif dan efisien dalam setiap kegiatan manusia. Dengan demikian, teknologi dapat dilihat dari tigas faktor yakni teknologi sebagai disiplin ilmu, teknologi selaku sistem, dan teknologi sebagai produk yang dibentuk oleh manusia (Dyrenfurth, 1984). Pada bab lain, Slamet PH (2001) mengemukakan bahwa teknologi memiliki empat unsur yaitu manusia, alat sumber daya, dan proses. Manusia ialah subjek yang membuat, membuatkan dan menggunakan teknologi. Alat yakni komponen penunjang pokok yang dipakai insan demi kemajuan teknologi. Sumber daya ialah material yang dipakai untuk teknologi yang mencakup bahan, energi, duit, waktu, dan informasi. Proses merupakan keadaan yang mengakibatkan berubahnya sesuatu menjadi sesuatu lainnya.
Manusia yakni bagian utama dalam teknologi. Proses kemajuan dan perkembangan insan mampu terjadi juga alasannya pengaruh teknologi. Teknologi tertentu menjadikan adanya ciri-ciri tertentu sehingga menimbulkan adanya tipe khusus dari sebuah komunitas penduduk itu yang membedakannya dengan penduduk lain (Merelman, 2000). Manusia yang selalu responsif dan antisipatif terhadap perkembangan teknologi dapat diartikan insan yang melek teknologi. Melek teknologi yaitu respons psikologis seseorang kepada segala sesuatu yang berhubungan dengan teknologi. Terdapat beberapa ciri dari manusia melek teknologi, seperti yang dikemukakan oleh Feirer & Lindbeck (1986) dan Dyrenfuth (1984) yaitu: 
  • Awarness of key processes and their governing principles. 
  • Understanding of essential relationship among key principles and are of technology. 
  • Comfort with basic technological hardware. 
  • Ability to copceptualize how an unfamiliar technological process or machines operates. 
  • Imagination to apply existing technology to new problems or situations. 
  • Sense of personal limits. 
  • Familialirity with technology’s effects on indiviuals and society. 
  • Ability to evaluate a technological process or product in terms of personal benefit as a computer. 
  • Ability to choose among technological alternatives in daily life. 
  • Insight as to the relationship between careers and technological future, 
  • Ability to protect alternatives futures based on technological capacities and applications. 
  • Knowledge of technological information accessing methods and sources. 
  Bag V, Teknis Budidaya Flora Karet
Satu hal yang perlu digarisbawahi dari respons psikologis tersebut yakni bahwa insan yang melek teknologi menyadari akan keterbatasan dirinya (sense of personal limits) walaupun teknologi yang dihasilkan dan dibuat sungguh mutakhir dan mutakhir. 
Berbagai macam pekerjaan dan kemampuan mengalami pergantian seiring dengan perkembangan dan kemajuan teknologi (Werther & Davis, 1996). Menyikapi hal ini,. pendidikan kejuruan dituntut untuk merencnakan dan melaksanakan aneka macam program pembelajaran dengan memanfaatkan pertumbuhan teknologi. Dalam kaitan ini, teknologi dilihat dari tiga faktor, ialah teknologi sebagai ilmu, teknologi selaku suatu sistem, dan teknologi selaku produk.
E. Upaya-Upaya Transformasi Teknologi dalam Pembelajaran Kejuruan
Dinamika penyelenggaraan pendidikan kejuruan sangat ditentukan bagaimana proses pembelajaran dilakukan yang pada karenanya dilihat bagaimana siswa berguru. Adanya krisis ekonomi, desentralisasi pendidikan dan globalisasi mengakibatkan terjadinya pergeseran paradigma pendidikan. 
Berikut beberapa pergantian paradigma dalam pendidikan:
Traditional Learning
New Learning
Teacher Centered
Student Centered
Single Media
Multi Media
Isolated Work
Collaborative
Information Delivery
Information Exchange
Factual, Knowledge Based Learning
Critical Thinking and Informed Decision Making
Push
Pull
Sumber: Suyanto (2007) 
Berdasarkan perubahan paradigma tersebut menimbulkan batas-batas belajar menjadi lebih luas ialah meliputi learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together. 
Dalam proses pembelajaran terdapat tiga komponen pokok yang saling berinteraksi adalah pendidik, peserta didik, dan tujuan pendidikan. Pergeseran paradigma pendidikan mengakibatkan penerima latih selaku subjek yang mesti menyebarkan potensi dirinya berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai. Tercapai tidaknya tujuan pendidikan sungguh ditentukan bagaimana pendidik/guru mengorganisir semua bagian yang terkait dalam pembelajaran. Ada dua hal yang sungguh mendukung tercapainya tujuan pembelajaran kejuruan yaitu pemanfaatan iptek dan pemanfaatan gosip. 
Pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran kejuruan dapat dijabarkan dalam tiga kebutuhan yakni teknologi sebagai ilmu, teknologi sebagai produk, dan teknologi sebagai cara atau tata cara. Sebagai ilmu terapan, teknologi mengkaji banyak sekali persoalan yang berkait dengan perancangan/rekayasa untuk menemukan produk gres yang dapat menyanggupi keperluan manusia dalam segala aspek kehidupan, baik yang berkait dengan aspek ideologi, politik, sosial budaya, maupun pertahanan dan keamanan. Dalam perkembangannya produk teknologi bukan cuma berupa produk kebendaan, tetapi juga pengembangan sebuah sistem yang mendukung layanan/jasa. 
Tujuan pembelajaran teknologi lebih banyak pada kegiatan yang bersifat praktik dengan mengintegrasikan wawasan, keahlian dan perilaku selaku proses pembentukan kompetensi. Dengan demikian, kompetensi dalam pembelajaran ini yakni integrasi dari pengetahuan, kemampuan, dan sikap yang dibutuhkan oleh seseorang untuk melakukan suatu peran di dunia kerja. Pada level pendidikan dasar dan menengah kajian teknologi lebih berkonsentrasi pada aspek kemampuan untuk melakukan langkah-langkah yang berbasis teknologi, yang mencakup keahlian gerak/psikomotor dalam ragam teknologi, bisnis, dan seni. 
Peserta ajar dinyatakan berkompeten dalam pekerjaan tertentu manakala ia memiliki wawasan, kemampuan dan perilaku kerja minimum yang digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut dalam bentuk unjuk kerja/kinerja. Unjuk kerja yaitu tingkah laku yang membuahkan sebuah hasil, khususnya tingkah laris yang dapat mengubah lingkungan dengan cara-cara tertentu. Dalam pembelajaran, unjuk kerja merupakan penampilan peserta ajar dalam menjalankan sesuatu tugas yang terkait dengan pembelajaran yang dilaksanakan. 
Pendidikan kejuruan dapat diartikan sebagai pendidikan keduniakerjaan. Dunia kerja dan pekerjaan berganti dan meningkat akhir pertumbuhan teknologi.Untuk mampu mengadakan pendidikan kejuruan yang efektif perlu diperhatikan adanya beberapa prinsip pendidikan kejuruan di antaranya:
  1. Tugas-peran latihan dilakukan dengan cara, alat dan mesin yang serupa mirip yang ditetapkan di tempat kerja.
  2. Peserta ajar dilatih dalam kebiasaan berpikir dan bekerja mirip yang diharapkan dalam pekerjaan itu sendiri.
  3. Guru telah memiliki pengalaman yang berhasil dalam penerapan keahlian dan pengetahuan pada operasi dan proses kerja yang akan dijalankan.
  4. Sejak permulaan latihan sudah ada penyesuaian sikap yang akan ditunjukkan dalam pekerjaannya.
  5. Pelatihan diberikan pada pekerjaan yang positif. 
  Pola Makalah Akhlak Bisnis
Dengan menerapkan beberapa prinsip di atas dibutuhkan pendidikan kejuruan dapat berlangsung dengan efektif dan efisien seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi. Dalam proses pembelajaran, guru yakni unsur paling utama yang mampu menertibkan efektif tidaknya kegiatan mencar ilmu mengajar. Secara normatif, salah satu kompetensi yang mesti dimiliki guru sekolah kejuruan yaitu kompetensi profesional.. (Undang-Undang Sisdiknas nomor 14 tahun 2005). Beberapa ciri-ciri kompetensi profesional tersebut yaitu 
  1. Menganalisis dan menguasai serta mengimplementasikan kurikulum dalam bentuk teori dan praktik, 
  2. Memilih dan menyebarkan materi dengan memperluas dan memperdalam dasar-dasar kejuruan yang lebih besar lengan berkuasa dan fundamental, 
  3. Melaksanakan praktik dengan menghubungkan dan menyesuaikan dengan tuntutan kebutuhan lapangan kerja/industri, 
  4. Mengembangkan prototipe teknologi canggih untuk keperluan pembelajaran, 
  5. Mengembangkan alat dan desain riset
Sesuai dengan karakteristik pendidikan kejuruan guru dituntut memiliki kesanggupan dalam menerapkan multi metode dan multi media. Kemampuan multi tata cara dimaksudkan bagaimana guru bisa menentukan dan menggunakan sistem-tata cara pembelajaran yang tepat dengan karakteristik perkembangan penerima didik. Kemampuan multi media dimaksudkan bagiaman guru mampu memilih dan memakai berbagai macam media pembelajaran yang cocok karakteristik materi pelajaran. 
Agar pembelajaran berjalan baik maka perlu diciptakan iklim berguru yang menyenangkan, menyenangkan, mencerdaskan, dan menguatkan. Untuk dapat membuat iklim berguru seperti ini perlu diterapkan versi Pembelajaran yang Aktif Kreatif dan Menyenangkan (PAKEM) yang memiliki ciri-ciri multi metode, multi media, praktik dan melakukan pekerjaan dalam tim, memanfaatkan lingkungan sekitar, di dalam dan di luar kelas, dan multi faktor (nalar, praktika, akhlak).
Beberapa acara yang dapat diterapkan dalam trasformasi teknologi pada pembelajaran kejuruan yang dibutuhkan mampu mengasyikkan, mengasyikan, mencerdaskan, dan menguatkan peserta asuh telah banyak dianjurkan oleh beberapa penulis. Sukamto (2001) dan Pardjono (2007) mengemukakan bahwa model pembelajaran konstruktivisme sungguh berhubungan dan menunjukkan donasi nyata dalam menumbuhkan keaktifan akseptor didik dalam mencar ilmu. Selanjuntya, ditambahkan oleh Pardjono bahwa penerapkan model pembelajaran berbasis kerja (work based learning) juga berkaitan dalam menguatkan pencapai kompetensi peserta bimbing sekolah kejuruan. Pada bagian lain, penerapan berbagai macam model pembelajaran berbasis kompetensi juga mampu dijalankan oleh guru dalam pembelajaran kejuruan (Herminarto, S., 2008). Di samping penerapan aneka macam versi pembelajaran tersebut, agar proses transformasi teknologi mampu diraih maka perlu dilakukan program pengembangan guru sekolah kejuruan berkarakter teknologi (Siti Mariah, 2006).
F. Kesimpulan
Salah satu fungsi pendidikan kejuruan yaitu untuk menumbuhkan perilaku responsif dan antisipatif, baik bagi pendidik/guru maupun bagi peserta. Pembentukan sikap ini sangat sempurna sekali dalam rangka mempergunakan pertumbuhan teknologi. Sikap mirip ini akan menumbuhkan suatu sikap nyata terhadap pertumbuhan teknologi sehingga akan dihasilkan insan-insan pendidikan kejuruan yang melek teknologi. Transformasi teknologi dalam penyelenggaran pendidikan kejuruan mampu dikerjakan dengan menerapkan beberapa model pembelajaran seperti pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme, pembelajaran berbasis kerja, pembelajaran berbasis kompetensi, dan pelaksanaan program pengembangan guru berkarakter teknologi.
Abstrak
Pendidikan kejuruan memiliki tugas dan trategi penting untuk merealisasikan visi Sistem Pendidikan Nasional adalah menghasilkan INSAN INDONESIA CERDAS DAN KOMPETITIF. Salah satu fungsi pendidikan kejuruan yaitu menumbuhkan perilaku responsif dan antisipatif. Dalam penyelenggaraan pendidikan kejuruan tidak mampu dilepaskan dari perkembangan teknologi dan informasi. Pemanfaatan teknologi dan informasi dalam pembelajaran kejuruan memberikan donasi aktual pada pencapaian tujuan mencar ilmu bagi penerima asuh. Oleh alasannya itu, upaya-upaya transformasi teknologi kedalam proses pembelajaran kejuruan perlu dijalankan. Penerapan model pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme, model pembelajaran berbasis kerja, model pembelajaran berbasis kompetensi relevan untuk dipakai. Di samping itu, pelaksanaan pengembangan guru berkarakter teknologi juga sungguh mendukung untuk dilaksanakan.
Kata kunci: pendidikan kejuruan, transformasi, teknologi. 
Daftar Pustaka
Dyrenfurth, Michael, J. (1984). Literacy for a technological world. The Ohio State University. Columbus. Ohio. National Center for Research in Vocational Education.
Feirer, John L. & Lindbeck John R (1986). Production technology. Industry today and tomorrow. California, Glencoe Publshing Company. 
Griffith, Alan K & Heath, Nancy Parsons (1996). High school student’s views about technology. Research in Science and Technological Education. Volume 14, number 2, 153-162. 
Hendley, Dave & Lyle, Sue (1996). Pupil’s perception of design and technology: a case study of pupils in South Wales. Research in Science and Technological Education. Volume 14, number 2, 141-151.
Herminarto Sofyan (2008). Optimalisasi pembelajaran berbasis kompetensi pada pendidikan kejuruan otomotif. Pidato pengukuhan Guru Besar di Universitas Negeri Yogyakarta, tanggal 16 Februari 2008. 
Pardjono (2008). Urgensi Penerapan Konstruktivisme dalam Pendidikan Kejuruan. Pidato pengakuan Guru Besar di Universitas Negeri Yogyakarta, tanggal 10 Mei 2008.
Parker, Sybill P. (1994). Dictionary of scientific and technological terms. New York, McGraw-Hill Inc.
Siti Mariah (2006). Pengembangan guru teknologi dan kejuruan berkarakter teknologi. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Pengembangan Profesi Guru Berbasis Moral dan Kultur, pada tanggal 11 Mei 2006 di Universitas Negeri Yogyakarta.
Sukamto (2001). Perubahan karakteristik dunia kerja dan revitalisasi pembelajaran dalam kurikulum pendidikan kejuruan. Pidato legalisasi Guru Besar di Universitas Negeri Yogyakarta, tanggal 5 Mei 2008.
Suyanto (2006). Tantangan profesionalisme guru di kala global. Makalah disampaikan pada Dies Natalis Universitas Negeri Yogyakarta, pada tanggal 21 Mei 2006.
Sumitro, dkk. (1998). Pengantar ilmu pendidikan. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Yogyakarta.
Tilaar, D.A.R (2006). Manajemen pendidikan nasional. PT.Remaja Rosdakarya, Jakarta 2006
Wardiman Djojonegoro (1998). Pengembangan sumber daya insan melalui Sekolah Menengah kejuruan.
PT. Jayakarta Agung Offset. Jakarta