Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Prestasi Belajar
METODE PENELITIAN
Dalam metode observasi ini diuraikan perihal identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, populasi dan metode pengambilan sampel, metode pengumpulan data, tata cara analisis instrumen serta sistem analisis data.
A. Identifikasi variabel observasi
Berdasarkan landasan teori yang ada serta rumusan hipotesis observasi maka yang menjadi variabel dalam observasi ini yakni :
- Variabel bebas : Kecerdasan Emosional
- Variabel terikat : Prestasi Belajar
B. Definisi Operasional
- Prestasi berguru ialah hasil belajar dari suatu kegiatan belajar yang dijalankan menurut pengukuran dan evaluasi kepada hasil acara berguru dalam bidang akademik yang diwujudkan berbentukangka-angka dalam raport. Pada observasi ini memakai nilai raport kelas 2 semester 1.
- Kecerdasan emosional ialah kesanggupan seseorang untuk mengetahui emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (tenggang rasa) dan kesanggupan untuk membina hubungan (koordinasi) dengan orang lain.
C. Populasi dan sistem pengambilan sampel
1. Populasi
Menurut Sutrisno Hadi (1993 : 70) populasi yakni seluruh penduduk atau individu yang paling sedikit memiliki satu sifat yang sama. Populasi dalam observasi ini adalah seluruh siswa kelas II SMU Lab School yang berusia antara 16-17 tahun. Berdasarkan data yang diperoleh dari pihak sekolah, jumlah populasi kelas II SMU Lab School sebanyak 240 orang.
2. Metode Pengambilan Sampel
Mengacu pada tabel Morgan maka diperoleh jumlah sampel sebesar 148 orang. Adapun sistem pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini ialah menggunakan teknik proporsional random sampling. Menurut Sutrisno Hadi (1996:223) alasan penulis menggunakan random sampling ini yakni memperlihatkan kesempatan yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Selain hal tersebut, Sutrisno Hadi (1996:223) menyampaikan sebuah cara disebut random bila peneliti tidak menentukan-milih individu yang mau diperintahkan untuk menjadi sampel penelitian. Teknik random sampling yang dipergunakan ialah dengan cara undian. Langkah pertama ialah dengan memberi nomor urut pada masing-masing sampel, sehabis membuat nomor yang dimasukkan kedalam gelas yang berlubang kemudian diambil sebanyak 148 kali. Nomor yang keluar dipergunakan selaku sampel penelitian. Sedangkan yang dimaksud dengan proporsional adalah dimana tiap-tiap sub populasi menerima bab atau kesempatan yang sama untuk menjadi sampel dalam penelitian.
D. Metode pengambilan data
Metode yang dipakai dalam pengumpulan data yakni dengan memakai sistem skala, adalah sebuah metode pengambilan data di mana data-data yang dibutuhkan dalam penelitian diperoleh lewat pernyataan atau pertanyaan tertulis yang diajukan responden tentang sebuah hal yang disuguhkan dalam bentuk sebuah daftar pertanyaan (Koentjaraningrat, 1994 : 173).
Dalam observasi ini penulis menggunakan skala kecerdasan emosional dan tata cara dokumentasi.
1. Skala kecerdasan emosional
Skala kecerdasan emosional berisikan aspek mengenali emosi diri, mengorganisir emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (tenggang rasa), berafiliasi dengan orang lain (Goleman, 2002 : 57) yang memiliki kegunaan untuk mengukur sejauhmana kecerdasan emosional dipahami siswa kelas II SMU Lab School.
1. Metode Dokumentasi
Menurut Kartini Kartono (1990 : 73) teknik pemeriksaan dokumen yaitu pengumpulan informasi dan data secara langsung selaku hasil pengumpulan sendiri. Data yang dikumpulkan tersebut yaitu bersifat asli untuk mampu dipergunakan secara eksklusif. Teknik pemeriksaan dokumen ini khusus digunakan untuk melakukan pengumpulan data terhadap prestasi berguru.
Adapun teknik pengumpulan data terhadap prestasi berguru ini adalah dengan mengambil data yang sudah tersedia, yaitu nilai IP (indeks prestasi) pada semester satu selaku subyek observasi yang merupakan hasil evaluasi oleh pihak akademis. Data dari prestasi belajar ini dikumpulkan dengan cara melihat hasil rapor semester I dari seluruh subyek observasi. Mata pelajaran kelas II yakni : Pendidikan Agama PPKN, Bahasa dan Sastra Indonesia., Sejarah Nasional dan Sejarah Umum, Bahasa Inggris, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, Ekonomi, Sosiologi dan Geografi.
Penilaian prestasi belajar tersebut ialah hasil evaluasi dari sebuah proses belajar formal yang dinyatakan dalam bentuk kuantitatif (angka) yang terdiri antara 1 sampai 10. Hasil ini mampu dilihat dari nilai rata-rata raport siswa yang diberikan oleh pihak guru dalam setiap masa tamat tertentu (6 bulan) untuk sekolah lanjutan.
E. Metode Analisis Instrumen
Suatu alat ukur dapat dinyatakan selaku alat ukur yang baik dan bisa menawarkan info yang terperinci dan akurat jika sudah menyanggupi beberapa standar yang sudah ditentukan oleh para andal psikometri, adalah kriteria valid dan reliabel. Oleh karena itu agar kesimpulan tidak keliru dan tidak menunjukkan gambaran yang jauh berlainan dari keadaan yang sesungguhnya dibutuhkan uji validitas dan reliabilitas dari alat ukur yang digunakan dalam observasi.
1. Validitas
Menurut Sutrisno Hadi (1990 : 102) Validitas ialah seberapa jauh alat ukur mampu mengungkap dengan benar tanda-tanda atau sebagian tanda-tanda yang hendak diukur, artinya tes tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur. Suatu alat ukur mampu dikatakan memiliki validitas tinggi bila alat ukur tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau menawarkan hasil ukur yang cocok dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut.
a). Uji validitas item
Uji validitas item yakni pengujian terhadap kualitas item-itemnya yang bertujuan untuk menentukan item-item yang sungguh-sungguh telah selaras dan sesuai dengan aspek yang ingin diselidiki. Cara perhitungan uji coba validitas item adalah dengan cara mengorelasikan skor tiap item dengan skor total item.
b). Uji korelasi antar faktor
Uji relasi antar faktor yakni pengujian antar aspek dengan konstrak yang bermaksud untuk menerangkan bahwa setiap aspek dalam instrumen Skala Kecerdasan Emosional sudah sungguh-sungguh mengungkap konstrak yang didefinisikan. Adapun cara perkiraan uji validitas aspek ialah dengan mengorelasikan skor tiap aspek dengan skor total faktor item-item yang valid.
2. Reliabilitas
Reliabilitas adalah sejauh mana hasil sebuah pengukuran dapat dipercaya, tujuannya apabila dalam beberapa pelaksanaan pengukuran terhadap kalangan yang serupa diperoleh hasil yang relatif sama ( Syaifuddin Azwar, 2000 : 3).
F. Metoda Analisis Data
Analisis data yang digunakan untuk melihat relasi antara kecerdasan emosional dengn prestasi belajar adalah dengan memakai hubungan product moment dari Karl Pearson. Cara penghitungannya dibantu dengan menggunakan program SPSS 11.01 for window.
LAPORAN PELAKSANAAN PENELITIAN
Pada bagian ini dibahas mengenai laporan pelaksanaan observasi yang terdiri dari orientasi kancah penelitian, pesiapan pelaksanaan observasi, laporan pelaksanaan penelitian, prosedur analisis instrumen, analisis data dan hasil penelitian.
A. Orientasi kancah Penelitian
1. Sejarah singkat SMU Lab School Rawamangun
Gedung SMU Lab School terletak di Jl. Pemuda Kompleks UNJ, Rawamangun dan bangun sejak tahun 1968 sesuai SK Direktur Jenderal Perguruan Tinggi No.111 tanggal 20 november 1968 dengan nama Laboratory School yang terdiri dari Sekolah Menengah Pertama, SMA dan SPG. Kemudian pada tahun 1969 bergabunglah TK dan Sekolah Dasar dari Yayasan Putra Sejahtera ke Lab School. Pada tahun 1974 Lab School mengemban tugas sebagai kawasan pelaksanaan Proyek Keterampilan (Proyek TPK) dari Departemen P dan K yang disebut juga Comprehensive School dan semenjak tahun 1974 SPG tidak lagi menerima siswa baru. Tahun 1974, Lab School dilanjutkan/ditingkatkan menjadi Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) yang ialah salah satu dari 8 proyek yang serupa yang bernaung di bawah 8 IKIP di seluruh Indonesia, di bawah koordinasi Balitbang Depdikbud.
Pada tahun 1986, status sekolah PPSP sebagai proyek Departemen P dan K rampung; berikutnya oleh Dep. P dan K pengelolaan sekolah-sekolah tersebut diserahkan terhadap Kanwil Depdikbud setempat. Sebagai kelanjutan pada tahun 1986, sesuai SK Menteri P dan K RI No.027/U/1986, tanggal 21 Januari 1986, diadakan serah terima pengelolaan sekolah-sekolah eks PPSP IKIP Jakarta (khusus Sekolah Dasar, SLTP dan SMU) dari Rektor IKIP Jakarta kepada kepala Kanwil Depdikbud DKI Jakarta dan sesuai SK Menteri P dan K RI No. 0707/0/1086, 0708/0/1986 dan 0709/0/1986 masing-masing tertanggal 10 oktober 1986 berganti nama menjadi SDN Komplek IKIP Jakarta, SLTP 236, dan Sekolah Menengan Atas 81. Adapun Taman Kanak-kanak eks Sekolah Laboratorium Kependidikan IKIP Jakarta tetap berstatus sebagai sekolah swasta, dengan nama Taman Kanak-kanak IKIP Jakarta. Pada tahun pemikiran 1992/1993, sesuai SK Dirjen Dikdasmen No. 2689/C/I/1991, SLTP 236 dan Sekolah Menengan Atas 81 menemukan lokasi gres masing-masing di daerah Cakung dan kawasan Kalimalang Cipinang Melayu.
Sesuai himbauan Kanwil Depdikbud DKI Jakarta, mulai tahun ajaran 1992/1993 Yayasan Pembina IKIP Jakarta membuka SLTP dan SMU Lab School Jakarta sesuai SK Kanwil P dan K DKI No. Kep. 854 P/10I.A1/I/93 DAN No. Kep. 853 A/10I/A1/I93 masing-masing tertanggal 15 Maret 1993. SMU Lab School Jakarta pada dikala ini ialah salah satu sekolah pioneer untuk kelas akselerasi (percepatan), sehingga pendidikan SMU dapat dipersingkat menjadi 2 tahun.
SMU Lab School mempunyai empat kelompok kelas, yakni : kelas I terdiri dari 6 kelas, kelas II berisikan 6 kelas dan kelas III berisikan 7 kelas; 3 kelas jurusan IPA, 3 kelas jurusan IPS dan 1 kelas Jurusan Bahasa. Dalam penelitian ini sampel yang dipakai ialah murid kelas II, yang berjumlah 240 orang. Materi yang diajarkan menurut kurikulum Depdikbud dengan waktu berguru dari jam 07.00 hingga 15.30 WIB, dari hari Senin sampai Jum’at.. SMU Lab School diperkuat dengan 60 orang guru pengajar, 3 orang guru BP, serta 20 orang manajemen, 15 staff kebersihan dan 6 orang satpam.
Fasilitas yang dimiliki selain 20 ruang kelas, juga terdapat 1 perpustakaan, 5 laboratorium (laboratorium bahasa, kimia, fisika, biologi dan komputer), 1 balai kesehatan, 1 ruang audiovisual, 1 ruang konferensi, 2 lapangan olahraga (indoor dan out door), mesjid, ruang OSIS, dan ruang tutorial dan konseling. Ekstrakurikuler yang ada berjumlah 28 acara yang dibagi menjadi empat unit kegiatan, yakni unit aktivitas keilmuan, unit aktivitas kemampuan, unit acara olah raga, dan unit acara kesenian.
2. Persiapan Penelitian
Persiapan penelitiani meliputi kegiatan-acara sebagai berikut :
Pengurusan surat permintaan izin pengambilan data dari fakultas untuk melakukan penelitian di SMU Lab School
Menghubungi Kepala Sekolah SMU Lab School untuk menjajaki kemungkinan pelaksanaan observasi dengan membawa surat pengantar dari fakultas dan contah kuesioner yang akan dipakai dalam penelitian. Kemudian menemui koordinator BK yang diberi wewenang oleh Kepala Sekolah untuk mengawasi dan mengatur kegiatan penelitian ini.
Mendiskusikan dengan guru BK tentang waktu yang sempurna dan sistem pelaksanaan penelitian.
Berdasarkan surat pengantar dari fakultas Psikologi UPI Y.A.I Jakarta dengan Nomor 185/D/Fak.Psi UPI Y.A.I/IV/2003 yang ditujukan terhadap kepala sekolah SMU Lab School, maka penulis bertemu dengan kepala sekolah semoga diijinkan untuk melaksanakan observasi di sekolah tersebut. Kepala sekolah SMU Lab School memberi ijin dengan menunjuk wakil kepala sekolah bidang akademik sebagai pembimbing dalam observasi ini. Kemudian Wakil kepala sekolah menunjuk seorang koordinator BK untuk membantu dalam pelaksaan penelitian.
B. Uji Coba Instrumen Penelitian
1. Uji Coba
Sebelum dipakai pada subjek observasi yang bantu-membantu, alat ukur yang dipakai dalam observasi ini diuji cobakan terlebih dahulu. Mengenai perlunya uji coba, Sutrisno Hadi (1995:166) menjelaskan tujuan diadakannya uji coba alat ukur ialah :
- Untuk memperoleh keyakinan perihal alat ukur
- Untuk memilih alokasi waktu yang paling layak
- Untuk memperoleh kekurangan-kelemahan dalam isyarat atau manajemen tes
Selain itu. tujuan dari uji coba atau try out adalah untuk menyeleksi item-item manakah yang valid dan reliable biar dapat dipakai dalam penelitian. Uji coba dikerjakan tanggal 25 April 2003 dengan memakai sample sebanyak 50 siswa kelas II SMU Lab School.
Data yang sudah diperoleh pada saat uji coba lalu dianalisis untuk mengenali mutu dari alat ukur tersebut. Untuk perhitungan analisis skala kecerdasan emosional digunakan bantuan komputer dengan program SPSS model 11.01 for windows .
2.. Analisis validitas instrumen
Uji validitas dilaksanakan untuk mengenali apakah sebuah skala psikologi mampu menghasilkan data yang akurat, artinya apakah item-item yang dibuat telah benar-benar mengungkap faktor yang ingin diselidiki. Uji validitas skala kecerdasan emosional dijumlah dengan menggunakan rumus Korelasi Product Moment dari Pearson. Dari hasil relasi antar skor-skor item dengan skor total, maka diperoleh nilai relasi pada skala kecerdasan emosional berkisar antara 0,320-0,720 dan p berkisar antara 0,000 – 0,008. Berdasarkan pada taraf signifikan 0,05 maka diperoleh 15 item gugur dan 85 item valid dari 100 item pada skala kecerdasan emosional.
3. Analisis kekerabatan antar aspek
Korelasi antar faktor dikerjakan dengan mengkorelasikan setiap aspek dengan faktor yang lain dan dengan total faktornya. Berdasarkan hasil kekerabatan antar faktor, maka terlihat bahwa setiap aspek menawarkan korelasi yang signifikan dengan totalnya. Hal ini mempunyai arti bahwa faktor-aspek pada skala kecerdasan emosional benar-benar mengukur hal yang akan diukur.
4. Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas pada skala kecerdasan emosional dihitung dengan memakai rumus Alpha Cronbach. Setelah dijumlah, maka diperoleh nilai koefisien reliabilitas alpha sebesar 0,9538. hal ini memberikan bahwa instrumen skala kecerdasan emosional yang ada memiliki reliabilitas yang sangat baik sehingga memungkinkan atau patut digunakan dalam observasi.
C. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan berbagi skala kecerdasan emosional yang sudah disiapkan kepada siswa SMU Lab School sebanyak 150 set sesuai dengan jumlah sample yang diharapkan. Penelitian ini dijalankan selama tiga hari, dari hari Senin, tanggal 19 Mei sampai hari Kamis, tanggal 22 Mei 2003. Skala yang sudah diisi oleh para siswa kelas II ini eksklusif dikembalikan terhadap penulis. Pada penyebaran skala ini, penulis dibantu oleh guru BK, Ibu Ita. Karena pada saat menyebarkan skala, penulis memakai jam pelajaran BK.
Setelah melaksanakan penyebaran skala, penulis meminta izin untuk menemukan data dokumen prestasi mencar ilmu siswa kelas II SMU Lab School. Data ini didapat dari koordinator BK, Ibu Ita.
D. Analisis Data Penelitian
Dari hasil observasi diperoleh data tentang kecerdasan emosional dan prestasi mencar ilmu siswa kelas II yang lalu dianalisis dengan menggunakan rumus kekerabatan product moment dari Pearson dengan derma progaram SPSS versi 11.01 for windows. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh nilai koefisien relasi (r) sebesar 0,248 dengan p = 0,002 pada taraf signifikan 0,05.
Tujuan diadakan analisis data ialah untuk menguji hipotesa yang diajukan dalam observasi ini yaitu melihat ada atau tidaknya korelasi antara kecerdasan emosional dengan prestasi berguru pada siswa kelas II SMU Lab School. Berdasarkan data yang ada, sebab p = 0,002 (< 0,05) maka dengan demikian hipotesa nihil (Ho) yang berbunyi “Tidak ada kekerabatan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar” ditolak, sedangkan hipotesa kerja (Ha) yang berbunyi “Ada kekerabatan antara kecerdasan emosional dengan prestasi berguru” diterima.
KESIMPULAN
Adapun penulisan Bab V ini dimulai dengan rangkuman hasil penelitian, dilanjutkan dengan Pembahasan serta kesimpulan, dan diakhiri dengan saran-rekomendasi.
A. Rangkuman Hasil Penelitian
Berdasarkan dari latar belakang observasi ini dan dari teori yang digunakan untuk mengenali apakah ada kekerabatan antara kecerdasan emosional dengan prestasi berguru siswa kelas II SMU Lab School, maka mampu dibuktikan bahwa ada relasi antara kecerdasan emosional dengan prestasi berguru.
Melalui uji statistik yang dilaksanakan pada dasarnya hasil penelitian sesuai dengan landasan teori yang dipakai pada penelitian. Diketahui bahwa setinggi-tingginya IQ menyumbang sekitar 20% bagi kesuksesan seseorang dan yang 80% sisanya diisi oleh kekuatan lain yang menurut Daniel Goleman salah satunya adalah kecerdasan emosional seseorang .
Dari hasil skala kecerdasan emosional dengan pernyataan sebanyak 85 item yang disusun menurut skala likert yang dimodifikasi dengan alternatif balasan adalah : sangat baiklah, baiklah, tidak oke, sangat tidak baiklah. Cara evaluasi dengan menawarkan nilai antara satu hingga empat berdasarkan tolok ukur pernyataan favorabel dan unfavorabel. Analisis data dengan menggunakan rumus kekerabatan product moment dari Pearson dengan santunan program SPSS versi 11.01. Penelitian dijalankan di SMU Lab School. Teknik pengambilan sampel memakai proporsional random sampling cara undian.
Hasil penelitian dari data analisis kekerabatan product moment menunjukkan relasi (r) sebesar 0,248 dengan p = 0,002, hal ini menawarkan adanya kekerabatan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar dengan arah relasi konkret. Artinya, jika kecerdasan emosional tinggi, maka prestasi belajar tinggi dan sebaliknya.
B. Pembahasan
Berdasarkan analisis data penelitian memperlihatkan hubungan (rxy) sebesar 0,248 dengan p = 0.002 < 0.05 maka Ha diterima dan Ho ditolak. Hal tersebut memberikan bahwa ada relasi antara kecerdasan emosional dengan prestasi mencar ilmu pada siswa kelas II SMU Lab School.
Rendahnya peranan kecerdasan emosi terhadap prestasi berguru disebabkan oleh banyaknya aspek yang mempengaruhi prestasi berguru itu sendiri. Prestasi belajar memperlihatkan taraf kemampuan siswa dalam mengikuti program balajar dalam waktu tertentu sesuai dengan kurikulum yang telah diputuskan. Tes prestasi berguru yang diukur yaitu pengetahuan yang dimiliki siswa (soal hafalan) dan bagaimana menerapkan pengetahuan tersebut untuk menyelesaikan soal-soal yang ada (soal hitungan, analisis dilema). Di tingkat SMU, umumnya soal-soal yang diberikan masih pada tingkat kompetensi recall, tingkat kompetensi aplikasi dan analisis cenderung cuma dipraktekkan pada mata pelajaran matematika, fisika dan kimia. Prestasi mencar ilmu biasanya ditunjukkan dalam bentuk huruf atau angka, yang tinggi rendahnya memberikan seberapa jauh siswa sudah menguasai bahan yang sudah diberikan, namun hal tersebut sudah tidak dapat diterima lagi sebab hasil rapor tidak cuma memperlihatkan seberapa jauh siswa sudah menguasai materi pelajaran yang telah diberikan. Presatasi berguru juga dipengaruhi oleh sikap siswa, kerajinan dan kemampuan atau sikap tertentu yang dimiliki siswa tersebut, yang mampu diukur dengan tolok ukur nilai tertentu oleh guru yang bersangkutan biar mendekati nilai rata-rata.
Perbedaan budaya dalam pengekspresian emosi dalam sebuah negara dengan negara lain juga mampu kuat kepada rendahnya kecerdasan emosi seseorang. Pengekspresian emosi yang dianggap benar di suatu negara mungkin dianggap tidak benar atau tidak layak di negara lain. Khususnya di Asia, orang dianjurkan memendam dan menyembunyikan perasaan negatif. Dalam penelitian ini, sebab belum adanya skala kecerdasan emosional yang baku di Indonesia, maka penulis berusaha membuat sendiri skala kecerdasan emosional sebanyak 100 item berdasarkan faktor-faktor yang disesuaikan dari teori Daniel Goleman yang digunakan di Amerika, adalah : mengetahui emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengetahui emosi orang lain, dan membina korelasi. Dari 100 item tersebut ada 15 item yang gugur. Hal tersebut terlihat pada pengamatan di lapangan, beberapa subyek merasa kesusahan memilih pilihan balasan. mereka merasa sangsi dalam menetapkan pilihan, sehingga ada yang menyampaikan mengapa tidak ada pilihan sangsi. Serta karena banyaknya jumlah pernyataan yang harus diisi dalam waktu yang terbatas, merasa bosan sehingga kurang fokus dalam menjawab walau pada kesannya mereka mampu mengisi seluruh pernyataan tersebut.
Selain itu, beberapa studi juga menegaskan terpisahnya kecerdasan emosional dari kecerdasan akademis, dan memperoleh kecilnya korelasi atau tiadanya relasi antara nilai tes prestasi akademis atau IQ dan perasaan makmur emosional seseorang, karena orang yang mengalami amarah atau stress yang mahir masih bisa merasa sejahtera bila mereka memiliki kompensasi berupa dikala-ketika menyenangkan atau membahagiakan (Goleman, 2002 :78). Dari hasil survey besar-besaran di Amerika terhadap orang tua dan guru menunjukkan bahwa bawah umur generasi sekarang lebih sering mengalami problem emosi ketimbang generasi terdahulu. Rata-rata, anak-anak sekarang tumbuh dalam kesepian dan tertekan, lebih mudah murka dan lebih sulit dikontrol, lebih nervous dan cenderung khawatir, lebih impulsif dan bernafsu. Hal serupa juga terjadi di negara-negara lain. Menurut Dr. Thomas Achenbach, psikolog dari University of Vermont yang melaksanakan observasi tersebut di negara lain mengatakan bahwa menurunnya kesanggupan-kemampuan dasar pada anak-anak ini tampaknya bersifat mendunia. Tanda-tanda paling terang perihal penurunan ini tampakdari bertambahnya kasus kaum muda yang mengalami dilema-persoalan mirip putus asa kepada kurun depan dan keterkucilan, penyalahgunaan obat bius, kriminalitas dan kekerasan, depresi atau problem makan, kehamilan tidak diinginkan, kenakalan dan putus sekolah (Goleman, 2001 :17). Seperti yang telah diterangkan dalam bab terdahulu bahwa anak yang mendapatkan pendidikan emosi lebih bisa menangani masalah-masalah yang terjadi disekitar mereka dan bisa menyanggupi permintaan akademis di sekolah.
Kecerdasan emosi itu sendiri tidak diajarkan secara khusus di sekolah dan tidak tercatat dalam dokumen rapor, seperti nilai-nilai pelajaran ataupun keterampilan lainnya sehingga tidak ada pertolongan secara eksklusif terhadap peningkatan prestasi mencar ilmu.
C. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang sudah diuraikan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa ada kekerabatan antara kecerdasan emosional dengan prestasi mencar ilmu pada siswa kelas II SMU Lab School.
D. Saran-nasehat
Berdasarkan hasil observasi dan pembahasan di atas, maka dapat diajukan anjuran -rekomendasi selaku berikut :
- Untuk membuatkan dan mengoptimalkan kecerdasan emosional yang berperan dalam kesuksesan siswa baik di sekolah maupun di lingkungan sekitarnya, maka diusulkan kepada pihak sekolah terutama guru-guru pengajar biar memasukkan bagian-unsur kecerdasan emosioal dalam memberikan materi serta melibatkan emosi siswa dalam proses pembelajaran.
- Bagi para meneliti untuk penelitian selanjutnya sebaiknya di dalam pengambilan data perihal prestasi mencar ilmu tidak menggunakan seluruh mata pelajaran melainkan difokuskan pada satu atau dua mata pelajaran saja sehingga hasil dari data tersebut sesuai dengan yang dibutuhkan.
DAFTAR PUSTAKA
- Ahmad, Mudzakir. (1997). Psikologi Pendidikan. Bandung : Pustaka Setia.
- Goleman, Daniel. (2000). Emitional Intelligence (terjemahan). Jakata : PT Gramedia Pustaka Utama.
- Goleman, Daniel. (2000). Working With Emotional Intelligence (terjemahan). Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
- Gottman, John. (2001). Kiat-tips Membesarkan Anak yang Memiliki Kecerdasan Emosional (terjemahan). Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
- Irwanto. (1997). Psikologi Umum. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
- Mila Ratnawati. (1996). Hubungan antara Persepsi Anak terhadap Suasana Keluarga, Citra Diri, dan Motif Berprestasi dengan Prestasi Belajar pada Siswa Kelas V SD Ta’Miriyah Surabaya. Jurnal Anima Vol XI No. 42.
- Moch, Nazir. (1988). Metodologi Penelitian.Cetakan 3. Jakarta :Ghalia Indonesia.
- Morgan, Clifford T, King, R.A Weizz, JR, Schopler. J, 1986. Introduction of Psychology, (7th ed), Singapore : Mc Graw Hil Book Company
- Muhibbin, Syah. (2000). Psikologi Pendidikan dengan Suatu Pendekatan gres. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
- Nana, Sudjana. (2001). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Cetakan ketujuh. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
- Ratna Wilis, D. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta : Penerbit Erlannga.
- Saphiro, Lawrence E. (1998). Mengajarkan Emotional Intelligence Pada Anak. Jakarta : Gramedia.
- Sarlito Wirawan. (1997). Psikologi Remaja. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.
- Sia, Tjundjing. (2001). Hubungan Antara IQ, EQ, dan QA dengan Prestasi Studi Pada Siswa SMU. Jurnal Anima Vol.17 no.1
- Sri, Lanawati. (1999). Hubungan Antara Emotional Intelligence dan Intelektual Quetion dengan Prestasi Belajar Siswa SMU.Tesis Master : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
- Sumadi, Suryabrata. (1998). Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada .
- Sumadi, Suryabrata. 1998. Metodologi Penelitian. Cetakan sebelas. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.
- Saifuddin, Azwar. (1997). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Balajar Offset.
- Saifuddin Azwar. (1998). Tes Prestasi Fungsi dan Pengembangan Pengukutan Prestasi balajar. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset.
- Suharsono. (2002). Melejitkan IQ, IE, dan IS. Depok : Inisiasi Press.
- Sutrisno Hadi. (2000). Statistik 2. Yogyakarta : Andi Offset.
- Syaiful Bakrie D. (1994). Prestasi mencar ilmu dan kompetensi guru. Surabaya : Usaha Nasional.
- Winkel, WS (1997). Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta : Gramedia.
ABSTRAK
Kecerdasan emosional yakni kemampuan seseorang untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengetahui emosi orang lain (empati) dan kemampuan untuk membina relasi (kerjasama) dengan orang lain. Sedangkan prestasi mencar ilmu adalah hasil belajar dari sebuah kegiatan berguru yang dikerjakan menurut pengukuran dan evaluasi kepada hasil kegiatan belajar dalam bidang akademik yang diwujudkan berbentukangka-angka dalam rapor. Bila siswa memiliki kecerdasan emosional yang tinggi, maka akan memajukan prestasi berguru. Hipotesis alternatif (Ha) dalam observasi ini yakni ada relasi antara kecerdasan emosional dengan prestasi mencar ilmu pada siswa kelas II SMU dan Hipotesis nihil (Ho) yaitu tidak ada korelasi antara kecerdasan emosional dengan prestasi mencar ilmu pada siswa kelas II SMU.
Variabel bebas dalam observasi ini ialah kecerdasan emosional sedangkan prestasi belajar selaku variable terikat. Populasi dalam penelitian ini yakni siswa kelas II SMU Lab School Jakarta Timur yang seluruhnya berjumlah 240 orang. Sampel penelitian adalah 148 siswa, memakai metode proporsional random sampling. Dalam pengumpulan data digunalan tata cara skala untuk kecerdasan emosional berdasarkan teori Daniel Goleman yang berisikan mengetahui emosi diri, mengorganisir emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (tenggang rasa) dan membina korelasi (koordinasi) dengan orang lain; dan untuk mengukur prestasi mencar ilmu siswa digunakan sistem pemeriksaan dokumen dengan menyaksikan nilai rapor semester I.
Nilai kekerabatan yang diperoleh pada analisis validitas instrumen dengan rumus korelasi Product Moment dari Pearson berkisar antara 0,320 – 0,720 dan p berkisar antara 0,000 – 0,008. Berdasarkan pada taraf signifikan 0,05 diperoleh 85 item valid dan 15 item gugur dari 100 item yang ada pada skala kecerdasan emosional. Nilai koefisien reliabilitas yang diperoleh 0,9538 dihitung dengan rumus Alpha Cronbach.
Klik Disini Di Bawah Ini :