Contoh Drama Robohnya Surau Kami

Robohnya Surau Kami – Drama sebagai salah satu karya sastra terang mampu memberikan manfaat seperti layaknya karya sastra yg lain. Manfaatnya selain memberikan kenikmatan & hiburan, ia pula dapat menyebarkan imajinasi, memperlihatkan pengalaman pengganti, membuatkan pemahaman perilaku manusia & dapat menyuguhkan pengalaman yg universal.

Drama dibawah ini merupakan hasil penyesuaian kisah pendek yg ditulis oleh AA. Navis. Sebagai salah satu sastrawan & budayawan yg ternama di Indonesia, AA Navis telah mengeluarkan banyak karya sastra tergolong cerpen ‘Robohnya Surau Kami‘ yg demikian terkenal & menjadi bacaan wajib pelajar dlm kajian kesusastraan di Indonesia.

Berikut teladan drama sastra religius karangan AA. Navis yg bisa Sobat simak:



ROBOHNYA SURAU KAMI


Karya AA. Navis
Penyadur/Adaptasi Hermana HMT


SEJENAK MUSIK BERGEMURUH.
PERLAHAN TERDENGAR GESEKAN BIOLA ATAU LANTUNAN SERULING DIBARENGI GEMERCIK AIR DAN DESIR ANGIN.

SAYUP-SAYUP TERDENGAR KUMANDANG ADZAN SUBUH. ORANG-ORANG MUNCUL DARI BERBAGAI ARAH, BERBARIS DI PANGGUNG SEPERTI MAU MELAKUKAN SHALAT.

ADZAN USAI SESEORANG MELAFALKAN DOA SETELAH ADZAN, LALU ORANG-ORANG MENDENDANGKAN LAGU ”AL-ITIRAF“.
PEMBACA DOA 1
Ya Allah, ya Tuhan kami jangan Engkau jadikan kami condong pada kesesatan Sesudah Engkau beri petunjuk pada kami,dan karuniailah pada kami rahmat dr sisi Engkau, alasannya sesungguhnya Engkau Maha Pemberi (QS. Al-Imran 8)
PEMBACA DOA 2
Ya Allah, ya Tuhan kami, Engkau masukan malam pada siang, Engkau masukan siang pada malam & Engkau mengeluarkan yg hidup dr yg mati,Engkau mengeluarkan yg mati dr yg hidup, & Engkau memberi rizki pada siapa yg Engkau harapkan dgn tak terkira. (QS. Al-Imran  27)
PEMBACA DOA 3
Ya Allah yg mempunya kerajaan, Engkau berikan kerajaan pada yg Engkau kehendaki & Engkau cabut kerajaan dr orang yg Engkau harapkan., Engkau muliakan orang yg Engkau inginkan & Engkau hinakan orang yg Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebijakan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Al-Imran  26)
TIBA-TIBA SEORANG PEREMPUAN MUNCUL DAN MENANGIS SEPERTI ANAK KECIL.
SEORANG PEREMPUAN
Kini kakek itu sudah tak ada lagi. Ia sudah meninggal. Dan tinggallah surau itu tanpa penjaganya. Sekarang cuma akan menjumpai citra yg mengesankan suatu kesucian yg bakal roboh. Orang-orang itu semakin masa ndeso. Dan biang kebodohan itu ialah suatu dongeng yg tak dapat disanggah kebenarannya.
PIMPINAN PENTAS
Hei,hei,hei! Berhenti ! Apa-apaan sih ananda ? Orang lain berdoa ini malahan menangisi yg tak jelas. Sudah, tak baik banyak bersedih hati. Yang sudah berpulang biarlah pulang dgn tenang, kita-kita yg akan mengikutinya nanti, dr kini lebih baik mempersiapkan bekal kepulangan kita itu. Agar nanti tak tersesat atau masuk ke daerah yg tak kita sukai. Sekarang lebih baik memperbaiki hidup daripada meratapi yg sudah mati. Sudah ya,jangan menangis lagi aib tuh sama orang-orang. Oh ya, penonton. Selamat berjumpa dgn kami. Maaf tadi saya memotong dulu. Pertunjukan sebetulnya belum dimulai.
SEORANG PEREMPUAN
Loh,loh… Yang barusan adegan apa ?
PIMPINAN PENTAS
Itu gres sambutan awal & doa.
SEORANG PEREMPUAN
Makara belum,ya ?
PIMPINAN PENTAS
Belum.
ORANG-ORANG
Huhhhh
PIMPINAN PENTAS
Sudah, sudah ! Sekarang kalian duduk dahulu yg rapi…. Maaf pemirsa, barusan itu kesalahpahaman. Begini…eeeh.. tetapi sekali lagi saya menghaturkan mohon maaf. Anu…eeh.. sebelum kisah dimulai, saya ingin sekali memberikan sepatah kata pada anda semua. Kenapa saya ingin sekali berkata-kata ? Tentu, sebab saya kuatir setelah pertunjukan ini tiba-tiba ada gelombang protes besar-besaran. Maklumlah zaman reformasi. Makara, sebelum dongeng ini kami teruskan, kami mohon maaf yg sebesar-besarnya apabila nanti ada kelancangan-kelancangan yg tak berkenan dihati para pemirsa. 

Ini kisah bukan kisah sesungguhnya, tetapi dongeng yg kebenarannya sangat mampu diragukan. Dongeng adalah dongeng. Dongeng bukan kenyataan, walau kadang ada nyatanya. Agar lebih jelasnya silahkan simak dgn hati yg lapang.begitu saja dr saya. Ayo anak-anak teruskan dongengnya, namun jangan pakai tangis-tangisan lagi kesannya mirip telenovela. Siapa tadi yg nangis ?
ORANG-ORANG
Dia pak.
PIMPINAN PENTAS
Oh kau. Awas! Jangan pakai nangis lagi, ya! Ayo mulai.
TIBA-TIBA EMPAT ORANG PEREMPUAN MUNCUL DENGAN JERITAN DAN TANGISAN.
PEREMPUAN SATU
Tapi kakek itu sudah tak ada lagi kini. Ia sudah meninggal. Dan tinggal surau itu tanpa penjaganya, hingga anak-anak menggunakannya sebagai daerah bermain, memainkan apa yg disenangi mereka. Perempuan yg kekurangan kayu bakar sering mencopoti papan dinding lantai di malam hari.
PEREMPUAN DUA
Jika kalian datang sekarang,hanya akan menjumpai gambaran yg mengesankan suatu kesucian yg bakal roboh.
PEREMPUAN TIGA
Dan kecerobohan itu kian hari kian cepat berlangsungnya. Secepat anak-anak berlari di dalamnya, secepat wanita mencopoti kayu-kayunya.
PEREMPUAN EMPAT
Dan utamanya merupakan sifat masa kurang pandai manusia kini,yang tak hendak memelihara apa yg tak dijaganya lagi.
PIMPINAN PENTAS
Aduh, aduh, aduh, aduh! Sudah saya bilang jangan pakai duka-sedihan, malahan makin banyak yg bersedih. Bagaimana kalian ini ? Hei! Negeri kita ini sedang bersedih.jangan ditambah-tambah lagi kesedihannya. Sudah, sudah! Lebih baik sekarang kalian bernyanyi. Mau enggak ?
ORANG-ORANG
Mauuuu.
PIMPINAN PENTAS
Bagus. Bagaimana musik, siap?
PEMUSIK
Siap bos. Nyanyi apa?
PIMPINAN PENTAS
Katanya siap. Lagunya anu.. eh.. ”Ajo Sidi “. Mulai.
ORANG-ORANG BERNYANYI.
Ajo Sidi oh Ajo Sidi
Pendongeng dr sebrang sana
Tak henti-henti berceloteh
Hingga orang terpana bualannya
Ajo Sidi oh Ajo Sidi
Kerjaannya sidir menyindir
Menjerat hati tiap orang
Kaprikornus sumber ejekannya
PIMPINAN PENTAS MEMBERHENTIKAN ORANG-ORANG YANG SEDANG ASIK BERNYANYI DAN MENARI. ORANG-ORANG GUSAR, TAPI SEMUANYA DAPAT DITERTIBKAN.
SAYUP-SAYUP TERDENGAR SUARA SERULING DIBARENGI GESEKAN BIOLA, GEMERCIK AIR DAN DESIR ANGIN . SEORANG KAKEK SEDANG TERMANGU SAMBIL MEMEGANG PISAU CUKUR.
LAKI-LAKI
Assalamualaikum… assalamualaikum… assalamualaikum. Biasanya kakek gembira mendapatkan kedatanganku, karena gue suka memberinya duit, tetapi sekali ini begitu muram.Tidak pernah gue melihat kakek begitu durja & belum pernah salamku tak disahutinya seperti ketika ini.
LAKI-LAKI ITU MENGAMBIL SALAH SATU PISAU CUKUR YANG TERGELETAK DI SAMPING SI KAKEK.
LAKI-LAKI
Pisau siapa, Kek?
KAKEK
Ajo Sidi!
LAKI-LAKI
Ajo Sidi ? (KAKEK TIDAK MENYAHUT. HENING SEJENAK) Apa Ajo Sidi sudah membuat bualan ihwal Kakek ?
KAKEK
Siapa?

LAKI-LAKI
Ajo Sidi.

KAKEK
Kurang bimbing beliau.

LAKI-LAKI
Kenapa, Kek?

KAKEK
Praktis-mudahan pisau cukur ini, yg sudah kuasah tajam-tajam ini, bisa menggorok tenggorokannya.

LAKI-LAKI
Kakek murka?

KAKEK
Marah? Ya, kalau gue masih muda, tetapi gue sudah renta. Orang renta menahan ragam. Sudah usang gue tak murka-marah lagi. Takut kalau imanku rusak karenanya, ibadahku rusak karenanya. Sudah begitu lama gue berbuat baik, beribadah, bertawakal pada Allah. Sudah begitu usang gue menyerahkan diri kepadaNya. Dan Allah akan menyayangi orang yg tabah & tawakal.

LAKI-LAKI
Bagaimana katanya, Kek ? (KAKEK DIAM SAJA. BERAT HATI BICARA). Bagaimana katanya, Kek?

KAKEK
Kau kenal padaku, bukan  Sedari kecil kau gue sudah di sini. Sedari muda, bukan? Kau tahu apa yg gue kerjakan semua, bukan? Terkutuklah perbuatanku? Dikutuki Tuhan kah semua pekerjaanku? DIAM SEJENAK. Sedari muda gue di sini, bukan? Tak kuingat punya istri, punya anak, punya keluarga mirip orang lain, tahu? Tak kupikirkan hidupku sendiri. Aku tidak ingin cari kaya, bikin rumah. Segala kehidupanku, lahir batin, kuserahkan pada Allah subhanahu wata’ala. Tak pernah gue menyusahkan orang lain. Lalat seekor enggan membunuhnya. Tapi kini gue dikatakan insan terkutuk. Umpan neraka. Marahkah Tuhan kalau itu yg kulakukan, sangkamu ? Akan dikutukiNya gue kalau selama hidupku gue mengabdi kepadaNya ? Tak kupikirkan hari esok,sebab gue yakin Allah itu ada & pengasih penyayang pada umatNya yg tawakal. Aku berdiri pagi-pagi. Aku bersuci. Aku pukul beduk, membangunkan setiap waktu. Aku puji-puji Dia. Aku baca kitabNya. Apa salah pekerjaanku itu? Tapi kini gue dibilang manusia terkutuk.

LAKI-LAKI
Ia katakan Kakek begitu?

KAKEK
Ia tak menyampaikan gue terkutuk. Tapi begitulah kira-kira.

LAKI-LAKI
Ajo Sidi memang kurang latih. Apa lagi yg dikatakan Ajo Sidi, Kek?

KAKEK
Pada suatu waktu ia bicara padaku. ia bilang,

MUSIK BERGEMURUH.
AJO SIDI
Di alam baka Allah menyelidiki orang-orang yg sudah berpulang. Para malaikat bertugas di sampingNya. Ditangan mereka tergenggam daftar dosa & pahala insan. Begitu banyak orang yg diperiksa. Maklumlah di mana-mana ada perang. Dan diantara orang-orang yg diperiksa itu ada seorang yg di dunia dinamai Haji Saleh. Haji Saleh itu tersenyum-senyum saja, sebab ia sudah begitu percaya akan dimasukkan ke surga. Tatkala dilihatnya orang-orang yg masuk neraka, bibirnya menyunggingkan senyuman ajukan. Dan tatkala ia menyaksikan orang yg masuk surga, ia melambaikan tangannya, seolah hendak menyampaikan “sampai ketemu nanti“. Begitu tak habis-habisnya orang yg berantri, begitu panjangnya. Susut dimuka bertambah di belakang. Akhirnya hingga giliran Haji Saleh.

MUSIK BERGEMA, ANGIN BERGEMURUH.
SUARA
Engkau siapa?

HAJI SALEH
Aku Saleh. Karena gue sudah ke mekah Haji Saleh namaku. Tuan ini siapa?

SUARA
Jangan banyak bertanya. Apa kerjamu di dunia?

HAJI SALEH
Aku menyembah Tuhan.

SUARA
Lain?

HAJI SALEH
Setiap hari, setiap malam, bahkan setiap masa gue menyebut-nyebut nama-Nya.

SUARA
Lain?

HAJI SALEH
Segala larangan-Nya kuhentikan. Tidak pernah gue berbuat jahat, walau dunia seluruhnya sarat oleh dosa-dosa yg dibisikan iblis laknat itu.

SUARA
Lain?

HAJI SALEH
Tak ada pekerjaanku selain beribadat padaNya, menyebut-nyebut namaNya. Bahkan tatkala gue sakit namaNya menjadi buah bibirku juga. Dan gue senantiasa berdoa, mendoakan kemurahan hatiNya untuk menginsafkan umatNya.

SUARA
Lain?

LAMPU MENYINARI AJO SIDI YANG MELANJUTKAN DONGENGANNYA.

AJO SIDI
Haji saleh tak mampu menjawab lagi. Ia sudah menceritakan segalanya yg ia kerjakan. Tapi ia insaf, bahwa pertanyaan yg dilontakan bukan asal mengajukan pertanyaan saja, tentu ada lagi yg dikatakannya. Ia termangu & menekurkan kepalanya. Hawa panas api neraka tiba-tiba menghembus ke tubuh Haji Saleh. Dan ia menangis. Tapi setiap airmatanya mengalir, di isap kering oleh hawa panas neraka itu.

MUSIK BERGEMA. HAJI SALEH MENGGIGIL KETAKUTAN. ORANG-ORANG BERGERAK SEPERTI ZOMBI.

SUARA
Lain lagi?

HAJI SALEH
Sudah saya ceritakan semuanya. Oh, Tuhan yg Maha Besar, lagi pengasih & penyayang, Adil & Maha Tahu.

SUARA
Tidak ada lagi?

HAJI SALEH
Oh, o, oo, gue selalu membaca kitabNya.

SUARA
Lain?

HAJI SALEH
Sudah kuceritakan semuanya. Tapi kalau ada yg gue lupa gue mengatakannya, gue pun bersyukur alasannya adalah yg maha tahu itu Tuhan.

SUARA
Sungguh tak ada lagi yg kau kerjakan di dunia selain yg kau ceritakan tadi?

HAJI SALEH
Ya, itulah semuanya.

SUARA
Maksud kamu?

MUSIK BERGEMURUH.

AJO SIDI
Haji saleh tak mampu melanjutkan kata-katanya lagi. Dan malaikat dgn sigapnya menjewer Haji Saleh ke neraka. Haji Saleh tak mengerti kenapa ia dibawa ke neraka. Ia tak mengetahui apa yg diinginkan Tuhan daripadanya & ia percaya Tuhan tak silap.

PENDONGENG 1
Alangkah tercengangnya Haji Saleh, alasannya adalah di neraka itu banyak sahabat-temannya di dunia terpanggang hangus, merintih kesakitan. Dan ia tak tambah memahami dgn keadaan dirinya, alasannya yg dilihatnya di neraka itu tak kurang ibadahnya dr diri ia sendiri. Bahkan ada salah seorang yg telah hingga empat belas kali ke mekah & bergelar Syekh pula.

PENDONGENG 2
Lalu haji Saleh mendekati mereka, & mengajukan pertanyaan pada mereka kenapa berada di neraka semuanya. Tapi sebagaimana haji Salah orang-orang itu pun tak mengerti juga.

SEMUA ORANG BERISTIGFAR.

HAJI SALEH
Bagaimana ini ? Bukankah kita disuruhNya taat beribadah, teguh beriman? Dan itu semua sudah kita kerjakan selama hidup kita. Tapi kita kini dimasukan ke dlm neraka.

TOKOH LAIN
Ya kami pula heran. Tengoklah itu orang-orang senegeri dgn kita semua, & tak kurang ketaatannya beribadat.

HAJI SALEH
Ini sungguh tak adil.

ORANG-ORANG
Memang tak adil.

HAJI SALEH
Kita harus mengingatkan Dia, kalau-kalau Ia silap memasukkan kita ke neraka ini.

ORANG-ORANG
Benar, benar, benar.

TOKOH LAIN 2
Kalau ia tak mau mengakui kesilafanNya, bagaimana ?

HAJI SALEH
Kita protes. Kita resolusikan.

TOKOH LAIN 3
Apa kita revolusikan pula ?

HAJI SALEH
Itu tergantung pada kondisi. Yang penting kini, mari kita berdemontrasi mengadapNya.

TOKOH LAIN
Cocok sekali. Di dunia dahulu dgn demontrasi saja, banyak yg kita peroleh.

ORANG-ORANG
Setuju, oke, setuju.

SEMUA ORANG BERGERAK. MUSIK BERGEMURUH.

HAJI SALEH
Oh, Tuhan kami Yang Maha Besar. Kami menghadapMu. Ini ialah umatMu yg paling taat beribadat, yg yang taat menyembahMu. Kamilah orang-orang yg senantiasa menyebut NamaMu, memuji-muji kebesaranMu, mempropagandakan keadilanMu, & lain-lainnya. KitabMu kami hapal di luar kepala kami. Tidak sesat sedikitpun kami membacanya. Akan namun Tuhanku Yang Maha Kuasa, setelah Engkau kami panggil kemari, Engkau masukan kami ke neraka. Maka sebelum terjadi hal-hal yg tak diingini, di sini, atas nama orang-orang yg cinta kepadaMu, kami menuntut biar hukuman yg Kau jatuhkan pada kami ditinjau kembali & memasukan kami ke nirwana sebagaimana yg Engkau janjikan dlm kitabMu…. Mari kita menghadap Dia.

ORANG-ORANG BERGERAK SEPERTI AKAN DEMONTRASI.

SUARA
Kalian mau apa lagi.

HAJI SALEH
Kami ingin bertemu Tuhan.

SUARA
Tidak mampu.

HAJI SALEH
Harus ini sungguh penting. Ini menyangkut nasib kami.

SUARA
Kamu mesti tahu. Tuhan telah menugaskan gue untuk menuntut kalian.

HAJI SALEH
Kamu ini sesungguhnya siapa?

SUARA
Tadi kan sudah kukatakan, gue yaitu dirimu sendiri & kalian semua.

HAJI SALEH
Aku tak peduli…

SUARA
Sudah jangan banyak cingcong. Sekarang gue mengajukan pertanyaan lagi pada kalian. Kalian di dunia tinggal di mana ?

HAJI SALEH
Kami ini ialah umat Tuhan yg tinggal di Indonesia.

SUARA
Oh, di negeri yg tanahnya subur itu?

HAJI SALEH
Ya, benar.

SUARA
Tanah yg kaya raya, sarat dgn logam, minyak & berbagai bahan tambang lainnya, bukan?

ORANG-ORANG
Benar, benar, itulah negeri kami.

SUARA
Di negeri yg tanahnya begitu subur, hingga tanaman berkembang tanpa di tanam ?

ORANG-ORANG
Benar, benar itulah negeri kami.

SUARA
Di negeri di mana orangnya sendiri melarat?

ORANG-ORANG
Ya, Ya, itu negeri kami.

SUARA
Negeri yg diperbudak orang lain?

TOKOH LAIN
Ya sungguh laknat penjajah itu.

SUARA
Dan hasil tanahmu, mereka yg mengeruknya, & diangkutnya, dijarah, bukan?

TOKOH LAIN 2
Benar. Hingga kami tak mendapat apa-apa lagi. Sungguh laknat mereka itu.

SUARA
Di negeri yg selalu kacau itu, hingga ananda & ananda selalu berkelahi, sedang hasil tanahmu orang lain pula yg mengambilnya, bukan?

HAJI SALEH
Benar. Tapi bagi kami soal harta benda itu tak mau tahu. Yang penting bagi kami merupakan menyembah & memuji Tuhan.

SUARA
Engkau rela tetap meralat, bukan?

ORANG-ORANG
Benar kami rela sekali.

SUARA
Karena kerelaanmu itu, anak cucumu tetap pula meralat, bukan ?

TOKOH LAIN
Sungguhpun anak cucu kami meralat, tetapi mereka semua pandai mengaji. Alkitab mereka hapal diluar kepala.

SUARA
Kalau ada, kenapa kamu-sekalian biarkan dirimu gulung tikar, hingga anak cucumu teraniaya semuanya. Sedang harta bendamu kau biarkan orang lain mengambilnya untuk anak cucu mereka. Dan kau-sekalian lebih senang berantem antar ananda sendiri, saling menipu, saling memeras. Tuhan beri negeri yg kaya raya, tapi kau malas. Kau lebih suka beribadat saja, alasannya beribadat tak mengeluarkan peluh, tak membanting tulang. Sedangkan Tuhan memerintahkan kau-sekalian beramal disamping beribadah. Bagaimana kamu-sekalian bisa berinfak kalau kamu-sekalian miskin. Engkau kira Tuhan suka kebanggaan, mabuk disembah saja. Tidak! Karena itu ananda semua masuk neraka & diletakan di keraknya.

ORANG-ORANG TIDAK BERGERAK APA-APA LAGI. MEREKA TERMANGU, TAPI HAJI SALEH MASIH SAJA TIDAK PUAS.

HAJI SALEH
Salahkah menurut pendapatmu, kalau kami menyembah Tuhan di dunia?

SUARA
Tidak. Kesalahan engkau, karena kau-sekalian telah mementingkan diri sendiri. Kau takut masuk neraka, karena itu kau taat bersembahyang. Tapi kamu-sekalian melupakan kehidupan kaummu sendiri, melalaikan kehidupan anak istrimu sendiri, sehingga mereka itu kocar-kacir selamanya. Itulah kesalahanmu yg terbesar, terlalu egois. Padahal kamu-sekalian di dunia berkaum, bersaudara semuanya, tapi kau-sekalian tak mempedulikan mereka sedikitpun.

MUSIK TERDENGAR MEMILUKAN. TERDENGAR SESEORANG BERTERIAK. SAYUP-SAYUP SESEORANG SEDANG MENGAJI.
SESEORANG
Bunuh diri. Ada yg bunuh diri.

ORANG-ORANG
Di mana?

SESEORANG
Di surau. Ia menggorok lehernya dgn sebilah pisau cukur.

ORANG-ORANG
Astagfirulahal’adzim.

ORANG-ORANG BERGERAK.
PEREMPUAN
Mas..Mas..Mas.. Apa tak menjenguk ?
LAKI-LAKI
Siapa yg meninggal ?
PEREMPUAN
Kakek.
LAKI-LAKI
Kakek?
PEREMPUAN
Ya, tadi subuh kakek kedapatan mati di suraunya dlm kondisi yg menakutkan sekali. Ia menggorok lehernya dgn pisau cukur.
LAKI-LAKI
Astagfirulahal’adzim. Ini niscaya gara-gara Ajo Sidi.
SEMUA DIAM.
PIMPINAN PENTAS
Ternyata kita tak bisa lepas dr kenyataan. Hidup & mati bukanlah milik kita. Kita di sini cuma mengembara & kita semua akan kembali. Kematian memang menyedikan, namun yg paling menyedihkan bila perjuangan kita karenanya tidak berguna.
MUSIK BERGEMURUH.
TAMAT

“Kita tak boleh terlalu mementingkan diri sendiri. Kita pula tak boleh terlalu egoistis sebab kita hidup di dunia mempunyai kerabat, kerabat & handai tulan lainnya. Kita tak boleh angkuh apabila kita selama di dunia bersungguh-sungguh beribadah, alasannya serajin apapun kita beribadah tetapi tak diimbangi dgn solidaritas & rasa peduli terhadap sesama maka itu bukanlah jalan hidup yg diridhoi oleh Allah SWT”


Dari sisi unsur ekstrinsik nya, drama diatas pula mengandung pesan:

  • Nilai Sosial
Kita harus saling peduli satu sama lain & tak mementingkan diri sendiri sebab kita hidup bermasyarakat pula merupakan makhluk sosial yg memerlukan bantuan antara satu dgn yg lain.
  • Nilai Moral
Kita sebagai sesama insan tak boleh arogan tetapi mesti saling membantu satu sama lain.
  • Nilai Agama
Kita mesti mengerjakan perintah Allah & menjauhi larangannya. Serta harus menyeimbangkan amalan dunia & amalan untuk darul baka, bukan menitikberatkan pada amalan dunia atau akhiratnya saja.