Robohnya Surau Kami – Drama sebagai salah satu karya sastra terang mampu memberikan manfaat seperti layaknya karya sastra yg lain. Manfaatnya selain memberikan kenikmatan & hiburan, ia pula dapat menyebarkan imajinasi, memperlihatkan pengalaman pengganti, membuatkan pemahaman perilaku manusia & dapat menyuguhkan pengalaman yg universal.
Drama dibawah ini merupakan hasil penyesuaian kisah pendek yg ditulis oleh AA. Navis. Sebagai salah satu sastrawan & budayawan yg ternama di Indonesia, AA Navis telah mengeluarkan banyak karya sastra tergolong cerpen ‘Robohnya Surau Kami‘ yg demikian terkenal & menjadi bacaan wajib pelajar dlm kajian kesusastraan di Indonesia.
Berikut teladan drama sastra religius karangan AA. Navis yg bisa Sobat simak:
SAYUP-SAYUP TERDENGAR KUMANDANG ADZAN SUBUH. ORANG-ORANG MUNCUL DARI BERBAGAI ARAH, BERBARIS DI PANGGUNG SEPERTI MAU MELAKUKAN SHALAT.
ADZAN USAI SESEORANG MELAFALKAN DOA SETELAH ADZAN, LALU ORANG-ORANG MENDENDANGKAN LAGU ”AL-ITIRAF“.
Ya Allah, ya Tuhan kami jangan Engkau jadikan kami condong pada kesesatan Sesudah Engkau beri petunjuk pada kami,dan karuniailah pada kami rahmat dr sisi Engkau, alasannya sesungguhnya Engkau Maha Pemberi (QS. Al-Imran 8)
Ya Allah, ya Tuhan kami, Engkau masukan malam pada siang, Engkau masukan siang pada malam & Engkau mengeluarkan yg hidup dr yg mati,Engkau mengeluarkan yg mati dr yg hidup, & Engkau memberi rizki pada siapa yg Engkau harapkan dgn tak terkira. (QS. Al-Imran 27)
Ya Allah yg mempunya kerajaan, Engkau berikan kerajaan pada yg Engkau kehendaki & Engkau cabut kerajaan dr orang yg Engkau harapkan., Engkau muliakan orang yg Engkau inginkan & Engkau hinakan orang yg Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebijakan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Al-Imran 26)
Kini kakek itu sudah tak ada lagi. Ia sudah meninggal. Dan tinggallah surau itu tanpa penjaganya. Sekarang cuma akan menjumpai citra yg mengesankan suatu kesucian yg bakal roboh. Orang-orang itu semakin masa ndeso. Dan biang kebodohan itu ialah suatu dongeng yg tak dapat disanggah kebenarannya.
Hei,hei,hei! Berhenti ! Apa-apaan sih ananda ? Orang lain berdoa ini malahan menangisi yg tak jelas. Sudah, tak baik banyak bersedih hati. Yang sudah berpulang biarlah pulang dgn tenang, kita-kita yg akan mengikutinya nanti, dr kini lebih baik mempersiapkan bekal kepulangan kita itu. Agar nanti tak tersesat atau masuk ke daerah yg tak kita sukai. Sekarang lebih baik memperbaiki hidup daripada meratapi yg sudah mati. Sudah ya,jangan menangis lagi aib tuh sama orang-orang. Oh ya, penonton. Selamat berjumpa dgn kami. Maaf tadi saya memotong dulu. Pertunjukan sebetulnya belum dimulai.
Loh,loh… Yang barusan adegan apa ?
Itu gres sambutan awal & doa.
Makara belum,ya ?
Belum.
Huhhhh…
Sudah, sudah ! Sekarang kalian duduk dahulu yg rapi…. Maaf pemirsa, barusan itu kesalahpahaman. Begini…eeeh.. tetapi sekali lagi saya menghaturkan mohon maaf. Anu…eeh.. sebelum kisah dimulai, saya ingin sekali memberikan sepatah kata pada anda semua. Kenapa saya ingin sekali berkata-kata ? Tentu, sebab saya kuatir setelah pertunjukan ini tiba-tiba ada gelombang protes besar-besaran. Maklumlah zaman reformasi. Makara, sebelum dongeng ini kami teruskan, kami mohon maaf yg sebesar-besarnya apabila nanti ada kelancangan-kelancangan yg tak berkenan dihati para pemirsa.
Dia pak.
Oh kau. Awas! Jangan pakai nangis lagi, ya! Ayo mulai.
Tapi kakek itu sudah tak ada lagi kini. Ia sudah meninggal. Dan tinggal surau itu tanpa penjaganya, hingga anak-anak menggunakannya sebagai daerah bermain, memainkan apa yg disenangi mereka. Perempuan yg kekurangan kayu bakar sering mencopoti papan dinding lantai di malam hari.
Jika kalian datang sekarang,hanya akan menjumpai gambaran yg mengesankan suatu kesucian yg bakal roboh.
Dan kecerobohan itu kian hari kian cepat berlangsungnya. Secepat anak-anak berlari di dalamnya, secepat wanita mencopoti kayu-kayunya.
Dan utamanya merupakan sifat masa kurang pandai manusia kini,yang tak hendak memelihara apa yg tak dijaganya lagi.
Aduh, aduh, aduh, aduh! Sudah saya bilang jangan pakai duka-sedihan, malahan makin banyak yg bersedih. Bagaimana kalian ini ? Hei! Negeri kita ini sedang bersedih.jangan ditambah-tambah lagi kesedihannya. Sudah, sudah! Lebih baik sekarang kalian bernyanyi. Mau enggak ?
Mauuuu.
Bagus. Bagaimana musik, siap?
Siap bos. Nyanyi apa?
Katanya siap. Lagunya anu.. eh.. ”Ajo Sidi “. Mulai.
Pendongeng dr sebrang sana
Tak henti-henti berceloteh
Hingga orang terpana bualannya
Ajo Sidi oh Ajo Sidi
Kerjaannya sidir menyindir
Menjerat hati tiap orang
Kaprikornus sumber ejekannya
Assalamualaikum… assalamualaikum… assalamualaikum. Biasanya kakek gembira mendapatkan kedatanganku, karena gue suka memberinya duit, tetapi sekali ini begitu muram.Tidak pernah gue melihat kakek begitu durja & belum pernah salamku tak disahutinya seperti ketika ini.
Pisau siapa, Kek?
Ajo Sidi!
Ajo Sidi ? (KAKEK TIDAK MENYAHUT. HENING SEJENAK) Apa Ajo Sidi sudah membuat bualan ihwal Kakek ?
Siapa?
Ajo Sidi.
Kurang bimbing beliau.
Kenapa, Kek?
Praktis-mudahan pisau cukur ini, yg sudah kuasah tajam-tajam ini, bisa menggorok tenggorokannya.
Kakek murka?
Marah? Ya, kalau gue masih muda, tetapi gue sudah renta. Orang renta menahan ragam. Sudah usang gue tak murka-marah lagi. Takut kalau imanku rusak karenanya, ibadahku rusak karenanya. Sudah begitu lama gue berbuat baik, beribadah, bertawakal pada Allah. Sudah begitu usang gue menyerahkan diri kepadaNya. Dan Allah akan menyayangi orang yg tabah & tawakal.
Bagaimana katanya, Kek ? (KAKEK DIAM SAJA. BERAT HATI BICARA). Bagaimana katanya, Kek?
Kau kenal padaku, bukan Sedari kecil kau gue sudah di sini. Sedari muda, bukan? Kau tahu apa yg gue kerjakan semua, bukan? Terkutuklah perbuatanku? Dikutuki Tuhan kah semua pekerjaanku? DIAM SEJENAK. Sedari muda gue di sini, bukan? Tak kuingat punya istri, punya anak, punya keluarga mirip orang lain, tahu? Tak kupikirkan hidupku sendiri. Aku tidak ingin cari kaya, bikin rumah. Segala kehidupanku, lahir batin, kuserahkan pada Allah subhanahu wata’ala. Tak pernah gue menyusahkan orang lain. Lalat seekor enggan membunuhnya. Tapi kini gue dikatakan insan terkutuk. Umpan neraka. Marahkah Tuhan kalau itu yg kulakukan, sangkamu ? Akan dikutukiNya gue kalau selama hidupku gue mengabdi kepadaNya ? Tak kupikirkan hari esok,sebab gue yakin Allah itu ada & pengasih penyayang pada umatNya yg tawakal. Aku berdiri pagi-pagi. Aku bersuci. Aku pukul beduk, membangunkan setiap waktu. Aku puji-puji Dia. Aku baca kitabNya. Apa salah pekerjaanku itu? Tapi kini gue dibilang manusia terkutuk.
Ia katakan Kakek begitu?
Ia tak menyampaikan gue terkutuk. Tapi begitulah kira-kira.
Ajo Sidi memang kurang latih. Apa lagi yg dikatakan Ajo Sidi, Kek?
Pada suatu waktu ia bicara padaku. ia bilang,
Di alam baka Allah menyelidiki orang-orang yg sudah berpulang. Para malaikat bertugas di sampingNya. Ditangan mereka tergenggam daftar dosa & pahala insan. Begitu banyak orang yg diperiksa. Maklumlah di mana-mana ada perang. Dan diantara orang-orang yg diperiksa itu ada seorang yg di dunia dinamai Haji Saleh. Haji Saleh itu tersenyum-senyum saja, sebab ia sudah begitu percaya akan dimasukkan ke surga. Tatkala dilihatnya orang-orang yg masuk neraka, bibirnya menyunggingkan senyuman ajukan. Dan tatkala ia menyaksikan orang yg masuk surga, ia melambaikan tangannya, seolah hendak menyampaikan “sampai ketemu nanti“. Begitu tak habis-habisnya orang yg berantri, begitu panjangnya. Susut dimuka bertambah di belakang. Akhirnya hingga giliran Haji Saleh.
Engkau siapa?
Aku Saleh. Karena gue sudah ke mekah Haji Saleh namaku. Tuan ini siapa?
Jangan banyak bertanya. Apa kerjamu di dunia?
Aku menyembah Tuhan.
Lain?
Setiap hari, setiap malam, bahkan setiap masa gue menyebut-nyebut nama-Nya.
Lain?
Segala larangan-Nya kuhentikan. Tidak pernah gue berbuat jahat, walau dunia seluruhnya sarat oleh dosa-dosa yg dibisikan iblis laknat itu.
Lain?
Tak ada pekerjaanku selain beribadat padaNya, menyebut-nyebut namaNya. Bahkan tatkala gue sakit namaNya menjadi buah bibirku juga. Dan gue senantiasa berdoa, mendoakan kemurahan hatiNya untuk menginsafkan umatNya.
Lain?
Haji saleh tak mampu menjawab lagi. Ia sudah menceritakan segalanya yg ia kerjakan. Tapi ia insaf, bahwa pertanyaan yg dilontakan bukan asal mengajukan pertanyaan saja, tentu ada lagi yg dikatakannya. Ia termangu & menekurkan kepalanya. Hawa panas api neraka tiba-tiba menghembus ke tubuh Haji Saleh. Dan ia menangis. Tapi setiap airmatanya mengalir, di isap kering oleh hawa panas neraka itu.
Lain lagi?
Sudah saya ceritakan semuanya. Oh, Tuhan yg Maha Besar, lagi pengasih & penyayang, Adil & Maha Tahu.
Tidak ada lagi?
Oh, o, oo, gue selalu membaca kitabNya.
Lain?
Sudah kuceritakan semuanya. Tapi kalau ada yg gue lupa gue mengatakannya, gue pun bersyukur alasannya adalah yg maha tahu itu Tuhan.
Sungguh tak ada lagi yg kau kerjakan di dunia selain yg kau ceritakan tadi?
Ya, itulah semuanya.
Maksud kamu?
Haji saleh tak mampu melanjutkan kata-katanya lagi. Dan malaikat dgn sigapnya menjewer Haji Saleh ke neraka. Haji Saleh tak mengerti kenapa ia dibawa ke neraka. Ia tak mengetahui apa yg diinginkan Tuhan daripadanya & ia percaya Tuhan tak silap.
Alangkah tercengangnya Haji Saleh, alasannya adalah di neraka itu banyak sahabat-temannya di dunia terpanggang hangus, merintih kesakitan. Dan ia tak tambah memahami dgn keadaan dirinya, alasannya yg dilihatnya di neraka itu tak kurang ibadahnya dr diri ia sendiri. Bahkan ada salah seorang yg telah hingga empat belas kali ke mekah & bergelar Syekh pula.
Lalu haji Saleh mendekati mereka, & mengajukan pertanyaan pada mereka kenapa berada di neraka semuanya. Tapi sebagaimana haji Salah orang-orang itu pun tak mengerti juga.
Bagaimana ini ? Bukankah kita disuruhNya taat beribadah, teguh beriman? Dan itu semua sudah kita kerjakan selama hidup kita. Tapi kita kini dimasukan ke dlm neraka.
Ya kami pula heran. Tengoklah itu orang-orang senegeri dgn kita semua, & tak kurang ketaatannya beribadat.
Ini sungguh tak adil.
Memang tak adil.
Kita harus mengingatkan Dia, kalau-kalau Ia silap memasukkan kita ke neraka ini.
Benar, benar, benar.
Kalau ia tak mau mengakui kesilafanNya, bagaimana ?
Kita protes. Kita resolusikan.
Apa kita revolusikan pula ?
Itu tergantung pada kondisi. Yang penting kini, mari kita berdemontrasi mengadapNya.
Cocok sekali. Di dunia dahulu dgn demontrasi saja, banyak yg kita peroleh.
Setuju, oke, setuju.
Oh, Tuhan kami Yang Maha Besar. Kami menghadapMu. Ini ialah umatMu yg paling taat beribadat, yg yang taat menyembahMu. Kamilah orang-orang yg senantiasa menyebut NamaMu, memuji-muji kebesaranMu, mempropagandakan keadilanMu, & lain-lainnya. KitabMu kami hapal di luar kepala kami. Tidak sesat sedikitpun kami membacanya. Akan namun Tuhanku Yang Maha Kuasa, setelah Engkau kami panggil kemari, Engkau masukan kami ke neraka. Maka sebelum terjadi hal-hal yg tak diingini, di sini, atas nama orang-orang yg cinta kepadaMu, kami menuntut biar hukuman yg Kau jatuhkan pada kami ditinjau kembali & memasukan kami ke nirwana sebagaimana yg Engkau janjikan dlm kitabMu…. Mari kita menghadap Dia.
Kalian mau apa lagi.
Kami ingin bertemu Tuhan.
Tidak mampu.
Harus ini sungguh penting. Ini menyangkut nasib kami.
Kamu mesti tahu. Tuhan telah menugaskan gue untuk menuntut kalian.
Kamu ini sesungguhnya siapa?
Tadi kan sudah kukatakan, gue yaitu dirimu sendiri & kalian semua.
Aku tak peduli…
Sudah jangan banyak cingcong. Sekarang gue mengajukan pertanyaan lagi pada kalian. Kalian di dunia tinggal di mana ?
Kami ini ialah umat Tuhan yg tinggal di Indonesia.
Oh, di negeri yg tanahnya subur itu?
Ya, benar.
Tanah yg kaya raya, sarat dgn logam, minyak & berbagai bahan tambang lainnya, bukan?
Benar, benar, itulah negeri kami.
Di negeri yg tanahnya begitu subur, hingga tanaman berkembang tanpa di tanam ?
Benar, benar itulah negeri kami.
Di negeri di mana orangnya sendiri melarat?
Ya, Ya, itu negeri kami.
Negeri yg diperbudak orang lain?
Ya sungguh laknat penjajah itu.
Dan hasil tanahmu, mereka yg mengeruknya, & diangkutnya, dijarah, bukan?
Benar. Hingga kami tak mendapat apa-apa lagi. Sungguh laknat mereka itu.
Di negeri yg selalu kacau itu, hingga ananda & ananda selalu berkelahi, sedang hasil tanahmu orang lain pula yg mengambilnya, bukan?
Benar. Tapi bagi kami soal harta benda itu tak mau tahu. Yang penting bagi kami merupakan menyembah & memuji Tuhan.
Engkau rela tetap meralat, bukan?
Benar kami rela sekali.
Karena kerelaanmu itu, anak cucumu tetap pula meralat, bukan ?
Sungguhpun anak cucu kami meralat, tetapi mereka semua pandai mengaji. Alkitab mereka hapal diluar kepala.
Kalau ada, kenapa kamu-sekalian biarkan dirimu gulung tikar, hingga anak cucumu teraniaya semuanya. Sedang harta bendamu kau biarkan orang lain mengambilnya untuk anak cucu mereka. Dan kau-sekalian lebih senang berantem antar ananda sendiri, saling menipu, saling memeras. Tuhan beri negeri yg kaya raya, tapi kau malas. Kau lebih suka beribadat saja, alasannya beribadat tak mengeluarkan peluh, tak membanting tulang. Sedangkan Tuhan memerintahkan kau-sekalian beramal disamping beribadah. Bagaimana kamu-sekalian bisa berinfak kalau kamu-sekalian miskin. Engkau kira Tuhan suka kebanggaan, mabuk disembah saja. Tidak! Karena itu ananda semua masuk neraka & diletakan di keraknya.
Salahkah menurut pendapatmu, kalau kami menyembah Tuhan di dunia?
Tidak. Kesalahan engkau, karena kau-sekalian telah mementingkan diri sendiri. Kau takut masuk neraka, karena itu kau taat bersembahyang. Tapi kamu-sekalian melupakan kehidupan kaummu sendiri, melalaikan kehidupan anak istrimu sendiri, sehingga mereka itu kocar-kacir selamanya. Itulah kesalahanmu yg terbesar, terlalu egois. Padahal kamu-sekalian di dunia berkaum, bersaudara semuanya, tapi kau-sekalian tak mempedulikan mereka sedikitpun.
Bunuh diri. Ada yg bunuh diri.
Di mana?
Di surau. Ia menggorok lehernya dgn sebilah pisau cukur.
Astagfirulahal’adzim.
Mas..Mas..Mas.. Apa tak menjenguk ?
Siapa yg meninggal ?
Kakek.
Kakek?
Ya, tadi subuh kakek kedapatan mati di suraunya dlm kondisi yg menakutkan sekali. Ia menggorok lehernya dgn pisau cukur.
Astagfirulahal’adzim. Ini niscaya gara-gara Ajo Sidi.
Cerita ini diambil dr suatu cerpen ” Robohnya Surau Kami ” karya AA. Navis.
Gimana Sob, tentu saja drama religi diatas mempunyai tema yg sungguh menawan ya? Kita bisa menyaksikan bahwa amanat pokok yg terdapat dlm cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis yakni:
“Kita tak boleh terlalu mementingkan diri sendiri. Kita pula tak boleh terlalu egoistis sebab kita hidup di dunia mempunyai kerabat, kerabat & handai tulan lainnya. Kita tak boleh angkuh apabila kita selama di dunia bersungguh-sungguh beribadah, alasannya serajin apapun kita beribadah tetapi tak diimbangi dgn solidaritas & rasa peduli terhadap sesama maka itu bukanlah jalan hidup yg diridhoi oleh Allah SWT”
Dari sisi unsur ekstrinsik nya, drama diatas pula mengandung pesan:
- Nilai Sosial
- Nilai Moral
- Nilai Agama