close

Contoh Cerpen Fabel Burung Pipit

Contoh Cerita Fabel –  Sebelum membaca & menyimak cerpen fabel, mungkin sobat-sobat semua hadirin blog ini ada yg belum mengenali apakah itu cerpen fabel? Cerpen fabel ialah salah satu bentuk cerpen yg menceritakan perihal kehidupan binatang yg bertingkah seperti & layaknya seperti insan. Tokoh-tokoh yg timbul & terdapat dlm cerpen fabel pun dapat mengatakan & berfikiran layaknya manusia. 

Berikut contoh dongeng fabel yg bisa sobat simak & diambil sari hikmah yg terkandung didalamnya. 

Contoh Cerpen Fabel 



Burung Pipit Sombong yg Berubah 

Di hutan ada seekor burung, Pipit namanya. Ia tinggal sendirian di rumah. Ayah & ibunya sudah meninggal. Pipit mempunyai sifat arogan. Ia tak pernah menolong orang lain, saat orang lain meminta pertolongannya. Ia pula suka pamer barang-barang baru yg dimilikinya. Dan ia pula jarang menyapa temannya yg lain, dikala berjumpa dgn temannya yg lain di jalan.

Karena sifatnya yg angkuh & tak peduli. Pipit dijauhi teman-temannya. Tidak ada yg mau berteman dengannya. Pipit pun suka main sendiri. Dan saat pergi jalan-jalan & bertemu sobat-temannya, Pipit selalu dibicarakan teman-temannya, dgn sikap sombongnya itu.

Suatu hari Pipit berjumpa dgn Luna, semut merah yg sangat baik hati. Semut merah yg suka menyapa orang, jika berjumpa dengannya di jalan, eksklusif menyapa Pipit yg kala itu berpapasan dengannya.

“Siang pipit. Mau pergi kemana?” Tanya si Luna dgn lembut.

Burung Pipit yg arogan langsung memalingkan wajah, begitu menyaksikan Luna. Ia terus berlangsung. Pipit tak peduli pada Luna yg menyapanya.

“Kalau saja ananda mampu sedikit baik hati pada orang lain, ananda pasti punya banyak teman. Tak perlu sendirian dikala pergi bermain.” Kata Luna sedih.

Mendengar kata-kata Luna, Pipit tersinggung. Pipit marah. Pipit merasa diejek oleh Luna. Dengan cepat Pipit membalikkan badan. Pipit berjalan mendekati Luna.

“Apa katamu tadi?! Kau bilang gue arogan. Tidak punya sahabat?” Pipit mengarahkan tangannya pada wajah Luna. Pipit terperinci terlihat sangat murka.

“Asal kau tahu. Aku bukannya tidak memiliki sahabat. Tapi gue tak mau berteman dgn mereka. Mereka kotor & bau. Mereka miskin. Mereka tidak mempunyai baju bagus seperti yg kupakai ini.” Pipit memeperlihatkan pakaiannya yg sangat manis pada Luna.

“Sebaiknya gue pergi saja. Tidak penting bicara dgn semut merah, yg kotor & bau.”

Setelah kalimat terakhir, Pipit pergi meninggalkan Luna. Pipit pergi dgn sikap sombongnya.

Setelah pipit pergi, Luna menggelengkan kepalanya & berucap, “Pipit, kamu sangat arogan sekali. Kau pikIr, kamu bahagia dgn sikap sombongmu. Meski kami tak kaya sepertimu, tetapi kami saling membantu sama lain.”

Luna pergi dgn perasaan duka.

Setelah insiden itu, Pipit selalu menciptakan orang lain sedih. Pipit senantiasa mengejek sobat-temannya. Ia senantiasa mengejek busana yg dikenakan sobat-temannya itu buruk. Pipit selalu mengejek & mengusir pergi sahabat-temannya, yg tiba ke rumahnya. Dengan sikap angkuh Pipit yg berlebihan, sobat-temannya tak ada yg mau bermain dengannya. Teman-temannya tak mau menolong Pipit, kalau Pipit ada kesusahan. 

Suatu hari, Pipit yg gres saja mencari kuliner bertemu dgn Haci, si lebah madu muda. Haci berencana menolong Pipit, dgn membawakan makanan Pipit. Tapi Pipit langsung marah ketika mau ditolong Haci. Pipit mengira, Haci akan mengambil makanannya. Dengan angkuh & galak, Pipit menarik makanannya & menyembunyikannya di balik bajunya. Pipit pula membentak Haci.

“Hey, Haci! Kalau mau makan cari sendiri! Jangan ambil masakan orang lain!” hardik Pipit dgn bernafsu & keras.

Haci resah mendengar kata-kata Pipit. Haci hanya mau bermaksud menolong Pipit membawakan makanannya, malah dituduh mau mengambil kuliner milik Pipit. Haci pun menjelaskan pada Pipit, kalau ia cuma mau berencana menolong membawakan makannanya.

“Tidak Pipit. Aku tak mau mengambil makananmu. Aku Cuma mau menolong membawakan makananmu. Karena gue lihat, kau kerepotan membawa kuliner sebanyak itu.” Ucap Haci tabah. ia tak murka pada Pipit, yg menuduhnya mau mencuri.

Karena sikap sombongnya sudah terlalu besar, Pipit tak yakin pada Haci. Pipit pergi meninggalkan Haci. Setelah kejadian itu, Pipit mulai bercerita pada sobat-sobat yg lain, kalau Haci, si lebah madu muda itu, mau mengambil masakan yg ia cari dgn berkerja keras. Tapi, untunglah. Teman-sobat Haci tak terhasut oleh ucapan Pipit.

Teman-sahabat Haci tak yakin kalau Haci mencuri. Teman-teman Haci malah tak yakin pada ucapan Pipit.

Beberapa hari kemudian Pipit hendak mencari kuliner. Kebetulan persediaan makanannya sudah habis. Pipit pun pergi jauh dr tempat tinggalnya untuk mencari makanan. Pipit melayang ke sana kemari. Tapi tak ada satupun kuliner yg ia peroleh. Sampai-hingga Pipit kelelahan. Pipit bermaksud istirahat sebentar. Pipit pun hinggap di sebuah pohon rindang & teduh. Selang beberapa dikala ia istirahat di pohon rindang itu, ia mendengar suatu suara. Awalnya Pipit mengira kalau suara itu cuma angin. Tapi usang-usang perasaannya tak lezat. Ia yg memejamkan matanya, langsung membuka matanya dgn cepat, ketika sebuah suara yg menyerupai dgn desisan ular itu terdengar di telinganya. Saat Pipit membuka matanya, ia terkejut melihat ular besar tengah memandangnya. Ular itu mendesis, menjulurkan lidahnya. Karena kaget & takut, Pipit pribadi jatuh ke bawah.

“Arrrggghhh…” Jerit Pipit kesakitan. Ternyata sayap kiri Pipit patah. Pipit semakin takut & bingung. Karena ular besar itu turun dr pohon rindang, & mendekati Pipit. Pipit duduk diam. Memandangi ular besar, yg berjalan kian akrab dengannya. Pipit berpikir, mungkin ia akan mati & disantap oleh ular besar itu. Karena sayap kirinya patah, menciptakan pipit tak mampu terbang & meloloskan diri dr ular besar itu. Pipit memejamkan matanya & menunggu dirinya dimakan ular besar itu.

“Pipit lari!”

Pipit mendengar suara Haci. Ia mirip sedang berkhayal. Kalau Haci akan menolongnya dr ular besar itu.

“Pipit lari!”

Bahkan bunyi Luna masih ia dengar dlm benaknya.

Pipit tersentak saat bahunya ditarik. Secepat itu, Pipit membuka matanya. Sekarang ia sudah jauh dr ular besar itu. Pipit menyaksikan Haci kecapekan alasannya adalah mempesona tubuhnya yg lebih besar dr tubuh Haci.

“Sekarang kamu sudah aman. Teman-sobat & gue akan melawan ular besar itu. Kau tunggu disini.” Ucap Haci sesudah mempesona tubuh Pipit, menjauh dr ular besar itu.
Pipit menyaksikan Haci bergabung dgn sahabat-temannya untuk melawan ular besar itu. Luna pula ikut melawan ular besar itu. Pipit menyaksikan semua sahabat-temannya yg sering ia hina, sekarang sedang membantunya dr kejahatan ular besar, yg mau memakannya.
Setengah jam kemudian ular besar itu sukses diusir. Dan ular besar itu pergi dr kawasan itu. Haci, Luna & sobat-temannya yg lain mendekati Pipit. Pipit duduk pada sebatang kayu. Pipit memegangi sayap kirinya yg patah.

“Terima kasih.” Ucap pipit aib-malu pada Haci, Luna & sahabat-temannya.

“Terima kasihlah pada Haci. Karena ia yg melihat ananda mau dimakan ular besar itu. Saat menyaksikan itu, Haci pribadi terbang & menemui kami. Ia bilang kalau ananda akan disantap ular besar. Cepat-cepat kami pergi kemari & menolongmu. Dan kami berhasil mengusir ular besar itu.” Ucap Luna lembut.

“Terima kasih, Haci.” Ucap Pipit.

“Tidak perlu berterima kasih. Bukankah kita semua sobat. Dan sobat mesti menolong temannya yg sedang kesusahan.” Jawab Haci yg disambut tepuk tangan teman-temannya.

“Haci, maafkan aku. Aku sudah menuduhmu mencuri makananku.” Pipit meminta maaf pada Haci. “Dan juga, gue sudah bersikap sombong pada Luna & yg lainnya. Aku minta maaf. Dan gue akan berganti.”

“Tidak apa-apa. Aku tak marah kok. Dan gue senang kalau kau mau berganti.” Ucap Haci.

“Menjadi Pipit yg baik hati.” Timpal Luna.

“Dan tak angkuh.” Tambah sobat-temannya yg lain.

Haci, Pipit, Luna & sahabat-temannya tertawa gembira. Sekarang Pipit sudah tak bersikap angkuh lagi. Pipit pula sudah mau berteman dgn yg yang lain. Dan Pipit pula tak menghalau temannya yg tiba ke tempat tinggal. Semuanya selsai bahagia, dgn tawa yg disambut senja. (Hasil karangan Mia)