Ciri Ciri Sosiologi – Sebagai ilmu meliputi beberapa tugas yg sesuai dgn prinsip-prinsip ilmiah, termasuk empiris, teoretis, kumulatif, & non-etis.
Tanpa pemenuhan hukum ilmiah yg mencirikannya, sosiologi tak akan dapat berdiri sendiri sebagai sains atau ilmu wawasan.
Sosiologi selaku istilah, disiplin, & sains dikembangkan di zaman modern di Eropa, walaupun studi masyarakat di belahan bumi lain, yg senantiasa dibahas para ilmuwan, ada jauh lebih awal.
Kita tak perlu khawatir menjawab pertanyaan itu tatkala studi komunitas pertama kali muncul. Diskusi dlm postingan ini dimulai dlm konteks modern kala ke-18, tatkala ilmu empiris di Eropa telah berkembang pesat.
Saya akan membicarakan ciri ciri sosiologi yg disebutkan di atas. Diskusi ini telah dibentuk sebagai referensi online untuk pembaca yg mencari informasi wacana prinsip-prinsip ilmiah yg membentuk karakteristik sosiologi sebagai ilmu.
Daftar Isi
Ciri Ciri Sosiologi
1. Empiris
Dalam artian bahwa sosiologi sebagai ilmu didasarkan pada pengamatan realitas dgn nalar sehat & indera, sehingga kesannya tak spekulatif.
Misalnya, sosiologi mempelajari fenomena kemacetan di ibukota Jakarta. Argumen yg muncul dr observasi sosiologis.
Misalnya, kemacetan disebabkan oleh rendahnya keyakinan publik kepada kebijakan transportasi biasa yg dipicu oleh pemerintah kawasan.
Dengan kata lain, orang-orang di Jakarta yg terjebak kemacetan tak percaya bahwa transportasi lazim menyampaikan kenyamanan dlm hal layanan & akses.
Efeknya, orang lebih suka mengendarai kendaraan eksklusif. Argumen tersebut berasal dr realitas objektif di lapangan & bukan dr spekulasi kosong.
Jika argumen ini mampu dibuktikan dengan-cara ilmiah, elemen empiris telah puas dgn penyelidikan sosiologis.
2. Teoritis
Sebagai ilmu senantiasa berupaya menyatukan abstraksi dr hasil pengamatan empiris.
Abstraksi yaitu kesimpulan yg menerangkan relasi alasannya balasan dr fenomena sosial yg diteliti.
Sebagai teladan, sosiologi menjelaskan bahwa ada hubungan yg signifikan antara kemacetan & iman publik yg rendah terhadap pemerintah.
Ringkasan yg dihasilkan yaitu pernyataan yg menekankan pentingnya memperkuat iktikad masyarakat terhadap pemerintah untuk mengatasi kemacetan.
Penjelasan tak cuma timbul, tetapi melalui proses penelitian yg panjang dr observasi ke kesimpulan.
3. Kumulatif
Ini mempunyai arti bahwa sosiologi membangun sebuah tema yg tak cuma direduksi menjadi kekosongan namun pula terdiri dr teori-teori yg sudah ada sebelumnya. Teori – teori ini adalah hasil dr penelitian sebelumnya.
Penelitian sosiologis terhadap kemacetan kemudian lintas, contohnya, mengarah pada kesimpulan baru yg menyiratkan kesimpulan yg sebelumnya ditarik.
Sebagai pola, observasi sebelumnya sudah menunjukkan bahwa penyebab kemacetan ialah daya beli penduduk yg tinggi, tergolong daya beli dr konsumsi kendaraan beroda empat eksklusif.
Studi lain memperlihatkan bahwa mobil memberikan prestise penggunanya & keadaan yg menjanjikan.
Kumulatif selaku ciri sosiologi berarti bahwa beberapa hasil penelitian dimasukkan dlm analisis, sehingga kesimpulan gres yg sudah ada ialah hasil akumulasi pengetahuan.
4. Non-etis
Dalam arti bahwa sosiologi membahas dilema sosial tanpa mempertanyakan nilainya, yaitu baik atau buruk dr problem yg sedang dibahas.
Sosiologi lebih peduli dgn menerangkan kenapa suatu fenomena terjadi. Penjelasannya pula harus logis, mendalam & mudah dimengerti.
Misalnya, kemacetan selaku masalah sosial dlm observasi sosiologis tak dianggap buruk.
Sosiologi tak kesengsem membenarkan keunggulan yg buruk. Tentu saja, itu tak bermakna bahwa trafficnya anggun.
Sosiologi cuma menjelaskan kenapa kemacetan mampu terjadi di ibukota Jakarta.
Jika pernyataan itu menyatakan bahwa kemacetan dapat terjadi karena dogma publik yg rendah terhadap pemerintah, sosiologi tak membenarkan bahwa iman publik yg rendah yakni negatif.
Sosiologi non-etis dlm arti bahwa ia tak membenarkan baik atau buruknya dilema sosial.
Baca Juga :
- Contoh Angket Penelitian
- Variabel Penelitian
- Instrumen Penelitian
- Metodologi Penelitian
- Metode Penelitian Kuantitatif