puisi cinta kembalilah padaku
Dalam desir sunyi sepertiga paling selesai
Angin terhembus terjang dedaunan, dinginnya mencengkeram
Melafalkan yang semakin meradang
Saya bertimpuh, lumpuh di atas sajadah
Bersujud terkatup bisu, kelu
Apa yang terjadi?
Derai arus air mata seolah bicara, menyuruh rasa
Kembali lagi hal seutas kangen, yang kembali menegur
Di atas sajadah kusam, kulabuhkan satu genggam cinta
Buatnya yang beradu jarak
Terlerai bilah waktu, terbentur ruangan panjang
Tertekan juga oleh lembah kolam samudra, berbingkai ruangan khatulistiwa
Sekarang, beberapa ribu huruf doa sesaat menyeru namamu
Membisik bumi, tersebar mengangkasa
Sekadar penepis kangen yang ada
Lihatlah sesaat, entahlah kenapa?
Sejak kau lenyap tidak berbekas, isu juga tidak lagi terngiang
Jiwa ini jadi memiliki rongga, gersang
Rembulan lenyap ditelan awan, bintang juga engan menerangi
Cakrawala redup, hampa, sunyi tanpa narasi
Benar-benar pilu dan mengenaskan, terpenjara dalam kandang kangen
Tidak berasa saya karam dalam arus air mata
Kenapa kangen tidak juga surut?
Bayangmu manjelma, terus-saluran menghantui
Haruskah kubuang bayangmu itu?
Benar-benar aku teraniaya, bengong sendu
Kapan kangen ini akan final?
Kapan jiwa ini akan berjumpa ?
Lalu, kapan jua hati ini akan seia sekata?
Akan ada kalanya, waktu mengatakan
Setelah sujudku, sediam doaku
Ada balasan kangen di pengujung sana
Mudah-mudahan, syair doa ini jadi kidung hati
Hiasan hati, pendamping sepi
Di depan ilahii, tersuratkan namamu dan rinduku
syair cinta bersemi kembali : Dia
Swastamita, itu dianya
Cantik tetapi cuman sementara
Kanigara, cerah senyumannya
Purnama tidak cukup cantik dibandingkan ke-2 bola matanya
Batari, nama yang lain
Walaupun daksa kita aksa
Masih tetap dapat kurasa kedatangan
Karena dalam hati beliau ialah amerta untuk selama-lamanya
Kau yakni tempatku bertumpu dikala kecapekan menerpa
Kau jadi mentari dikala hariku gelap pekat
Kau menjadi pelangi sehabis mendung menerpa
Kau jadi langit di mana ku gantungkan semua mimpi dan impian
Kau ialah harsa
Kau kanigara dalam taman cintaloka kita
Singkat saja, kau dunia tempatku bertemu
Kuberikan kau angin
dari keluasan tanpa apapun
jikalau sempat sempoyong
alasannya adalah itu doa telah tiba padaNya
dan itu maknanya…
berhenti sajalah mengulur jangkar benang mata
Ialah padiku…
telah bau tanah yang merunduk setelah gerhana memandikan kita
dalam gelapnya pusau kaku
namun hujanlah saat itu…
hingga kelihatan juga sinar pelanginya
Karena itu tersenyumlah…
sebab kita telah dewʌsa
saat anginku mulai sepoi
membelai di monitor perahumu
Biarkanlah kupunguti pecahan luka-lukaku
Kan kusimpan dalam lipatan narasi
Agar tidak ada kembali genang murung di matamu
Saya ikhlas, jika kau berbahagia dengannya
Pergilah ! buatnya
Tidak akan aku pinta kamu kembali arah
Cukup sebait doa untukmu
Praktis-mudahan kamu berbahagia seiring berjalannya waktu
Pergilah….
Kemungkinan ini adalah jalanku
Ku lumat tangis dalam hati
Supaya tidak terlihat sembap bola mataku
Ku menyembunyikan semua bersedih agar tidak ada kau tahu
Sesungging senyuman mengawalkepergianmu
Saya ikhlas !
puisi nrimo perihal cinta
Masalah silih ganti
Kegetiran menyelimutinya hati
Keperginya bunda menginggalkan kami
Kewajiban berbakti mematri kesepakatan
Tulus merenda hari
Bangun dari duka cita lihat mimpi
Cara menguak aral
Seyogia kebijakan memetik amal
Kuberdoa dan perjuangan
Kuncup impian ‘kan mekar di mayapada
Capailah tangan kasih yang kucipta
Sandarkan inginmu bareng harapan
Sekarang kalian sudah dewʌsa
Pleno pekerjaan menuntun anak negeri
Hak hidup dan meraih abad tiba
Berbahagia dimuat berubah menjadi kebaikan
Demikian tentang Kelompok Puisi Tulus Mengenai Kerelaan Dan Keteguhan, simak juga puisi sabar dan puisi pendek nrimo
|
sajak cinta dalam ikhlas
|
Syair Jiwa Yang Lelah diatas bisa kalian jadikan inspirasi untuk move on ya guys! supaya kalian semua tetap semangat dan dalam lindungan Tuhan Yang Maha esa, salam sejahtera, jangan lupa subscribe ya
| | |