Karena perasaan seseorang sungguh-sungguh berlawanan satu sama lain. Dari sebuah kata, kalimat, bacaan, atau langkah-langkah seseorang saja “perasaan” kita mampu mendeteksi rasa.
Itulah mengapa butuh seseorang yang bisa mengetahui atau memahami perasaan kita.
Yah meski tak sepenuhnya mampu, alasannya tak ada satupun yang bisa selain diri kita sendiri. Itulah tubuh manusia itu unik, khususnya ia yang umum kita sebut “perasaan”.
“Perasaan sungguh identik dengan rasa yang ada dalam hati”.
Entah alasannya kurang melatih diri dalam menggunakannya atau memang sudah begitu “perasaan” mengambil kiprahnya.
Perasaan seseorang akan berlawanan-beda tergantung darimana beliau memulai rasa itu, ada dengan lingkungannya, kesukaannya, impian maupun kesempatannya sendiri.
Apa yang umum membuat “perasaanmu” lebih peka ??
Latih perasaan diri untuk lebih hening dalam merasakan kebahagian dan ketidakpuasan.
Ambil hikmahnya, syukuri saja. Karena semua yang hadir maupun pergi dari kehidupan kita tentu akan memberi bekas dalam “perasaan” diri.
Kebahagiaan, ketidakpuasan, kesedihan, takut, cemas, putus asa, sepi, gusar, bahkan membuat kita bisa jauh lebih depresi bila mengalami semua itu dalam waktu selang yang amat akrab.
“Pahami sinyal yang diberikan “perasaan” kita sendiri”
Jika senang, maka berbahagialah, jikalau bersedih maka sedihlah namun setidaknya berusaha untuk tidak menciptakan orang merasa kasian pada diri kita sebab akan lebih menyakitkan “perasaan” jika tau mereka tak benar-benar peduli dengan diri kita.
murung maka menangislah, dalam membisu bahkan lebih baik, disana dimalam yang damai dikala semua makhluk tidur dengan hening. Akan jauh lebih berkesan kalau nangis dalam doa.
Dalam doa kita bisa curahkan apa yang bergotong-royong kita rasakan, entah penting tidaknya asalkan buat perasaan kita jauh lebih tenang.
Secara eksklusif yang menciptakan diri lebih mengerti ia yang kita sebut “perasaan” yaitu menyendiri. Ceria di depan banyak orang, menciptakan mereka tidak merasakan satupun kesedihan yang saya rasakan.
Belajarlah memahami diri sendiri dulu bila “perasaan” kalian dikala ini lagi mengalami fase kemandirian mirip kecewa, bahagia, marah, jengkel atau segala yang menyakiti maupun membahagiakan “perasaan” sendiri.
Sisipkan sementara waktu untuk lebih mencerna apa yangg dirasakan “perasaan” sendiri. Agar mampu menjadi eksklusif yang akil menertibkan rasanya.
Istirahatlah meski bukan waktunya istirahat kalau ada sesuatu yang menciptakan “perasaan” kalian ambu radul.
Istirahatlah… Tenanglah..
SANTUY .. ehehehehe…
4 : vidico.com