Biasa Kita Sebut Dengan “Perasaan” !

Sesuatu yang sungguh peka untuk memberi sinyal kebahagiaan dan juga ketidakpuasan akan “Sensitif” kalau kita membicarakannya.

Karena perasaan seseorang sungguh-sungguh berlawanan satu sama lain. Dari sebuah kata, kalimat, bacaan, atau langkah-langkah seseorang saja “perasaan” kita mampu mendeteksi rasa.

Itulah mengapa butuh seseorang yang bisa mengetahui atau memahami perasaan kita.

Yah meski tak sepenuhnya mampu, alasannya tak ada satupun yang bisa selain diri kita sendiri. Itulah tubuh manusia itu unik, khususnya ia yang umum kita sebut “perasaan”.

“Perasaan sungguh identik dengan rasa yang ada dalam hati”. 

Ada hal-hal yang bisa menciptakan perasaan kita begitu senang, namun ada beberapa hal juga yang membuat perasaan kita merasaan sesuatu yang buat kita kecewa.

Entah alasannya kurang melatih diri dalam menggunakannya atau memang sudah begitu “perasaan” mengambil kiprahnya.

Perasaan seseorang akan berlawanan-beda tergantung darimana beliau memulai rasa itu, ada dengan lingkungannya, kesukaannya, impian maupun kesempatannya sendiri.

Apa yang umum membuat “perasaanmu” lebih peka ??

saya tidak mampu menjawabnya, alasannya cuma kalian yang cendekia menilai perasaan kalian sendiri. meski main tebakan dan jawabannya pun benar, tetap saja ada yang berlawanan.
 Intinya gini, sering-sering untuk memahami apa yang sebenranya membuat kita memahami, jauh kedepan lebih mencar ilmu mengerti tuk tidak melukai “perasaan” kita sendiri.

Latih perasaan diri untuk lebih hening dalam merasakan kebahagian dan ketidakpuasan. 

Meski sakit memang, namun tidak ada yang sungguh-sungguh menguatkan diri kecuali diri kita sendiri khususnya memupuknya dalam sebuah “perasaan” sendiri.

Ambil hikmahnya, syukuri saja. Karena semua yang hadir maupun pergi dari kehidupan kita tentu akan memberi bekas dalam “perasaan” diri.

  Bahan Kuliah Wacana Research Methodology

Kebahagiaan, ketidakpuasan, kesedihan, takut, cemas, putus asa, sepi, gusar, bahkan membuat kita bisa jauh lebih depresi bila mengalami semua itu dalam waktu selang yang amat akrab.

“Pahami sinyal yang diberikan “perasaan” kita sendiri”

Jika senang, maka berbahagialah, jikalau bersedih maka sedihlah namun setidaknya berusaha untuk tidak menciptakan orang merasa kasian pada diri kita sebab akan lebih menyakitkan “perasaan” jika tau mereka tak benar-benar peduli dengan diri kita.

murung maka menangislah, dalam membisu bahkan lebih baik, disana dimalam yang damai dikala semua makhluk tidur dengan hening. Akan jauh lebih berkesan kalau nangis dalam doa.

Dalam doa kita bisa curahkan apa yang bergotong-royong kita rasakan, entah penting tidaknya asalkan buat perasaan kita jauh lebih tenang.

Secara eksklusif yang menciptakan diri lebih mengerti ia yang kita sebut “perasaan” yaitu menyendiri. Ceria di depan banyak orang, menciptakan mereka tidak merasakan satupun kesedihan yang saya rasakan.

Belajarlah memahami diri sendiri dulu bila  “perasaan” kalian dikala ini lagi mengalami fase kemandirian mirip kecewa, bahagia, marah, jengkel atau segala yang menyakiti maupun membahagiakan “perasaan” sendiri.

Sisipkan sementara waktu untuk lebih mencerna apa yangg dirasakan “perasaan” sendiri. Agar mampu menjadi eksklusif yang akil menertibkan rasanya.

Istirahatlah meski bukan waktunya istirahat kalau ada sesuatu yang menciptakan “perasaan” kalian ambu radul.

Istirahatlah… Tenanglah..

SANTUY .. ehehehehe…

Sumber ide (Ahad, 1 Desember 2019) :
pengalaman “perasaan” langsung.
sumber gambar : 
1 dan 2 : Freepik.com
3 : dribbble.com

4 : vidico.com

Wallahu a’lam..