Bantuan Islam Terhadap Kebangkitan Dunia Barat (Sejarah Kebudayaan Islam)

Judul : Kontribusi Islam Terhadap Kebangkitan Dunia Barat
Mata Kuliah : Sejarah Kebudayaan Islam

BAB I
PENDAHULUAN

Dark Ages, yaitu suatu periode dimana benua eropa di atur oleh Gereja. Periode dark ages sendiri seakan dikaburkan oleh bangsa eropa setelah zaman renaissance dan sesudah revolusi industri pada masa ke 17. Pada dasarnya 
“dark ages” sendiri bisa dibilang bermula setelah hancurnya kekaisaran Romawi pada periode selesai kurun ke 5 sampai dengan kurun ke 14. Namun sesungguhnya efek “dark ages” sendiri belum benar benar hilang sampai terjadinya revolusi industri ialah pada awal kurun ke 17. 

Diatur Gereja Semua Kacau 

Mirip yang sedang di lakukan Saudi Arabia kini, dimana para ulama berhak menertibkan pemerintahan, nampaknya bangsa eropa telah lebih dahulu melaksanakan blunder yang serupa. Disaat Zaman Kegelapan, segala keputusan pemerintah dan 
hukum negara tidak diambil berdasarkan demokrasi di parlemen mirip saat zaman kekasiaran Roma. Keputusan tersebut diambil oleh majelis dewan Gereja. Tidak setiap individu berhak beropini, alasannya pada zaman itu yang berhak mengeluarkan pertimbangan -keputusan yaitu para jago agama. (lihat perilaku kaum Salafy yang kini justru memalsukan mereka) Bahkan segala sesuatu yang bertentangan dengan penafsiran dewan gereja ialah pelanggaran aturan 
berat. Akibatnya setiap penemuan yang berasal dari kaum ilmuan senantiasa digagalkan oleh dewan gereja. Salah satu yang menjadi korbannya yaitu Nicholas Coppernicus yang selsai tragis akhir teorinya yang mengata kan bumi mengelilingi matahari. 

Akibat terlalu banyak intervensi dewan Gereja pada sendi-sendi kehidupan, termasuk juga pelarangan kepada temuan maupun inovasi gres yang tidak ada pada injil maka alhasil terjadi stagnasi secara multi dimensi, yang lambat laun berimbas pada timbulnya krisis multi dimensi. Dimulai dari krisis ekonomi kemudian menjadi krisis agri kultur yang mengakibatkan kurangya suplai masakan. Belum lagi akibat yang ditimbulkan sebab krisis ekonomi, yang berimbas pada berkurangya generasi muda kaum scholar (berpendidikan). Dengan makin berkurangya kaum scholar maka terjadi kemunduran mutu pendidikan di penduduk . Setelah sekian lama terjadi titik kulminasi dimana kehidupan 
rakyat pada zaman itu menjadi seperti era “food gathering” yang mampu dibilang mengalami kemunduran secara drastis. 

Bangkit Karena Merampas Ilmu Dari Ilmuan Islam 

Keberhasilan kaum Katolic roma menguasai Iberian peninsula dari tangan Muslim menjadi titik tolak kebangkitan bangsa eropa dari Dark Ages. Karena mereka merampas banyak sekali inovasi dari sisi ilmu pengetahuan untuk lalu 
diklaim selaku temuan dewan gereja. Pada hasilnya bangsa eropa berkat “jasa” ilmuan Islam sukses menjadi bangsa termaju di wajah bumi untuk lalu menjadi awal dari sejarah panjang revolusi industri. 

BAB II
PEMBAHASAN

Eropa Pada Abad Pertengahan

Abad Pertengahan merupakan kala paling kelam dalam periode sejarah Eropa. Oleh karena itu, mereka menamakan abad ini selaku The Dark Age (Abad Kegelapan). Abad Pertengahan dimulai sejak era II Masehi, yaitu semenjak Konstantin Agung masuk Katolik dan menyatakannya selaku agama resmi Imperium Romawi. Ternyata kaum Nasrani hanya menang secara lahiriah saja alasannya bangsa Romawi banyak merugikan ajaran Katolik saat paham paganisme terserap ke dalam fatwa Kristen dan tingkah laku pemeluknya. Sementara itu, pihak yang paling banyak memberikan andil dalam penyelewengan agama ini ialah Kaisar Konstantin sendiri yang mengaku sebagai penegak panji-panji agama Katolik.

Sejak era ini, Eropa berada di bawah tekanan dan penindasan yang dilakukan oleh penguasa gereja dan penguasa negara. Sejak abad ini pula, keleluasaan dikekang dan nalar dibelenggu sehingga ilmu wawasan tidak mendapatkan pertumbuhan. Selama berabad-periode Eropa ditekan oleh metode religius yang menganut permusuhan terhadap alam. Eropa tidak mempunyai gaya/semangat hidup dan sama sekali tiada daerah bagi dunia penyelidikan ilmiah. Eropa pada periode itu bahkan kehilangan korelasi dengan hasil-hasil capaian falsafah Yunani dan Romawi dari mana kultur Eropa dahulu bersumber. 

Imperium Romawi dalam perjalanannya pecah menjadi dua, yakni Romawi Barat dan Romawi Timur dengan ibu kota Byzantium. Romawi Timur mampu hidup terus sampai 1453. Ketika Islam mulai menunjukkan diri di dunia pada abad VIII, peradaban Yunani-Romawi itu telah berkurang. Byzantium menyerukan untuk melanjutkan tradisi Athena dan Roma, namun gagal dalam misinya. Selain Byzantium tidak mampu untuk melestarikan tradisi tersebut, Romawi Kedua ini bertanggung jawab atas penghancuran sejumlah karya-karya ilmiah dan monumen artistik warisan dari zaman purbakala. Para kaisar Basiki mendorong para pengikut Nasrani ortodoks Byzantium untuk menghancurkan sisa peradaban kaum paganis. Kaisar Theodosis II mendapatkan nama jelek dengan adanya penghancuran besar-besaran di Afrika Utara. Pada 489, Kaisar Zeno menutup sekolah populer di Edesa yang semenjak kala II telah menjadi pusat untuk penyebaran bahasa Syiria dan Yunani melalui Asia Timur. Justinian menyuramkan reputasinya dengan menutup sekolah Platonic termasyhur di Athena dan sekolah-sekolah di Alexanderia. 

Sejarah Eropa pada Abad Pertengahan penuh dengan perjuangan sengit antara kaum intelek dan penguasa gereja. Kaum intelek Eropa berontak lebih dari satu kali, namun berulang-ulang pemberontakan mereka sukses dipatahkan oleh gereja. Penguasa gereja itu mendirikan aneka macam mahkamah pemeriksaan (Dewan Inquisisi) untuk menghukum kaum intelek serta orang-orang yang dituduh kafir dan atheis. Operasi pembantaian digerakkan secara besar-besaran supaya di Dunia Nasrani tidak tertinggal seorang pun yang dapat menjadi akar perlawanan kepada gereja. Diperkirakan antara tahun 1481 hingga 1901, korban pembantaian Dewan Inquisisi mencapai 300 ribu jiwa tergolong 30 ribu jiwa dibakar hidup-hidup, di antaranya yaitu sarjana fisika ternama Bruno. Ia dieksekusi mati dengan cara dibakar hidup-hidup. Selain Bruno, Galileo Galilei juga mesti menjalani eksekusi hingga mati di penjara sebab pendapatnya yang menyatakan bahwa bumi beredar mengitari matahari.

Eropa dan Sentuhan Peradaban Islam

Melalui interaksinya dengan Dunia Islam, Eropa menyadari keterbelakangan dan ketertinggalan mereka. Interaksi tersebut menyebabkan adanya sentuhan peradaban Islam terhadap mereka. Proses persentuhan itu terjadi melalui konflik-konflik bersenjata, mirip dalam Perang Salib, maupun melalui cara-cara tenang mirip di Andalusia. 

Bagaimanapun juga dalam bidang peradaban materi, Eropa banyak berhutang kebijaksanaan kepada Perang Salib. Perang ini telah menenteng kaum Kristen ke dalam kontak langsung dengan orang-orang Muslim di tanah Islam itu sendiri. Orang-orang Kristen mendapati bahwa di Levant banyak hal baru bagi mereka dan teknik-teknik yang tidak diketahui di Barat. Oleh alasannya itu saat terjadi gencatan senjata, mereka mempergunakan peluang ini untuk mempelajari teknik-teknik baru di bidang pertanian, industri dan kerajinan, serta melakukan hubungan jual beli dengan orang-orang Muslim. 

Bahkan, tidak sedikit di antara orang-orang Kristen yang ikut Perang Salib yaitu para saudagar yang beropini bahwa perang ini ialah potensi untuk mengadakan hubungan jualan baru. Lama-kelamaan, Perang Salib beradaptasi dengan usaha politik jual beli bandar-bandar Italia, utamanya Venezia. Selain Venezia, kota-kota perdagangan di Italia Utara, Jerman Selatan, dan Belanda juga mulai berkembang akibat Perang Salib. Dari kota-kota inilah nantinya muncul Renaissance. 

  Pembukaan Akses Suez Dan Pengaruhnya Terhadap Dunia (Sejarah Umum)

Selain lewat Perang Salib, cara lain terjadinya sentuhan peradaban Islam kepada Eropa adalah melalui cara yang murni damai di Andalusia. Ketika Eropa masih larut dalam keterbelakangannya, Andalusia telah berkembang dalam kemajuan dan kegemilangan peradaban. Ustadz Muhammad Al-Husaini Rakha menyampaikan, “Di antara bukti kebesaran peradaban Spanyol bahwa di Cordova saja terdapat lima puluh rumah sakit, sembilan ratus toilet, delapan ratus sekolah, enam ratus masjid, perpustakaan umum yang menampung enam ratus ribu buku dan tujuh puluh perpustakaan eksklusif yang lain.” 

Orang-orang Eropa aktif berinteraksi dengan orang-orang Arab dan mengambil ilmu dari mereka serta mengambil faedah dari peradaban mereka. Orang-orang Eropa datang ke Andalusia untuk mencar ilmu di universitas-universitas umat Islam. Di antara mereka terdapat para tokoh gereja dan para aristokrat. Sebagai teladan salah seorang yang sungguh hebat kepandaiannya pada era X bernama Gerbert d’Aurillac. Ia menjadi paus Perancis pertama di bawah gelar Sylvester II. Ia menghabiskan tiga tahun di Toledo dengan para ilmuwan Muslim. Ia mencar ilmu matematika, astronomi, kimia, dan pelajaran-pelajaran lainnya. Beberapa wali gereja/pendeta tinggi dari Perancis, Inggris, Jerman dan Italia juga lama belajar di Universitas Muslim Spanyol. 

Ada masalah menarik yang dialami oleh Frederik II (1211-1250) kaisar Jerman yang juga menjadi raja Napels dan Scilia. Ia merupakan seorang yang berjiwa besar dan berpengetahuan tinggi. Ia dituduh orang masuk Islam dengan membisu-diam sebab kaisar itu lebih suka tinggal di Italia Selatan dalam lingkungan alam Timur dibandingkan dengan di Jerman yang belum maju. Di Napels didirikannya suatu universitas dengan tujuan memindahkan wawasan Arab ke Italia. Selain Frederik II, raja bangsa Eropa yang lain yang menaruh minat sangat besar terhadap kemajuan ilmu wawasan kaum Muslimin adalah George III, raja Inggris. Dengan resmi, dia menulis surat terhadap Hisyam III khalifah kaum Muslimin di Andalusia semoga diizinkan mengirimkan delegasinya untuk berguru di sekolah umat Islam Andalusia.

Orang-orang Eropa yang mencar ilmu di universitas-universitas Andalusia itu melakukan gerakan penerjemahan kitab-kitab para ilmuwan Muslim yang berbahasa Arab ke bahasa Latin dan mulailah buku-buku tersebut diajarkan di akademi-perguruan tinggi Barat. Ketika itu, bahasa Arab menjadi bahasa terdepan di dunia dalam masalah ilmu wawasan. Orang yang ingin mempelajari ilmu wawasan harus berakal berbahasa Arab. Bercakap-mahir dengan bahasa tersebut merupakan bukti tingkat pengetahuan yang tinggi.

Pada kurun XII diterjemahkan kitab Al-Qanûn karya Ibnu Sina perihal kedokteran. Pada simpulan era XIII diterjemahkan pula kitab Al-Hawiy karya Ar-Razi yang lebih luas dan lebih tebal daripada Al-Qanûn. Kedua buku ini sampai periode XVI masih menjadi buku pegangan bagi pengajaran ilmu kedokteran di sekolah tinggi-sekolah tinggi tinggi Eropa. Buku-buku filsafat bahkan terus berjalan penerjemahannya lebih banyak dibandingkan dengan itu. Bangsa Barat belum pernah mengenal filsafat-filsafat Yunani antik kecuali lewat karangan dan terjemahan-terjemahan para ilmuwan Muslim. Tercatat di antara nama-nama para penerjemah Eropa itu ialah Gerard (Cremona) yang menerjemahkan fisika Aristoteles dari teks bahasa Arab, Campanus (Navarra), Abelard (Bath), Albert dan Daniel (Morley) Michel Scot, Hermann The Dalmatian, dan banyak yang lain. 

Banyak orang Barat yang jujur mengakui bahwa pada Abad Pertengahan, kaum Muslimin adalah guru-guru bangsa Eropa selama tidak kurang dari enam ratus tahun. Gustave Lebon mengatakan bahwa terjemahan buku-buku bangsa Arab (Islam), terutama buku-buku keilmuan, hampir menjadi sumber satu-satunya bagi pengajaran di banyak akademi tinggi Eropa selama lima atau enam masa. Bahkan, mampu dibilang bahwa imbas bangsa Arab dalam beberapa bidang ilmu, seperti ilmu kedokteran, masih berlanjut hingga kini. Buku-buku karangan Ibnu Sina pada tamat masa yang lalu masih diajarkan di Montpellier. Bahkan, Lebon juga menyampaikan bahwa cuma buku-buku bangsa Arablah yang dijadikan sandaran oleh Roger Bacon, Leonardo da Vinci, Arnold de Philippe, Raymond Lull, San Thomas, Albertus Magnus, serta Alfonso X dari Castella. 

Orang Eropa juga memanfaatkan kelebihan ilmu orang Muslim dalam beberapa keperluan mereka. Vasco da Gama misalnya, yang merintis jalan bagi Eropa menuju Semenanjung Harapan, sehabis memperoleh jalan tersebut dia berjumpa dengan seorang pelaut Muslim Arab yang berjulukan Ibnu Majid. Maka Ibnu Majid menunjukkan kepadanya beberapa alat untuk mengarungi laut yang dimilikinya, seperti kompas dan sejenisnya. Lalu Ibnu Majid meninggalkan Vasco da Gama sebentar. Kemudian beliau masuk ke ruangannya dan kembali menemui Vasco da Gama bersama alat-alat yang menjadikannya terkagum-kagum. Selanjutnya, Vasco da Gama memberikan kepada Ibnu Majid agar menjadi guidenya menuju deretan pulau India Timur.

Renaissance dan Kebangkitan Eropa

Persentuhan Eropa dengan peradaan Islam benar-benar memberikan pengaruh hebat kepada kehidupan mereka. Pengaruh terpenting yang diambil Eropa dari pergaulannya dengan umat Islam yakni semangat untuk hidup yang dibentangkan oleh peradaban dan ilmu Islam. Keterpengaruhan Eropa pada peradaan Islam itu bersifat menyeluruh. Hampir tidak ada satu sisi pun dari banyak sekali segi kehidupan Eropa yang tidak terpengaruh oleh peradaban Islam. Dalam bukunya Making of Humanity, Robert Briffault memastikan, “Tidak cuma ilmu yang mendorong Eropa kembali pada kehidupan. Tetapi imbas-efek lain yang masuk utamanya pengaruh-imbas peradaban Islam yang pertama kali menyalakan kebangkitan Eropa untuk hidup.” Al-Qaradhawi menulis bahwa metode, sekolah, universitas, ulama, dan buku menjadi efek serta pencetus kebangkitan Eropa. 

Akhirnya pada periode XV muncullah gerakan di Eropa yang dinamakan renaissance. Renaissance berasal dari kata renasseimento yang memiliki arti lahir kembali atau rebith selaku manusia yang serba baru. Renaissance diartikan sebagai kelahiran kembali atau kebangkitan kembali jiwa atau semangat manusia yang selama Abad Pertengahan terbelenggu dan diliputi oleh mental inactivity. Renaissance disebut juga Abad Kebangkitan sebab ia adalah permulaan kebangkitan manusia Eropa yang ingin bebas dan tidak lagi terbelenggu sebagai hasratuntuk merealisasikan hakikat insan sendiri. Renaissance ialah gerakan yang menaruh minat untuk mempelajari dan memahami kembali peradaban dan kebudayaan Yunani dan Romawi antik. 

Renaissance terjadi melalui proses yang sungguh panjang dimana efek Islam sungguh mayoritas dan tidak bisa disangkal. Kehidupan intelektual di Eropa selaku warisan pemikiran yang mulai dikembangkan pada kurun XII mengakibatkan berkembangnya ilmu pengetahuan sejati yang sebagian besar maju berkat penggunaan ilmu pasti dari golongan filosof-filosof bangsa Arab. Dengan munculnya renaissance, maka perhatian dan penggalian terhadap filsafat Abad Kuno, khususnya filsafat Aristoteles, makin meningkat . Orang Eropa Barat untuk pertama kalinya mengenal tulisan-tulisan Aristoteles lewat terjemahan-terjemahan bahasa Arab, serta lewat aliran-anutan dan komentar-komentar yang disusun filosof-filosof Arab yang menafsirkan filsafat Aristoteles yang sudah mendapat imbas dari paham Neo-Platonisme.

Demikian juga, tata cara eksperimen mula-mula dikembangkan oleh sarjana-sarjana muslim pada zaman keemasan Islam. Ilmu pengetahuan yang lain meraih klimaks antara kala IX sampai era XII. Semangat untuk mencari kebenaran yang dimulai oleh pemikir-pemikir Yunani dan nyaris padam dengan munculnya kekaisaran Romawi, tetapi lalu dihidupkan kembali dalam kebudayaan Islam. Dalam perjalanan sejarah, maka lewat sarjana-sarjana muslimlah dan bukan lewat perjalanan Latin, dunia modern ini sekarang mendapatkan dasar-dasarnya. 

Briffault berkata, “Eropa lama, sebagaimana kita lihat, tidak menampakkan karya-karya ilmiah. Ilmu perbintangan dan ilmu pasti orang Yunani ialah ilmu gila yang dimasukkan dari mancanegara dan dipungut dari orang lain. Dalam waktu usang Yunani tidak mau beradaptasi. Tetapi lalu secara bertahap menyatu dengan kebudayaan Yunani. Lalu Yunani menyusun fatwa-anutan, mengundangkan aturan-hukum dan menciptakan teori-teori. Tetapi kegigihan tata cara penelitian, pengumpulan dan pemusatan aneka macam maklumat (berita dan data-data) yang faktual, metode rinci dalam ilmu, pengamatan yang teliti dan terus menerus serta observasi empirik, seluruhnya sama sekali aneh dari kebudayaan Yunani. Akan halnya yang kita sebut ilmu, timbul di Eropa selaku hasil semangat observasi dan sistem analisis gres dari cara percobaan, pengamatan dan penganalogian serta dikarenakan pertumbuhan ilmu pasti yang sebelumnya sama sekali tidak diketahui oleh Yunani. Semangat dan metode ilmiah itu dimasukkan oleh Arab ke dalam Dunia Eropa.” 

Dalam bukunya yang berjudul Târîkh ‘Ilm Al-Falâk, Dolandbeer berkata, “Para observator Yunani cuma berjumlah dua atau tiga orang saja. Namun, para observator bangsa Arab jumlahnya berbagai. Adapun dalam kimia, tidak ada seorang pun bangsa Yunani. Namun, para observator bangsa Arab berjumlah ratusan.” 

Ilmu wawasan meningkat pesat di Eropa semenjak kurun renaissance. Berbagai riset dan pengamatan ilmiah dilakukan oleh para ilmuwan Eropa. Dalam kenyataannya, banyak penemuan para ilmuwan itu yang berlawanan dengan keyakinan gereja. Oleh sebab dianggap selaku ancaman, pihak penguasa gereja melaksanakan penitikberatan dan tindakan kekerasan terhadap para ilmuwan dan orang-orang yang dipandang menentang gereja. Tidak sedikit para ilmuwan dikejar , diajukan ke pengadilan gereja, dan dijatuhi eksekusi mati. Di antara mereka ialah Copernicus, Galileo Galilei, Bruno, dan sebagainya. 

Gereja berusaha membendung arus renaissance yang semakin deras dan menjaga otoritasnya. Akan namun, perjuangan pihak gereja itu dalam perjalanannya menjadi bumerang bagi mereka sendiri. Masyarakat Eropa yang sudah jenuh hidup di bawah imbas kekuasaan gereja serta ingin bebas risikonya melancarkan reformasi-reformasi agama untuk menentang kekuasaan Paus yang zhalim. Gerakan-gerakan reformasi tersebut juga tidak mampu dilepaskan dari adanya dampak Islam. Bahkan, pengaruh Islam itu sudah terjadi sejak masa permulaan persentuhan Eropa dengan peradaban Islam. Ahmad Amin mengatakan, “Muncullah kontradiksi di golongan orang-orang Nasrani sebab pengaruh Islam. Di antaranya pada kurun kedelapan Masehi atau kurun-kurun kedua dan ketiga Hijriah lahirlah di Septimania gerakan yang menyerukan pengingkaran pengukuhan dosa di depan pendeta alasannya adalah mereka tak memiliki hak untuk hidup. Dan insan cuma untuk tunduk kepada Allah dalam meminta pengampunan dosa-dosanya. Islam tidak mempunyai pendeta dan kaum paderi, maka di dalam Islam tidak dikenal akreditasi dosa. Demikian pula terdapat gerakan yang menyerukan penghancuran gambar-gambar serta patung-patung keagamaan (iconoclast). Pada masa kedelapan dan kesembilan Masehi atau masa ketiga dan keempat Hijriah muncul mazhab Kristen yang menolak pengkudusan gambar-gambar dan patung-patung. Pada tahun 726 M, Kaisar Leo III dari Romawi mengeluarkan perintah yang melarang pengkudusan gambar-gambar dan patung-patung dan perintah lain pada tahun 730 M yang menilai tindakan tersebut selaku paganisme. Demikian pula Konstantin X dan Leo IV pada dikala Paus Gregorius II dan III dan Germanius, Uskup Konstantinopel serta kaisar perempuan Irene menyokong penyembahan gambar-gambar, sehingga terjadilah pergolakan ahli antara kedua kalangan itu.” 

Bahkan, banyak peneliti menegaskan bahwa Martin Luther dalam gerakan reformasinya terpengaruh oleh pandangan para filosof Arab dan ulama Muslim perihal agama, dogma, dan wahyu. Perguruan-akademi tinggi Eropa pada masa Martin Luther selalu berpegang pada buku-buku para filosof Muslim yang jauh sebelumnya telah diterjemahkan ke bahasa Latin. 

Begitu pula pembangkangan-pembangkangan terhadap kekuasaan-kekuasaan feodal yang zhalim yang menimbulkan tuan tanah sebagai dewan perwakilan rakyat, badan direktur, dan badan yudikatif sekaligus sehingga melahirkan Revolusi Perancis yang menuntut pemisahannya, juga alasannya terpengaruh dengan Islam. Orang-orang Eropa tiba ke negeri Syiria dalam Perang Salib. Mereka melihat bahwa di Kekhilafahan Islam, rakyat ikut memantau penguasanya. Penguasa cuma tunduk pada pengawasan rakyat. Melihat hal tersebut, raja-raja di Eropa membandingkan antara kebebasan raja-raja Arab dan kaum Muslimin dengan ketundukan mereka sendiri terhadap kekuasaan Roma dan kekalutan mereka akan nasib buruknya jikalau tidak lagi tunduk terhadap raja Roma yang agamis.

Setelah orang-orang Eropa itu kembali ke negerinya, mereka menyelenggarakan pemberontakan sampai mendapatkan kemerdekaan. Rakyat mereka pun kemudian memberontak kepada mereka sehingga menemukan pula kemerdekaan. Setelah itu, muncullah Revolusi Perancis dan prinsip-prinsip yang diproklamasikan tidak lebih banyak ketimbang yang diproklamasikan dalam peradaban kita pada dua belas kala sebelumnya.

Pengaruh Kebangkitan Eropa kepada Dunia Islam

Pada dikala Eropa mulai berdiri dan melaju dengan pesat dalam aneka macam bidang kehidupan, Dunia Islam justru mengalami kemunduran dan keterbelakangan dalam aneka macam bidang kehidupan. Pada ketika itu, umat Islam dipimpin oleh Turki yang memegang tampuk kekhilafahan. Bukti keterbelakangan Turki di bidang ilmu dan teknologi mampu dilihat pada realita bahwa gres pada masa XVI Turki bisa mendirikan industri kapal. Sementara percetakan, pusat pelayanan kesehatan serta akademi-akademi militer seperti yang terdapat di Eropa, baru memasuki Turki pada abad XVIII. Pada selesai masa itu Turki masih bodoh di bidang industri dan inovasi-inovasi ilmiah, hingga saat menyaksikan balon melayang melayang-layang di angkasa ibukota, mereka menduga itu yakni tindakan tukang sihir. Dalam hal menciptakan sarana perkembangan dan kesejahteraan biasa , negeri-negeri Eropa yang kecil lebih cepat ketimbang Turki, sedangkan negeri Mesir lebih cepat empat tahun dibanding dengan Turki dalam penggunaan kereta api, dan beberapa bulan dalam penggunaan prangko. 

Setelah Eropa besar lengan berkuasa alasannya adalah mengambil ilmu dan peradaban dari Islam, mulailah Eropa menjajah umat Islam dan merampas kekayaannya. Inggris menjajah India, Mesir , Irak dan Yordania. Perancis menjajah Tunisia, Aljazair, Suriah dan Libanon. Di Asia Tenggara, Inggris menjajah Malaysia dan Singapura. Belanda menjajah Indonesia. Sedangkan Spanyol menjajah Filipina. Selain mengembangkan pemikiran Kristen, para penjajah Eropa itu juga menyedot kekayaan umat Islam. Akhirnya kekayaan Eropa membengkak sehingga dengan harta rampasan itu mereka mampu memperkuat posisinya dan mengintensifkan observasi ilmiah yang pada gilirannya membuat Eropa semakin kuat dan berkuasa. 

  Kitab Fatwa Izzuddin Abdissalam

Jatuhnya banyak sekali wilayah Islam ke tangan imperialisme Barat menginsafkan Dunia Islam akan kelemahannya dan menyadarkan umat Islam bahwa di Barat sudah timbul peradaban baru yang lebih tinggi dan ialah ancaman bagi Islam. Raja-raja dan pemuka-pemuka Islam mulai memikirkan bagaimana memajukan mutu dan kekuatan umat Islam kembali. Pada abad ini, timbullah pandangan baru-pandangan baru pembaharuan dalam Dunia Islam. Dari Mesir muncullah Jamaluddin Al-Afghani (1839-1897) dengan inspirasi Pan-Islamismenya yang kemudian disertai oleh muridnya, Muhammad Abduh (1849-…). Sebelum itu, di Hijaz Arabia juga telah timbul gerakan pembaharuan yang dipelopori oleh Muhammad bin Abdul Wahab (1703-1787). Meski kelahirannya ialah respons kepada penyimpangan praktek-praktek keagamaan yang banyak terjadi di Hijaz dan sekitarnya, akan namun gerakan ini juga memiliki imbas di Dunia Islam dalam menghidupkan kesadaran umat Islam untuk melawan kaum penjajah, terkhusus di Indonesia. Demikian juga pandangan baru Pan-Islamisme yang diusung oleh Al-Afghani banyak mensugesti tokoh-tokoh pergerakan Islam Indonesia yang aktif memperjuangkan Islam pada zaman penjajahan Belanda.

Makara, renaissance yang sudah menghidupkan Eropa dari keterbelakangannya itu menjinjing imbas hebat tidak hanya bagi masyarakat Eropa, tetapi juga bagi Dunia Islam. Oleh karena Dunia Islam justru mengalami kemunduran ketika Eropa mengalami kebangkitan, maka dampak yang diterima oleh Dunia Islam tak sedikit yaitu pengaruh negatif. Perang Salib senantiasa dikenang oleh bangsa-bangsa di Eropa bab Barat dimana pada kala Perang Salib merupakan negara-negara Katolik Roma. Sungguh pun demikian, banyak pula kritikan pedas kepada Perang Salib di negara-negara Eropa Barat pada kurun Renaissance.

Politik dan Budaya

Perang Salib amat mensugesti Eropa pada Abad Pertengahan. Pada periode itu, sebagian besar benua dipersatukan oleh kekuasaan Kepausan, akan tetapi pada kurun ke-14, pertumbuhan birokrasi yang terpusat (dasar dari negara-bangsa terbaru) sedang pesat di Perancis, Inggris, Burgundi, Portugal, Castilia dan Aragon. Hal ini sebagian didorong oleh dominasi gereja pada kala awal perang salib.

Meski benua Eropa telah bersinggungan dengan budaya Islam selama berabad-kurun lewat korelasi antara Semenanjung Iberia dengan Sisilia, banyak ilmu wawasan di bidang-bidang sains, pengobatan dan arsitektur diserap dari dunia Islam ke dunia Barat selama era perang salib. Pengalaman militer perang salib juga memiliki efek di Eropa, mirip contohnya, kastil-kastil di Eropa mulai memakai bahan dari batu-batuan yang tebal dan besar seperti yang dibuat di Timur, tidak lagi memakai bahan kayu seperti sebelumnya. Sebagai pelengkap, prajurit Salib dianggap selaku pembawa budaya Eropa ke dunia, khususnya Asia.

Bersama jual beli, penemuan-inovasi dan penciptaan-penciptaan sains gres meraih timur atau barat. Kemajuan bangsa Arab tergolong kemajuan aljabar, lensa dan lain lain mencapai barat dan menambah laju perkembangan di universitas-universitas Eropa yang lalu mengarahkan terhadap masa Renaissance pada kurun-abad berikutnya.

Perdagangan

Kebutuhan untuk memuat, mengantarkan dan menawarkan balatentara yang besar menumbuhkan perdagangan di seluruh Eropa. Jalan-jalan yang sebagian besar tidak pernah dipakai sejak masa pendudukan Romawi, tampakmengalami kenaikan disebabkan oleh para pedagang yang berencana berbagi usahanya. Ini bukan saja alasannya adalah Perang Salib menyiapkan Eropa untuk bepergian akan tetapi lebih alasannya banyak orang ingin bepergian sesudah diperkenalkan dengan produk-produk dari timur. Hal ini juga menolong pada masa-masa awal Renaissance di Itali, karena banyak negara-kota di Itali yang sejak awal mempunyai kekerabatan jual beli yang penting dan menguntungkan dengan negara-negara Salib, baik di Tanah Suci maupun kemudian di kawasan-daerah bekas Byzantium.

Pertumbuhan perdagangan membawa banyak barang ke Eropa yang sebelumnya tidak mereka kenal atau amat jarang ditemukan dan sangatlah mahal. Barang-barang ini tergolong aneka macam macam rempah-rempah, gading, kerikil-watu mulia, teknik pengerjaan barang kaca yang maju, bentuk permulaan dari mesiu, jeruk, apel, hasil-hasil tanaman Asia lainnya dan banyak lagi.

Keberhasilan untuk melestarikan Nasrani Eropa, bagaimanapun, tidak dapat mengabaikan kejatuhan Kekaisaran Nasrani Byzantium, yang sebagian besar diakibatkan oleh kekerasan serdadu Salib pada Perang Salib Keempat terhadap Kristen Orthodox Timur, terutama pembersihan yang dijalankan oleh Enrico Dandolo yang populer, penguasa Venesia dan sponsor Perang Salib Keempat. Tanah Byzantium ialah negara Katolik yang stabil sejak abad ke-4. Sesudah prajurit Salib menggantikan Konstantinopel pada tahun 1204, Byzantium tidak pernah lagi menjadi sebesar atau sekuat sebelumnya dan jadinya jatuh pada tahun 1453.

Melihat apa yang terjadi terhadap Byzantium, Perang Salib lebih mampu digambarkan selaku perlawanan Katolik Roma terhadap perluasan Islam, daripada perlawanan Katolik secara utuh kepada perluasan Islam. Di lain pihak, Perang Salib Keempat dapat disebut sebuah anomali. Kita juga mampu mengambil suatu kompromi atas kedua pertimbangan diatas, utamanya bahwa Perang Salib adalah cara Kristen Roma utama dalam menyelamatkan Katolikisme, yakni tujuan yang utama yakni memerangi Islam dan tujuan yang kedua ialah mencoba menyelamatkan ke-Katolik-an, dalam konteks inilah, Perang Salib Keempat dapat dikatakan mengabaikan tujuan yang kedua untuk mendapatkan bantuan logistik bagi Dandolo untuk meraih tujuan yang utama. Meski begitu, Perang Salib Keempat ditentang oleh Paus pada ketika itu dan secara lazim dikenang selaku sebuah kesalahan besar.

Dunia Islam

Perang salib mempunyai imbas yang buruk tetapi terlokalisir pada dunia Islam. Dimana persamaan antara bangsa Frankâ dengan Tentara Salibâ meninggalkan bekas yang amat dalam. Muslim secara tradisional mengelu-elukan Saladin, seorang ksatria Kurdi, sebagai hero Perang Salib. Pada kala ke-21, sebagian dunia Arab, seperti gerakan kemerdekaan Arab dan gerakan Pan-Islamisme masih terus menyebut keterlibatan dunia Barat di Timur Tengah sebagai “perang salibâ. Perang Salib dianggap oleh dunia Islam sebagai pembantaian yang kejam dan keji oleh kaum Kristen Eropa.

Konsekuensi yang secara jangka panjang menghancurkan perihal perang salib, berdasarkan hebat sejarah Peter Mansfield, ialah pembentukan mental dunia Islam yang condong menarik diri. Menurut Peter Mansfield, Diserang dari banyak sekali arah, dunia Islam berpaling ke dirinya sendiri. Ia menjadi sangat sensitive dan defensive, ¦sikap yang tumbuh menjadi kian buruk seiring dengan pertumbuhan dunia, sebuah proses dimana dunia Islam merasa dikucilkan, terus berlanjut.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.ekaristi.org/forum/viewtopic.php?t=244&start=0&postdays=0&postorder=asc&highlight=&sid=be3248046f0d67459661236da7228108