<Kontribusi Ilmuwan Muslim dalam Pengembangan Ilmu Psikologi> Dalam melahirkan pemikirannya, Ilmuwan Muslim seperti Ibnu Sina mengadopsi gagasan-gagasan psikologi dari para filsuf Yunani yang lalu diselaraskannya sesuai dengan anutan Islam. Ilmuwan yang oleh masyarakat Barat diketahui dengan sebutan Avicenna itu awalnya menukil ide Aristoteles yang menyebutkan bahwa insan mempunyai tiga jenis jiwa, ialah vegetatif (tumbuhan), hewani, dan jiwa rasional (kecerdasan logika).
Baca Juga=>Peradaban Islam Kembangkan Ilmu Psikologi
“Selanjutnya, Ibnu Sina menyatakan bahwa jiwa vegetatif dan hewani mempertalikan insan dengan bumi, sedangkan jiwa rasional menghubungkan mereka kepada Allah SWT, kata Shuttle worth. Menurut Ibnu Sina, kemampuan berpikir yang dimiliki manusia memperlihatkan mereka relasi yang unik dengan Sang Pencipta.
Dia juga berpendapat bahwa kesanggupan mental dipengaruhi oleh bab tertentu pada otak manuisa. Sepanjang sejarah psikologi, Ibnu Sina ialah ilmuwan pertama yang berupaya mengetahui cara kerja anggapan dan pena laran manusia.
Muhammad Zakariyah ar-Razi atau lazimdisingkat dengan ar-Razi (864?930) juga merupakan salah satu tokoh yang mempunyai bantuan dalam perkembangan psikologi Islam. Ia mempunyai sejumlah hasil penga- matan menawan wacana anggapan manusia.
Dalam kitabnya, Tibb al-Funun, ar-Razi menciptakan beberapa postulat tentang kondisi emosional insan, dan menawarkan nasehat untuk pengobatan gangguan mental. Selain itu, ar-Razi juga memperlihatkan sum- bangan besar bagi sejarah psikologi lewat observasinya yang tajam mengenai adat medis dan penggunaan terapi kondisional terhadap pasien gangguan jiwa. Metode tersebut sudah diterapkannya, jauh sebelum psikolog periode ke-20 menerapkan hal yang sama.
Ibnu Khaldun yang hidup antara 1332-1406 juga berperan penting dalam mem- perkaya khazanah wawasan tentang psikologi Islam. Dalam teorinya, beliau menyebutkan bahwa faktor lingkungan dan individu yang berada di sekeliling insan ikut membentuk kepribadian seseorang.
Ibnu Khaldun juga percaya bahwa sikap insan bisa dibuat lewat pengalaman dan pendidikan. Gagasan tersebut selanjutnya memberi efek besar kepada psikologi terbaru yang muncul pada kala sesudahnya.
Meskipun banyak sarjana Muslim di abad lampau yang menciptakan kajian ihwal ilmu jiwa, perumpamaan `psikologi Islam’ tidak pernah populer selama berabad-kala.
Terma tersebut gres mulai menjadi perbin- cangan di kalangan akademisi internasional setelah pakar psikologi klinis asal Sudan, Prof Malik Badri, memublikasikan bukunya yang berjudul The Dilemma of Muslim Psychologists (Dilema Psikolog Muslim) pada 1979.
Menurut Badri, keniscayaan psikologi Islam tidak bisa dimungkiri oleh para psikolog Barat. Pasalnya, nyaris semua pemikiran psikologi yang ada ketika ini condong mengedepankan sisi hewani pada manusia, dan mengesampingkan segi ruhani yang mereka miliki. Padahal, psikologi sejatinya ialah ilmu yang penuhdengan nilai. Termasuk nilai-nilai spiritual yang terkandung dalam pedoman Islam.