Bahan Kuliah Pengembangan Kepribadian Pendidikan Agama Islam

KONSEP KEPRIBADIAN DALAM ISLAM
Sasaran Pembelajaran 
Setelah mempelajari pembahasan ini mahasiswa dapat :
  1. Berpikir dan bersikap sesuai dengan ajaran teologis yang mampu menunjang pertumbuhan IPTEK dan peningkatan etos kerja;
  2. Membuktikan adanya Tuhan melalui kajian ilmiah, sehingga dapat memantapkan doktrin;
  3. Bersikap dengan benar sesuai dengan prinsip dalam proses pembentukan keyakinan;
  4. Bersifat dengan benar sesuai dengan prinsip dalam proses pembentukan iktikad;
  5. Mengimplementasikan kepercayaan dengan ibadah dan amal saleh dalam kehidupan sehari-hari;
  6. Menerangkan peranan akidah dan takwa, sehingga meyakini benar perlunya beriman dan bertakwa.
Daftar Istilah Penting
  •  Filsafat Ketuhanan : Analisis logis perihal Tuhan
  • Ibadah Mahdhah : Ibadah yang telah ditentukan macam,cara, waktu dan bacaannya.
  • Karakter Islam : etika/sifat/tabiat Islam
  • Pola pikir teologis : Pola pikir berkenaan dengan ilmu ketuhanan.
  • Bersifat Azali : wujud yang terbentuk secara awet tanpa adanya awal.
FILSAFAT KETUHANAN DALAM ISLAM
      Filsafat yaitu pengetahuan ihwal yang benar ( knowledge of truth ). Dalam hal ini terdapat persamaan filsafat dan agama. Tujuan agama yaitu menunjukan apa yang benar dan apa yang bagus. Yang Benar Pertama ( alhaqqul awwalu = the First Truth ) berdasarkan al-Kindi adalah Tuhan. Filsafat yang paling tinggi ialah filsafat ihwal Tuhan,sebagaimana dinyatakan al-Kindi :” Filsafat yang termulia dan tertinggi derajatnya yakni filsafat utama, yakni ilmu wacana Yang Benar Pertama, yang menjadi alasannya bagi segala yang benar ( Harun Nasution, 1978:5)
     Sesuai dengan paham dalam Islam, berdasarkan al-Kindi Tuhan yakni Pencipta. Menurut al-Kindi, alam bukan infinit di zaman lampau ( qadim )  tetapi mempunyai awal. Dalam hal ini al-Kindi lebih dekat pada filsafat Plotinus, yang menyatakan bahwa Yang Maha Satu adalah Sumber dari alam dan sumber dari segala yang ada. Alam yakni emanasi dari Yang Maha Satu ( Harun Nasution 1978:16 )
      Adanya alam serta organisasinya yang menakjubkan dan rahasinya yang pelik, menjdi bukti adanya sesuatu kekuatan yang telah menciptakannya, suatu ”Akal” yang tidak ada batasnya. Setiap insan wajar yakin bahwa dirinya ”ada” dan percaya pula bahwa alam ini ”ada”. Dengan dasar itu dan dengna akidah inilah dilakukan berbagai acara ilmiah.
       Jika percayya ihwal keberadaan alam, maka secara logika harus percaya tentang adanya Pencipta Alam. Pernyataan yang mengatakan : Percaya adanya makhluk, ettapi menolak adanya Khalik ialah suatu pernyataan yang tidak benar. Belum pernah diketahui adanya sesuatu yang berasal dari tidak ada tanpa diciptakan. Segala sesuatu bagaimanapun ukurannya , pasti ada penyebabnya. Oleh karena itu, bagaimana akan yakin bahwa alam semesta yang demikian luasnya, ada dengan sendirinya tanpa Pencipta ?
       Pemikiran kepada Allah melahirkan adanya Ilmu Tauhid, Ilmu Kalam, atau Ilmu Ushuluddin dikalangan umat Islam, muncul sejak wafatnya Nabi Muhammad Saw. Secara garis besar, ada pedoman yang bersifat liberal, tradisional, dan ada pula yang bersifat diantara keduanya. Sebab timbulnya pedoman tesebut yakni sebab adanya perbedaan metodologi dalam mengetahui Al-Qur’an dan Hadist. Sebagian umat mengerti dengan pendekatan kontekstual, sehingga lahir pedoman yang bersifat liberal. Sebagian umat Islam memahami dengan pendekatan tekstual, sehingga lahir aliran yang bersifat tradisional. Sedangkan sebagian umat Islam yang lain memmahami dengan pendekatan antara kontekstual dengan tekstual , sehingga lahir pemikiran yang bersifat antara liberal dengan tradisional. Ketiga corak pedoman ini sudah mewarnai sejarah pedoman ilmu ketuhanan dalam Islam.
   Oleh alasannya itu, ada 3 ( tiga) peluangdasar insan adalah : aqal, hati dan hawa nafsu.
sebagaimana dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 190  yang artinya :
 ” Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang akil ” .
   Potensi dasar manusia tesebut ialah satu kesatuan yang mampu dimengerti lewat gambar di atas.
Keimanan dan Ketakwaan
      Dalam Al-Qur’an terdapat sejumlah ayat yang redaksionalnya terdapat kata doktrin, di antaranya terdapat pada surat Al-Baqarah ayat 165.
Artinya : ” Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka menyayangi Allah. adapun orang-orang yang beriman amat sungguh cintanya terhadap Allah dan bila seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui dikala mereka menyaksikan siksa ( pada hari kiamat ) , bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah seluruhnya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya ( pasti mmereka menyesal ) ” .
        Berdasarkan teks ayat tersebut dapat dimengerti bahwa akidah adalah identik dengan asyaddu hubban lillah. Asyaddu hubban mempunyai arti perilaku yang memberikan kecintaan atau kerinduan yang luar biasa terhadap Allah. Dari ayat tersebut tergambar bahwa iktikad yakni perilaku atau attitude, ialah kondisi mental yang menawarkan kecenderungan atau impian luar biasa terhadap Allah. Orang yang beriman kepada Allah yakni orang yang rela mengorbankan jiwa dan raganya untuk merealisasikan impian atau kemauan yang dituntut Allah kepadanya.
          Kata takwa berasal dari waqa, yagi, wiqayah, yang memiliki arti takut , menjadi, memelihara, dan melindungi. Sesuai dengan makna etimologis tersebut, maka takwa dapat diartikan perilaku memelihara keimanan yang diwujudkan dalam pengamalan aliran agama Islam secara utuh dan konsisten atau istiqamah ( Depag,1999:157-158 ). Dalam surah Al-Baqarah ayat 177 :
Artinya : ” bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu sebuah kebajikan , akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi, dan memperlihatkan harta yang diciptakannya terhadap kerabatnya, belum dewasa yatim, orang-orang miskin, musafir ( yang memerlukan derma ) dan orang-orang yang meminta-minta; dan ( memerdekakan ) hamba sahaya, mendirikan salat, dan menunaikann zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang savar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka itulah orang-orang yang benar (imannya): dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa”.
         Ayat di atas menjelaskan karakteristik orang-orang yang bertakwa, yang secara lazim yang mampu dikelompok dalam 5 indikator ketakwaan ialah :

  1. Iman terhadap Allah, para malaikat, kitab-kitab dan para nabi. Indikator ketakwaan yang pertama yaitu memelihara fitrah imam.
  2. Mengeluarkan harta yang diciintai kepada saudara, anak yatim,orang-orang miskin,orang-orang yang terputus diperjalanan, orang-orang yang meminta-minta dana, dan orang-orang yang tidak memiliki kesanggupan untuk memenuhi keharusan memerdekakan hamba sahaya. Indikator takwa yang kedua adalah menyayangi sesama umat manusia yang diwujudkan lewat kesanggupan mengorbankan harta.
  3. Mendirikan shalat dan menunaikan zakat. Indikator takwa ketiga yaitu memelihara ibadah formal.
  4. Menepapti komitmen, yang dalam pemahaman lain adalah memelihara kehormatan diri.
  5. Sabar di dikala kepayahan, kesulitan, dan di waktu perang atau dengan kata lain mempunyai semangat usaha.

 Implementasi Iman dan Takwa 

 
        Selama ini pengertian ihwal tauhid hanyalah dalam pengertian beriman terhadap Allah, Tuhan Yang Maha Esa, Mempercayai saja keesaan Zat, Sifat, dan Perbuatan Allah, tanpa mengucapkan dengan lisan serta tanpa mengamalkan dengan tindakan, tidak mampu dikatakkan orang itu telah bertauhid secara tepat.
      Dalam pandangan Islam, yang dimaksud dengan tauhid yang tepat ialah tauhid yang tercermin dalam ibadah dan dalam tindakan mudah kehidupan insan sehari-hari.Dengan kata lain, mesti ada  kesatuan dan keserasian tauhid teoritis dan tauhid mudah dalam diri dan dalam kehidupan sehari-hari secara murni dan konsekuen.
         Dalam menegakkan tauhid, seseorang harus menyatukan keyakinan dan amal, rancangan dan pelaksanaan, asumsi dan tindakan serta teks dan konteks. Dengan demikian , tauhid adalah mengesakkan Allah dalam pemahaman percaya dan percaya terhadap Allah lewat aliran, membenarkan dalam hati, mengucapkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan tindakan. Oleh alasannya itu, seseorang gres dinyatakan beriman dan bertaqwa, jika sudah mengucapkan kalimat tauhid dalam syahadat asyadu allaa ilaaha illaa Allah (  Aku bersaksi bahwa ttidak ada Tuhan selain Allah ), lalu disertai dengan mengamalkan semua perintah Allah dan meninggalkan segala laranganNya.