Ma’rifah <--- Nakiroh
Definite <--- Indefinite
Tertentu <--- Umum
بَيْتٌ —–> البَيْتُ
The house <--- A house
قَلَمٌ —> القَلَمُ
The pen <--- A pen
كِتَابٌ —> الكِتَابُ
The book <--- A book
جَمَلٌ —> الجَمَلُ
The camel <--- A camel
Bagaimana? Setelah membaca klarifikasi di atas, kira-kira mampu kan mengganti Nakiroh menjadi Ma’rifah dan sebaliknya? Ternyata memang gampang kalau telah tahu cara/cirinya. Baik, sekarang pada mari kita lanjutkan materinya.
Pertama,
Apa bahasa arabnya kata? Jawabnya yaitu كَالِمَةٌ. Sedangkan bahasa arab dari kalimat/sentence yaitu جُمْلَةٌ.
Bahasa Arab mengenali 2 bentuk جملة, ialah: الجُمْلَةُ الفِعْلِيَةُ dan الجُمْلَةُ الاِسْمِيَةُ.
a. الجُمْلَةُ الفِعْلِيَةُ adalah kalimat yang diawali oleh fiil/kata kerja.
b. الجُمْلَةُ الاِسْمِيَةُ yakni kalimat yang diawali oleh isim/kata benda.
Kali ini kita akan mempelajari jumlah ismiyah dulu. Yang fi’liyah menyusul, insyaallah.
Jumlah ismiyah, minimal terdiri dari dua komponen ialah subjek (مُبْتَدَأٌ) dan predikat (خَبَرٌ). Yang mana lazimnya letak subjek yakni sebelum predikat (di awal kalimat).
Aturan dari مُبْتَدَأٌ adalah:
1. Marfu’.
Masih ingat apa itu marfu’? Dun! Yaitu kata yang akhirannya dhommah tanwin/dhomah.
2. Biasanya definite/ma’rifah.
Aturan dari خَبَرٌ ialah:
1. Marfu’.
2. Biasanya indefinite/nakiroh.
3. Gendernya harus sesuai dengan gender mubtada’ (akan dibahas lebih lanjut).
Contoh:
a. Zaid is a doctor زَيْدٌ طَبِيْبٌ
Mana subjeknya? زَيْدٌ . Zaidun yaitu ma’rifah (nama orang walaupun berakhiran tanwin, dia adalah ma’rifah) dan dia marfu’ (berakhiran dhommah tanwin).
Mana predikatnya? طَبِيْبٌ. thobibun ialah nakiroh (berakhiran tanwin/tidak ada ال) dan ia marfu (berakhiran dhomah tanwin).
b. The pen is broken. القَلَمُ مَكْسُوْرٌ
Subjeknya/mubtadanya yakni القَلَمُ. Ia ma’rifah (diawali ال) dan marfu’ (diakhiri dhommah).
Predikatnya/khabarnya yakni مَكْسُوْرٌ. Ia nakirah (diakhiri tanwin) dan marfu’ (diakhiri dhommah tanwin).
Perhatikan:
Kita kemarin belajar bahwa kalau isim diakhiri tanwin, itu mempunyai arti menggunakan partikel “a”/”an”. Tapi, bagi kata sifat, itu tidak berlaku. Karena mustahil “a broken” atau “a beautiful”.
The door is open. البَابُ مَفْتُوْحٌ
Mana subjeknya? Mana predikatnya? Kalau masih belum terlalu hapal, silakan dilihat penjelasan di atas.
Mubtadanya yakni البَابُ sedangkan khabarnya yaitu مَفْتُوْحٌ.
Anak (itu) duduk, dan guru (itu) bangkit.
الوَلَدُ جَالِسٌ, وَالْمُدَرِّسُ وَاقِفٌ
الوَلَدُ = Mubtada (Mb)
جَالِسٌ = Khabar (K)
وَ = masih ingat? Ia yaitu حَرْفُ أَطْفٍ. Kita beri label (A) dari Athaf.
الْمُدَرِّسُ = Mubtada (Mb)
وَاقِفٌ = Khabar (K)
Kok mubtadanya dan khabarnya ada dua dalam satu kalimat? Ya memang mampu. Yang pertama yakni mubtada pertama, yang kedua ialah mubtada kedua. Silakan diperhatikan beberapa contoh di bawah ini:
Note: Kita akan sepakati bahwa, misalkan, “The book” akan diartikan “buku itu”.
Bagaimana? Susah? Susah karena kosa kata barunya banyak y? Tapi jikalau mengidentifikasi mana mubtada dan khabar, mampu kan? Untuk kasus di atas, semua isim yang memakai ال yakni mubtada, sedangkan sisanya yaitu khabar. Mudah kan?
Perhatikan, kosa kata baru di atas pada umumnya saling bertentangan. Ada panas, ada masbodoh. Ada kecil, ada besar. Itulah pintarnya DR Abdurrahim. Beliau menyuguhkan bahan agar gampang diketahui pembaca.
Kedua,
Sekarang silakan menjajal melakukan analisa Mubtada, Khabar pada materi 1 dan 2, dengan catatan :
Seluruh Pronoun ialah definite, sebab :
a. Jika telah bilang hadza ‘هذا‘ , mempunyai arti telah menunjuk sesuatu point yang tertentu (artinya definite).
ctt : dlm bahasa Inggris ( هذا = This) adalah demonstrative pronoun.
b. Pronoun berfungsi selaku pengganti noun sehingga pronoun masuk kalangan noun/isim
Saya beri satu teladan saja:
هَذَا بَيْتٌ
بَيْتٌ = k (marfu dan indefinite)
هَذَا = mb (definite dan marfu)
Lhoh? Kok هَذَا marfu? Bukankah marfu itu dun? Benar, pengecualian untuk pronoun, beliau tidak mengalami pergantian dun dan din. Walau begitu, kita ttp menyebutnya selaku marfu, mansub, atau majrur sesuai keadaannya. Sekarang هَذَا selaku mubtada. Dan mubtada mesti marfu. Sehingga هَذَا tsb ialah marfu. Jika Anda bingung, kalem saja. Ke depan insyaallah Anda akan memahaminya.
Ketiga,
Jika Anda telah berguru hukum tajwid maka bahan kali ini akan sungguh mudah. Tapi kalau Anda benar-benar baru dalam mempelajari bahasa Arab, maka materi ini butuh sementara waktu untuk memahaminya.
Kebanyakan orang menyampaikan Alphabet Arabic adalah 28. Tetapi, seorang doktor bahasa di Inggris menyampaikan ada 29 Alphabet Arabic. Jika 28 alphabet, itu berarti alif berfungsi sebagai hamzah. Alfabet yang 28 terbagi dua :
a. الحُرُوْفُ القَمَرِيَّةُ (Moon letter) 14 aksara
b. الحُرُوْفُ الشَمْسِيَّةُ (Sun letter) 14 aksara
Silakan dilihat gambar berikut ini:
أ ب ت ث خ ح خ
د ذ ر ز س ش ص ض ط ظ
ع غ ف ق ك
ل م ن ه و ي
Tips nya yakni karakter syamsiyah yaitu:
1. ت dan ث
2. د sampai dengan ظ
3. ل dan ن
Dan huruf qomariyah adalah selain yang di atas. G perlu dihapalkan. Hapalkan syamsiyah saja. jikalau sudah hapal syamsiyah, bila huruf tersebut tidak masuk ke karakter syamsiyah maka pasti beliau aksara qomariyah.
Perhatikan kembali gambar di atas. Pada kelompok huruf syamsiyah, terdapat tasydid ( ّ ) pada aksara setelah ل pada ال, yang artinya ل tidak dibunyikan. Contoh: التّاجِرُ dibaca “at tājiru” bukan “al tājiru”. Sedangkan pada golongan huruf qomariyah, ل nya dibunyikan. Contoh: الْبَابُ dibaca “al bābu”. Praktis kan?
Keempat,
Hamzah ada dua, yakni هَمْزَةُ القَطْعِ dan هَمْزَةُ الوَصْلِ.
Hamzah qatha tandanya ada aksara hamzah (sebagian lainnya bilang ع tanpa ekor = ء), misal أ, ؤ, ئ, dan ء. Jika Anda menemukannya -di mana saja- maka anda harus melafalkannya jelas “a”, ”i”, ”u”. teladan: di awal kalimat: أَحْمَدُ dibaca “Ahmad”. Ketika tidak di permulaan kalimat: وَأَحْمَدُ dibaca “wa ahmad”.
Sedangkan hamzah washol tandanya ada huruf ص tanpa ekor, boleh juga tanpa tanda (sayangnya saya belum mampu menulis huruf ص tanpa ekor, sehingga di sini kita tidak butuhmenuliskannya). Jika dia di depan kalimat maka dia dilafalkan. Contoh: البَابُ dibaca “al bābu”. Jika bukan di awal kalimat maka dia tidak dilafalkan. Contoh: وَالبَابُ dibaca “wal bābu” bukan “wa al bābu”.
Kelima,
Mari kita review irob mubtada khabar sekaligus update kosa kata. Silakan dibaca sesuai dengan apa yang sudah kita pelajari, irobkan (pastikan mubtada khabar) dan terjemahkan. Dicoba ya…
Bagaimana? Susah? Kalau ada kosa kata yang belum dipelajari, silakan buka di page “Kamus”. Cocokin sama ini:
Note: ī, ū, ā artinya dibaca panjang
An najmu ba’īdun
Mb-k
Bintang itu jauh.
Ar rajulu wāqifun
Mb-k
Lelaki remaja itu berdiri
Assukkaru hulwun
Mb-k
Gula itu bagus
Ath thālibu marīdhun
Mb-k
Siswa itu sakit
Ad dīku jamīlun
Mb-k
Ayam jago itu indah
Adz dzaftaru jadīdun
Mb-k
Buku catatan itu gres
At tājiru ghoniyyun
Mb-k
Pedagang itu kaya
Ad dukkāny maftūhun
Mb-k
Toko itu terbuka
Al waladu faqīrun
Mb-k
Anak itu miskin
At tuffāhu ladzīdzun
Mb-k
Apel itu enak
Ath thabību thawīlun wal mudarrisu qashīrun
Mb-k-a- Mb-k
Siswa itu tinggi dan guru itu pendek