Bagian Iii, Makalah Ideologi Pendidikan Liberal

BAB III

PEMBAHASAN


3.1. Paradigma Ideologi Pendidikan
Menurut William O’neil, pakar pendidikan dari University of Southern California dalam ideologi Pendidikan (2001 ) bahwa pendidikan bila boleh diibaratkan seperti seorang musafir yang sedang berada pada persimpangan jalan. Jalan mana yang mau ditempuh untuk mencapai tujuan ialah pilihan. Begitu juga dengan pendidikan, memilih jalan itu ialah hal yang amat penting dan menentukan kesuksesan.
Akan namun, dalam pendidikan yang menjadi problem yaitu apakah pendidikan akan melegitimasi sistem dan struktur sosial yang ada ataukah berperan kritis dalam usaha melaksanakan pergeseran sosial dan transformasi menuju dunia yang lebih adil. Dari adanya dua opsi itulah, hasilnya melahirkan Ideologi pendidikan liberal dan Kritis. Kedua paradigma tersebut dijabarkan selaku Paradigma kritis dan paradigma liberal.
3.2. Paradigma Idiologi Kritis dan Idiologi Liberal
Menurut paradigma kritis, pendidikan merupakan arena usaha politik. Dalam perspektif kritis, masalah pendidikan ialah melaksanakan refleksi kritis, kepada ‘the dominant ideologi’ kearah transformasi sosial. Tugas utama pendidikan yaitu membuat ruang supaya cikap kritis terhadap sistim dan sruktur ketidakadilan, serta melaksanakan dekonstruksi dan advokasi menuju sistem sosial yang lebih adil.

Pendidikan tidak mampu bersikap netral, bersikap obyektif maupun berjarak dengan masyarakat (detachment) seperti usulan positivisme. Visi pendidikan yakni melaksanakan kritik terhadap sistim dominan selaku pemihakan kepada rakyat kecil dan yang tertindas untuk mencipta sistim sosial gres dan lebih adil. Dalam perspektif kritis, pendidikan harus bisa menciptakan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisis secara bebas dan kritis untuk transformasi sosial. Dengan kata lain peran utama pendidikan adalah ‘memanusiakan’ kembali insan yang mengalami dehumanisasi sebab metode dan struktur yang tidak adi1.

Kedua ialah paradigma Liberal, berangkat dari doktrin bahwa tidak ada duduk perkara dalam sistim yang berlaku ditengah penduduk , masalahnya terletak pada mentalitas, kreativitas, motivasi, ketrampilan teknis, serta kecerdasan anak didik. Paradigma pendidikan liberal kemudian menjadikan suatu kesadaran, yang Dengan meminjam istilah Freire (1970) disebut sebagai kesadaran naif Keadaan yang di katagorikan dalam kesadaran ini yaitu lebih melihat `aspek manusia` menjadi akar penyebab problem masarakat. Dalam kesadaran ini ‘masalah adat, kreativitas, ‘need for achevernent’ dianggap selaku penentu perubahan sosial.
Makara dalam menganalisis misalnya mengapa suatu masyarakat miskin menurut paradigtna pendidikan liberal alasannya adalah `salah’ penduduk yang miskin itu sendiri, adalah mereka malas, tidak mempunyai kewiraswataan, atau tidak memiliki budaya ‘membangunan’ dan seterusnya. Oleh karena itu ‘man power development’ ialah sesuatu yang diperlukan akan menjadi pemicu perubahan. Pendidikan dalam kontek ini tidak mempertanyakan systim dan struktur yang berlaku, bahkan systim dan struktur yang ada dianggap telah baik dan benar.
Dalam menatap ihwal realitas sosial yang sedang berlangsung, kaum liberal lebih berorientasi pada upaya menyesuaikan “subyek” kepada realitas yang melingkupinya. Dengan demikian, menurut persepsi ini, yang harus berubah yaitu “subyeknya”, dalam hal ini peserta ajar, supaya bisa mengikuti keadaan dengan sistem dan struktur yang sedang berlangsung.
3.2. Paradigma Idiologi Pendidikan Liberal
Berkaitan dengan pendidikan, kaum liberal berasumsi bahwa masalah pendidikan terlepas dari problem politik dan ekonomi masyarakat. Dan pendidikan tidak memiliki kemudian lebih diarahkan pada adaptasi atas sistem dan struktur sosial yang berlangsung. Yang lebih diamati yaitu bagaimana memajukan kualitas dari proses berguru mengajar sendiri, kemudahan dan kelas yang baru, modernisasi peralatan sekolah, penyeimbangan rasio guru-murid.

  Makalah Pendidikan

Selain itu juga aneka macam investasi untuk meningkatkan rnetodologi pengajaran dan pembinaan yang lebih effisien dan partisipatif, seperti golongan dinamik (group dynamics) ‘learning by doing’, ‘experimental learning’, ataupun bahkan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) sebagainya. LTsaha kenaikan tersebut terisolasi dengan svstem dan struktur ketidak adilan kelas dan gender, dominasi budaya dan represi politik yang ada dalam penduduk .

Kaum Libera sama-sama berpendirian bahwa pendidiakan yaitu politik, dan “excellence” haruslah merupakan target utama pendidikan. Kaum Liberal berasumsi bahwa dilema mayarakat dan pendidikan yaitu dua masalah yang berlainan. Mereka tidak melihat kaitan pendidikan dalam struktur kelas dan dominasi politik dan budaya serta diskriminasi gender dimasyarakat luas. Bahkan pendidikan bagi salah satu aliran liberal yakni `structural funrtionalisme’ justu dimaksud sebagai sarana untuk menstabilkan norma dan nilai penduduk . Pendidikan justru dimaksudkan sebagai media untuk mensosialisasikan dan mereproduksi nilai nilai tata sopan santun keyakinan dan nilai – nilai dasar semoga masyarakat luas berfungsi secara baik.
Pendekatan liberal inilah yang mendominasi segenap fatwa perihal pendidikan rti banyak sekali macam pembinaan. Akar dan pendidikan ini yakni Liberalisme, yakni suatu pandangan yang menekankan pengembangan kesanggupan, melindungi hak, dan keleluasaan (freedoms), serta mengidentifikasi masalah dan upaya perubahan sosial secara inskrimental demi menjaga stabilitas jangka panjang.
Konsep pendidikan dalam tradisi liberal berakar pada cita cita Barat tentang individualisme. Ide palitik liberalisme sejarahnya berkait erat dengan bangkitnya kelas liberalisme dalam pendidikan mampu dianalisa dengan menyaksikan unsur komponennya. Komponen pertama, yaitu bagian imbas filsafat Barat wacana versi insan universal adalah insan yang “rational liberal”.

Anda Kami Sarankan Untuk Melanjutkan ke Postingan Berikut ini
  Makalah Dakwah Islam Peran Suci Dan Mulia (Komunikasi Massa Dan Jejaring Sosial)

Ada beberapa asumsi yang mendukung konsep insan “rasional liberal” mirip: pertama bahwa semua manusia mempunyai peluangsama dalam intelektual, kedua baik tatanan alam maupun norma sosial mampu ditangkap oleh akal. Ketiga yaitu “individualis” ialah adanya angapan bahwa insan adalah atomistik dan atanom (Bay,1988). Menernpatkan individu socara atomistic, menenteng pada dogma bahwa hubungan sosial selaku kebetulan, dan masyarakat dianggap tidak stabil sebab interest anggotanya yang tidak stabil.

Pengaruh liberal ini kelihatan dalam pendidikan yang memprioritaskan prestasi melalui proses kompetisi antar murid. Perankingan untuk menentukan murid terbaik, adalah implikasi dari paham pendidikan ini. Pengaruh pendidikan liberal juga dapat dilihat dalam aneka macam training management, kewiraswastaan, dan training-training yang lain. Contoh kongkrit pendekatan liberal bisa kita lihat pada Achievement Motivation Training (AMT) McClelland. McClelland beropini bahwa akar dilema keterbelakangan dunia ketiga sebab mereka tidak memiliki apa yang dinamakannya N Ach. Oleh alasannya penuhpembangunan bagi rakyat dunia ketiga yakni perlu virus “N ach” yang membuat individu bernafsu dan rasional
Komponen kedua ialah Positivisme. Positivisme sebagai sebuah paradigma ihnu sosial yang mayoritas sewasa ini juga menjadi dasar bagi versi pendidikan Liberal. Positivisme pada dasarnya ialah ilmu sosial yang dipinjam dari persepsi, sistem dan teknik ilmu alarn memahami realitas. Positivisme sebagai suatu fatwa filsafat berakar pada tradisi ilmu ilrnu sosial yang dikembangkan dengan mengambil cara ilmu alam menguasai benda, yaitu dengan kepercayaan adanya universalisme and generalisasi, lewat metode determinasi, ‘fixed law’ atau kumpulan aturan teori (Schoyer, 1973). Positivisme berasumsi bahwa klarifikasi tungal dianggap “appropriate” untuk semua fenomena.
Oleh alasannya adalah itu riset sosial ataupun pendidikan dan pelatihan harus didekati dengan positivisme yang melibatkan unsur-komponen mirip obyektivitas, empiris, tidak memihak, detachment, rasional dan bebas nilai. Pengetahuan senantiasa menganut hukum ilmiah yang bersifat universal, mekanisme mesti dikuantifisir dan diveritikasi dengan sistem “scientific”. Dengan kata lain, positivism mensaratkan pemisahan fakta dan nilai dalam rangka menuju pada pengertian obyektif atas realitas sosial.
Pendidikan dan pembinaan dalam positivistik bersifat fabrikasi dan mekanisasi untuk memproduksi keluaran pendidikan yang mesti sesuai dengan `pasar kerja’. Dalam acuan pemikiran positivistic Murid dididik untuk tunduk pada struktur yang ada. Dari sana, bisa kita lihat bahwa pada paradigma liberal pendidikan umumnya lebih melanggengkan system yang ada dengan melahirkan belum dewasa didik yang berperan dalam mempertahankan system tersebut.
Tradisi liberal telah mendominasi rancangan pendidikan sampai dikala ini. Pendidikan liberal adalah menjadi bab dari globalisasi ekonomi ‘liberal’ kapitalisme. Dalam kontek lokal, paradigma pendidikan liberal telah menjadi bab dari sistim developmentalisme, dimana sistim tersebut ditegakan pada sebuah perkiraan bahwa akar ‘underdevelopment’ alasannya adalah rakyat udak mampu terlibat dalam sistim kapitalisme. Pendidikan mesti membantu penerima bimbing untuk masuk dalam sistim developmentalisme tersebut, sehingga penduduk mempunyai kesanggupan dalam persaingan di system kapitalis.
BAB IV

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan pada Bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan ialah Pada paradigma pendidikan liberal, konsentrasi utama terletak pada bagaimana menciptakan anak ajar mempunyai kesanggupan sehingga mereka bisa bersaing di tengah sistem yang berlaku pada masyarakat. Pendidikan liberal tidak menyaksikan dilema yang berkembang daiam penduduk karena tata cara sosial penduduk tersebut, namun alasannya adalah ketidaksiapan insan dalam menghadapi metode. Sehingga ini akan mengakibatkan pembelajaran yang bersifat memperlihatkan wawasan dan keterampilan yang memiliki kegunaan sebanyak-banyaknya terhadap anak asuh, wawasan bersifat doktriner dan menilai sesuatu hanya dengan menyaksikan kecerdasan intelektual yang dimiliki oleh anak ajar. Menariknya ideologi pendidikan inilah yang sekarang sedang meningkat ditengah-tengah masyarakat global.

DAFTAR PUSTAKA

  1. http://www.fppm.org/Info%20Anda/pendidikan%20yang%20membebaskan.htm.
  2. Mansaor Faqih dan Toko Raharjo. Pendidikan yang memebebaskan . Agustus 2002
  3. http://www.fikiran-rakyat.com/Artikel/0802.htm
  4. Ahmad Dahidi & Miftachul Amri. Potrt Pendidikan di Jepang, Sebuah Refleksi. 22 Mei 2003
  5. http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan
  6. Depdikans Indonesia, 2001, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Pusat Bahasa Pendidikan Nasional. Penerbit : Balai Pustaka; Jakarta
  Teladan Makalah Pancasila Sebagai Dasar Negara