Bagian-Bagian Di Dalam Puisi Dan Misalnya

Unsur-Unsur di dalam Puisi
Selain memiliki bagian-bagian yang tampak seperti diksi (penggunaan ungkapan, majas, peribahasa), tipografi (contoh susunan puisi mirip larik, bait) dan rima/ritme (persamaan bunyi), puisi juga memiliki bagian batin. Unsur batin di dalam puisi mencakup: tema, rasa (feeling), nada ,dan amanat.
a. Tema
Tema yakni landasan atau dasar pijakan bagi penyair untuk berbagi puisi. Tema juga merupakan pemikiran pokok yang diungkapkan dalam sebuah puisi. Jika tema tentang Tuhan, untaian kata-kata, majas, serta idiom yang digunakan mengungkapkan hal-hal yang bekerjasama dengan Tuhan. Begitu pula bila temanya wacana cinta, pilihan kata (diksi) yang digunakan oleh penyair berkaitan dengan persoalan cinta. 
Contoh:
PADAMU JUA
Habis kikis
Segala cintaku hilang terbang
Pulang kembali aku padamu
Seperti dulu
Kaulah kandil kemerlap
Pelita jendela di malam gelap
Melambai pulang perlahan
Sabar, setia selalu
Satu kekasihku
Aku insan
Rindu rasa
Rindu rupa
Di mana engkau
Rupa tiada
Suara sayup
Hanya kata merangkai hati
Engkau cemburu
Engkau ganas
Mangsa saya dalam cakarmu
Bertukar tangkap dengan lepas
Nanar saya gula sasar
Sayang berulang padamu jua
Engkau pelik mempesona ingin
Serupa dara di balik tirai
Kasihmu sunyi
Menunggu seorang diri
Lalu waktu-bukan giliranku
Mati hari-bukan kawanku….
Karya: Amir Hamzah 
b. Perasaan/Rasa
Rasa ialah ungkapan atau ekspresi penyair kepada sesuatu yang dituangkan ke dalam puisinya. Rasa juga ialah cara bagaimana penyair mengejawantahkan bentuk perasaan dan pengalaman batinnya terhadap kemampuan untuk memilih kata-kata figuratif yang dianggap mampu mewakili perasan atau ekspresinya kepada sesuatu.
Keahlian menuangkan gejolak batin, gairah, kerinduan, atau bentuk perumpamaan lain berupa pilihan kata dan simbol-simbol gaya bahasa menyebabkan puisi kian terasa indah dan punya kedalaman makna. Hal tersebut dapat dilihat pada pola lariklarik penggalan puisi Tuhan karya Bahrun Rangkuti di bawah ini:
Hanyut saya Tuhanku
Dalam lautan kasih-Mu
Tuhan bawalah saya
Meninggi ke langit ruhani
c. Nada dan Suasana
Nada ialah bentuk sikap atau harapan penyair kepada pembaca. Apakah penyair melalui puisinya ingin memperlihatkan pesan yang tersirat, menyindir, mengkritik, atau mengejek pembaca. Suasana yaitu akibat yang ditimbulkan puisi terhadap jiwa pembaca.
Nada dan situasi mempunyai kaitan yang dekat. Nada puisi yang bersifat kesedihan mampu menciptakan perasaan pembaca merasa iba. Nada yang mengandung kritikan membuat situasi hati pembaca merasa ingin memberontak dan sebagainya.
d. Pesan atau Amanat
Pesan atau amanat yakni hal yang ingin disampaikan oleh penyair terhadap pembaca lewat kata-kata dalam puisinya. Makna mampu ditelaah sesudah pembaca mengetahui tema, nada, dan suasana puisi tersebut. Amanat juga mampu tersirat dari susunan kata-kata yang dibentuk oleh penyair.
Perhatikan puisi Chairil Anwar yang berjudul Diponegoro, di bawah ini:
DIPONEGORO
Di era pembangunan ini
Tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi rapi
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselimpang semangat yang tak bisa mati
Maju
Ini barisan tak bergenderang bertalu
Kepercayaan tanda menyerbu
Sekali berarti
Sudah itu mati
Maju
Bagimu negeri
Menyediakan api
Punah di atas menghamba
Binasa di atas di tinda
Sungguhpun dalam akhir hayat baru tercapai
Jika hidup mesti merasai
Maju
Serbu
Serang
Terjang
Amanat atau pesan tersirat dari puisi ini yakni bagaimana semangat Pangeran Diponegoro mampu hadir pada jiwa-jiwa insan terbaru yang hidup di zaman kini. 

Meskipun yang dihadapi bukan lagi penjajah melainkan banyak sekali masalah yang terjadi pada bangsa yang sedang berkembang seperti duduk perkara pengangguran, pemerataan, dan keadilan, namun tetap semangat membela kebenaran terutama bagi para kaum yang tertindas jangan pernah punah.