Bag Viii, Teknis Budidaya Tanaman Karet

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT
Hama Rayap
Untuk penanaman gres bekas hutan primer/skunder lazimnya tidak dilakukan pembuatan tanah. Biasanya setelah umur 1 tahun selalu mendapat gangguan hama rayap yang bersumber dari bekas tunggul. Jika terjadi serangan pemberantasannya dapat dikerjakan dengan insektisida Basudin 60 EC, Diazinon 60 EC dalam larutan dengan fokus 0,2 – 0,4% dan disiramkan ke tanaman dengan jari-jari 20 cm.

Penyakit daun Oidium
Penyakit daun Oidium disebabkan oleh jamur heveae Serangan Oidium yang terjadi pada saat kemajuan daun muda dapat menjadikan daun gugur kembali. Gejala ini dikenal sebagai gugur daun sekunder (SLF). Pertumbuhan daun muda yang bertepatan dengan musim kering panjang akan mengalami serangan Oidium yang berat. Serangan Oidium berulang selama terjadi pembentukan daun muda terjangkit oleh penyakit lain.

Gejala penyakit dan kerusakan
Pada daun muda yang sedang meningkat akan muncul bercak-bercak putih kekuningan dan dalam waktu singkat bercak membengkak disertai dengan perkembangan benang jamur mencuat ke permukaan dan membentuk kumpulan spora yang putih mirip tepung. Spora tersebut akan mudah terlepas dan tersebar oleh tiupan angin.

Daun yang mengalami serangan berat menjadi keriput, tampak seperti layu dan dibarengi dengan gugur daun. Gugur daun yang terus menerus mampu mengakibatkan mati pucuk dan turunnya buatan lateks. Pada TBM dan bibitan, serangan Oidium mampu menimbulkan kendala kemajuan bahkan ajal tumbuhan.

Bila daun tidak gugur, Oidium mengakibatkan cacat daun atau bercak hitam dengan bentuk tak beraturan. Oidium yang tertinggal pada daun tua ialah sumber penularan pada demam isu kering berikutnya.

Penanggulangan penyakit
Pemberantasan Oidium dengan cara pendebuan memakai serbuk belerang murni (belerang Cirrus) mampu mengurangi kerusakan tumbuhan. Perbedaaan dikerjakan pada permulaan pembentukan daun-daun baru sebanyak 3 – 6 rotasi interval 5 – 7 hari dengan menggunakan alat penyerbukan (blower) berkekuatan tinggi dengan dosis 4 – 6 kg belerang/ha/rotasi. Untuk pembibitan mampu digunakan alat pendebuan portable

Penyakit daun Colletotrichum
Penyakit gugur daun Colletotrichum desebabkan oleh jamur Colletotrichum gloesporioides yang juga penyebab gugur daun sekunder (SLF). Serangan Colletotrichum pada klon yang rentan mampu menjadikan gugur daun terus menerus selama terjadi pembentukan pucuk-pucuk gres dalam animo penghujan.

BAGIAN TEKNIS BUDIDAYA TANAMAN KARET 

Klon yang menggugurkan daun-daunnya tidak serentak akan mengalami serangan penyakit yang terus menerus sehingga bikinan lateks turun secara kasatmata. Serangan pada bibitan dan tanaman belum menghasilkan (TBM) mampu menyebabkan hambatan perkembangan sehingga dapat memperpanjang periode tidak produktif.

Gejala penyakit dan kerusakan
Penyakit gugur daun Colletotrichum dapat menyerang flora pada segala tingkat umur. Serangan penyakit dimulai pada ketika terjadi pembentukan daun muda setelah demam isu meranggas. Daun yang sungguh muda kalau terserang penyakit akan melinting dan berganti warna menjadi hitam mirip daun teh kering, sehingga ujung tunas menjadi gundul. Bila terjadi bengkak jamur pada daun yang lebih bau tanah, maka timbul bintik-bintik hitam yang berkembang membengkak mengikuti kemajuan daun.

Bercak yang terjadi pada ujung atau tepi akan menjadikan cacat daun. Daun yang telah berwarna hijau muda berumur lebih dari dua ahad akan terhindar dari pengguguran.

Penangulangan penyakit.

  • Menanam klon yang tahan terhadap penyakit gugur daun Colletotrichum, antara lain PR 261, RRIC 100 dan PB 260.
  • Untuk pembibitan pengendalian penyakit dilakukan dengan penyemprotan fungisida : 0,3% Dithane M 45 atau 0,2% Daconil 75 WP. Penyemprotan dilaksanakan pada dikala pertumbuhan daun muda, mulai dari pembentukkan tunas sampai daun berwarna hijau muda sebanyak 3 – 4 rotasi dengan interval waktu 5 hari. Untuk pembibitan yang luasnya lebih dari 10 ha, penyemprotan dengan Mist blower lebih efisien dibandingkan dengan penggunaan Knapsak sprayer. Untuk tumbuhan belum mengahasilkan (TBM) aplikasi fungisida dikerjakan dengan Mist blower ; sedangkan untuk flora menciptakan (TM) aplikasi fungisida dilaksanakan secara pengabutan (fogging) dengan mesin pengabut (fogger) dengan carrier minyak disel atau minyak Shell (Shell fogging oil) ditambah dengan emulgator. Pengendalian penyakit dijalankan pada saat pembentukan daun-daun gres sehabis masa meranggas. Dosis penyemprotan tergantung pada besar (umur) tanaman. Untuk bibitan dan flora muda (TBM) cukup 1,5 kg Dithane M 45 atau 1 kg Daconil WP per hektar/rotasi.
  Sejarah Kalkulus

Penyakit daun Corynespora
Penyakit daun Corynespora disebabkan Corynespora cassiicola. Pada klon-klon yang peka, Corynespora mampu menimbulkan gugur daun sepanjag tahun sehingga mampu besar lengan berkuasa kepada perkembangan flora, produksi lateks bahkan dapat mengakibatkan maut flora.

Gejala penyakit dan kerusakan
Corynespora cassiicola dapat menyerang daun bau tanah maupun daun muda. Pada daun muda umumnya jamur tidak membentuk bercak yang terperinci, tetapi anak daun (helaian daun) berganti warna dari sepia atau hijau muda menjadi kuning. Daun menggulung atau langsung gugur dari tangkainya, sedangkan tangkai daun gugur kemudian. Pada daun yang lebih bau tanah, jamur membentuk bercak coklat tua hingga hitam dimana urat-urat daun terlihat lebih gelap dari pada sekelilingnya sehingga bercak tersebut terlihat menyirip seperti tulang ikan atau seperti tetesan tinta hitam pada kertas buram. Apabila patogen menginfeksi tangkai daun dengan bercak hitam, maka daun gugur bersama tangkainya.

Tanaman yang terus menerus terjangkit Corynespora cassiicola tak pernah berdaun lebat secara berangsur-angsur mengalami mati pucuk (dieback) sehingga alhasil tumbuhan mati.

Penanggulangan penyakit
Pemberantasan semestinya dilaksanakan pada awal serangan. Untuk tumbuhan menghasilkan (TM) yang tingginya lebih dari 6 m dan sukar disemprot, seharusnya digunakan penggabutan (fogging) dengan fungisida 0,6 kg/ha Dithane M 45 + emulgator atau 1 – 1,5 kg/ha Calixin 750 EC dalam minyak disel atau minyak Shell (Shek fogging oil). Penyemprotan/pengabutan dilakukan selama masa perkembangan daun muda sebanyak 4 – 6 kali dengan interval 1 (satu) ahad.

Penyakit Akar Putih
Penyakit Akar Putih disebabkan jamur Rigidoposus lignosus (Syn : Fomes lignosus) yang lebih dikenal dengan nama jamur akar putih (JAP). JAP ialah penyebab penyakit yang paling banyak menyebabkan kerugian pada perkebuanan karet karena mampu menjadikan akhir hayat pribadi sehingga produksi lateks akan menurun. Biaya penanggulangan dan pengobatan JAP cukup besar sehingga dapat memaksimalkan ongkos produksi.

Gejala penyakit dan kerusakan
JAP mampu menyerang pada semua tingkat umur tanaman, mulai dari bibit hingga flora bau tanah. Pucuk serangan lazimnya terjadi pada tumbuhan umur 3 – 4 tahun. JAP menyerang bab tumbuhan yang berada di bawah permukaan tanah, baik akar cabang maupun akar tunggang.

Gejala penyakit baru nampak ke permukaan kalau penyakitnya telah parah, yaitu tanda-tanda menguningnya sebagian perdaunan atau cabang. Adakalanya tanaman muda mati secara tiba-tiba dengan tanda-tanda mengeringnya daun-daun yang masih utuh pada tajuk. Untuk mengenali tanda-tanda permulaan harus dikerjakan pemeriksaan akar dengan cara membuka/menggali bagian leher akar.

Gejala JAP ditandai dengan adanya petumbuhan miselium jamur pada permukaan kulit akar. Miselium tersebut berwarna putih dan berkembang bersatu membentuk jaringan yang tebal dan disebut rizomorf. Pada mulanya jamur cuma melekat pada permukaan akar, lalu menembus jaringan akar dan merusak jaringan pembuluh sehingga proses pengangkutan air dan hara terhambat. Selanjutnya flora mengalami kekurangan hara dan air. Dengan membusuknya akar tungang, flora menjadi mudah tumbang.

Penangulangan Penyakit

  • Penanggulangan secara tidak pribadi lewat teknik antara lain :
    • Melakukan pengolahan tanah secara mekanis untuk menyingkirkan tunggul dan perakaran tumbuhan karet tua yang menjadi jerawat JAP pada peremajaan maupun pembukaan kebun gres.
    • Menanam kacang-kacangan epilog tanah supaya sisa-sisa akar di dalam tanah cepat hancur.
    • Seleksi bibit ketat. Gunakan bibit sehat, bebas dari jerawat JAP.
    • Memeriksa adanya tumbuhan sakit sejak dini (umur 1 tahun) dengan rotasi investigasi 3 bulan sekali
    • Membuat parit isolasi antara kompleks tanaman sakit dengan pertanaman yang sehat dengan lebar 30 cm dan kedalaman 30 – 60 cm, tergantung pada kedalaman solum atau membongkar semua tumbuhan yang sakit dan tidak tertolong lagi.
  • Pengobatan dengan Fungisida
    • Pengobatan dengan cara pelumasan. Pengobatan dikerjakan dengan cara membuka bab leher akar yang sakit, dan lalu dilumasi dengan fungisida yang mengandung bahan aktif 20% PCNB (Shell collar protectant, Formac 2) yang bagus bila dilakukan pada awal serangan. Pemeriksaan ulang perlu dilaksanakan estela 12 bulan, dan pengobatan diulang bila terjadi bisul kembali. Akar-akar samping yang membusuk diiris. Sumber nanah yang terdapat di kebun dibongkar dan dimusnahkan.
    • Pengobatan dengan cara penyiraman. Untuk tumbuhan muda (TBM), terutama yang umurnya kurang lebih 2 tahun, pengobatan dapat dilaksanakan dengan cara menyiramkan larutan fungisida disekitar leher akar. Pengobatan diulang sesudah 6 bulan. Fungisida yang dapat digunakan yakni :
      • Bayleton 250 EC, dosis 10 ml/1 air/pohon
      • Bayfidan 250 EC, takaran 5 ml/1 air/pohon
      • Anvil 50 SC, takaran 10 ml/1 air/pohon
      • Alto 100 SL, dosis 2,5 ml/1 air/pohon
  • Pengendalian dengan cara biologis. Pemberantasan cara biologis dengan memanfaatkan Trichoderma sp dipadukan dengan santunan belerang menunjukkan hasil yang sangat membuat puas dan dapat dianggap selaku cara pemberantasan JAP yang murah, mudah dan efisien serta dapat mempertahankan kelestarian lingkungan. Untuk tanaman karet di polibeg, pengobatan dilakukan dengan cara menaburkan 25 g Trichoderma. Sedangkan pada tumbuhan muda umur 0 – 4 tahun takaran Trichoderma yaitu 100g/pohon. Selain untuk pengobatan, Trichoderma mampu juga digunakan untuk pencegahan dengan dosis aplikasi 50 g/pohon. Trichoderma diperdagangkan dengan nama Triko sp+ Produk Balai Penelitian Sungei Putih.
  MAKALAH MATERI PRAMUKA

Penyakit Jamur Upas
Penyakit Jamur Upas atau pink disease disebabkan oleh jamur Corticium salmonicolor. Serangan jamur upas lazimnya terjadi pada flora muda berumur 3 – 7 tahun, begitupun tidak tertutup kemungkinan bagi tumbuhan lebih muda atau renta terjangkit penyakit ini. Serangan penyakit menyusut setelah tajuk saling menutup. Jamur upas mampu mengakibatkan akhir hayat cabang-cabang utama sehingga kehilangan tajuk.

Gejala penyakit dan kerusakan
Serangan penyakit biasanya dimulai pada percabangan utama. Jamur tumbuh pada pangkal cabang, membentuk lapisan benang miselium yang mirip sarang keuntungan-laba. Pada permulaan kemajuan, lapisan miselium berwarna putih, lalu berubah menjadi merah jingga sejalan dengan bertambahnya umur. Oleh alasannya adalah itu, penyakit ini juga disebut pink disease. Selanjutnya, jaringan miselium pecah-pecah dan bintik-bintik hitam dibarengi dengan pecahnya kulit kayu dan pembuluh lateks sehingga menimbulkan melelehnya lateks pada batang. Lelehan lateks yang mengering akan menjadi hitam. Pembusukan kulit akan menjalar ke atas atau ke bawah dari tempat asalanya. Kematian cabang dipercepat oleh serangga-serangga penggerek, sehingga cabang tersebut mudah patah kalau diterpa angin.

Penanggulangan Penyakit

  • Tanaman supaya diperiksa ketat pada era TBM
  • Pengobatan dilakukan dengan melumas bagian kulit ditumbuhi jamur dengan fungisida Calixin RM atau 2% Difolatan 4F. Pengerokan kulit tidak perlu dilakukan.
  • Pemangkasan cabang yang telah mati atau yang mustahil diobati untuk mengurangi sumber nanah. Bekas potongan cabang agar dimusnakan atau dibakar.

Penyakit Neokrosis Kulit
Penyakit Neokrosis Kulit atau diketahui dengan nama Bark necrosis (BN) disebabkan oleh jamur Fusarium sp yang berasosiasi dengan Botrydiplodia sp. Penyakit BN mengakibatkan kerusakan kulit pada bidang sadap. Kerusakan dapat berlanjut pada semua bagian kulit batang, mulai kaki gajah hingga ke percabangan. Serangan BN lazimnya disertai oleh serangan-serangan penggerek (Xyleborus mascarensis) dan Platypus cupulatus serta jamur Ustulina sehingga mempercepat kematian flora.

Gejala penyakit dan kerusakan
Penyakit BN pada umumnya terjadi pada tumbuhan yang telah disadap (TM). Gejala awal dimulai dengan timbulnya bercak coklat, mirip memar pada permukaan kulit. Penyakit berkembang pada lapisan kulit dalam. Apabila sudah parah, penyakit akan merusak lapisan kambium, bahkan sering hingga ke lapisan kayu. Akibatnya kulit pecah dan terjadi pendarahan (pembuluh lateks pecah). Kerusakan cambium dapat menimbulkan kulit ulihan tumbuh tidak merata, sehingga menyusahkan penyadapan ulang berikutnya, atau sama sekali tidak dapat disadap lagi karena flora mati atau tumbang. Akibatnya jumlah pohon berkurang dan bikinan lateks turun secara drastis.

  Teladan Dan Tutorial Menyusun Proposal Awal Channeling/Partnership Dalam Pnpm Perkotaan

Pada klon-klon tertentu, seperti GT 1, AVROS 2037, GYT 577, RRIM 703, serangan BN mampu meraih lebih dari 30% dari tegakan perblok dan serangan penyakit dapat terjadi berulang-ulang.

Faktor-faktor penunjang serangan penyakit

  • Penyakit dapat berkembang sepanjang tahun. Pada pergantian ekspresi dominan kering ke trend hujan, pada saaat terjadi hujan kecil, intensitas penyakit mampu berkembangdengan pesat.
  • Penyakit kebanyakan timbul pada tumbuhan yang telah disadap. Penyadapan yang terlalu berat ( 1/2 S d/2) tanpa disertai dengan pemupukan yang memadai mampu menurunkan ketahanan kepada penyakit.
  • Stimulan etefon pada tumbuhan karet dalam keadaan lemah dapat memacu terjadinya BN.

Penanggulangan Penyakit

  • Pemeriksaaan flora dari pohon ke pohon dalam kala tertentu mengetahui serangan permulaan penyakit perlu dilaksanakan, utamanya pad ablok yang perna terserang penyakit BN.
  • Pengobatan dijalankan dengan 2% Difolatan 4F atau Calixin RM. Lapisan luar yang terserang penyakit harus dikerok tipis semoga fungisida yang dilumaskan mampu meresap ke bab kulit yang sakit. Pengerokan diusahakan tidak sampai menghancurkan lapisan kambium. Pengobatan pada awal serangan akan mengurangi pemakaian tenaga dan biaya.
  • Jika penyakit BN disertai serangan-serangan penggerek, maka penggereknya harus diberantas dengan cara penyemprotan lubang(terowongannya) dengan 0,2% Diieldrin 20 EC atau insektisida lain yang mempunyai eek residu lebih lama.
  • Intensitas sadap diturunkan dan sti,ulan etefon dihentkan pada pohon-pohon yang menderita BN.

Penyakit Muldirot
Penyakit Muldirot (Mouldy Rot) disebabkan oleh jamur Ceratocystis fimbriata. Penyakit Muldirot ialah penyakit yang paling umumpada bidang sadap tanaman karet. Jamur menyerang kulit yang terbuka balasan luka sadap. Serangan mampu berlanjut dan menghancurkan lapisan kambium sehingga proses pembentukankulit pulihan terusik. Akibatnya kulit pulihan tak mampu disadap kembali pada kurun penyadapan selanjutnya.

Kulit merupakan modal utama menerima lateks, oleh karena itu kulit bidang sadap harus dipelihara biar dapat disadap berulang-ulang. Kerusakan kulit pada bidang sadap bersifat baka, adalah sekali terjadi kerusakan untuk seterusnya kulit tersebut akan pulih kembali.

Gejala penyakit dan kerusakan
Muldirot umumnya muncul pada permulaan demam isu hujan terus menerus berkembang selama demam isu hujan. Gejala awal penyakit ditandai dengan timbulnya koloni jamur berbentuk bintik-bintik pada permukaan kulit sepanjang alur sadap. Binti-bintik tersebut berkembang menjadi satu dan warnanya bermetamorfosis kelabu.

Jamur berkembang ke lapisan kulit yang lebihdalam dan menghancurkan lapisan kambium. Akibat kerusakan lapisan kambium, maka pembentukan kulit pulihan terusik dan tidak merata. Kulit yang terbentuk pulau-pulau kayu sungguh merugikan, alasannya kulit pulihan menjadi tipis dan sukar disadap, sehingga latek tak mampu dikeluarkan secara maksimum. Dengan demikian, produksi lateks akan terusik dan umur produktif tanaman menjadi pendek sebab bidang sadapnya rusak.

Penanggulangan Penyakit

  • Peningkatan teknik budidaya dengan pengaturan jarak tanam yang tepat, pengendalian, dan penyeleksian klon yang tahan.
  • Pengobatan dijalankan dengan fungisida. Untuk menghalangi timbulnya resistensi jamur fungisida, penggunaan fungisida haru digilir setelah pemakaian lebih dari 2 (dua) tahun.

Fungisida yang bagus untuk pemberantasan muldirot yaitu : 0,3% Derosal 60 WP. 2% Difolatan 4F. Pengobatan dilaksanakan dengan interval satu ahad dan diulang sampai penyakit sembuh. Penambahn zat pewarna pada fungisida akan mempermudah pengawasan pengobatan muldirot.

Aplikasi fungisida hendaknya dilaksanakan segera sehabis penyakit pada bidang sadap dimengerti. Penyadapan pohon karet tidak perlu dilarang. Untuk menghalangi penularan penyakit pada dikala musim muldirot, setiap penyadap disediakan larutan alkohol 70% atau formalin 4%. Pisau sadap dicelupkan ke dalam larutan tersebut apalagi dulu sebelum pindah pohon.