Bag I, Teknis Budidaya Tumbuhan Karet

TEKNIS BUDIDAYA TANAMAN KARET

Disampaikan pada :
Pertemuan Sosialisasi Kegiatan Pengawalan Peremajaan Karet Non Revitalisasi Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara
Medan, 21 Nopember 2008

PENDAHULUAN
Tanaman karet (Hevea brasilliensis ) yaitu ialah flora tahunan. Satu siklus tanam yang dihitung dari saat menanam di lapangan hingga peremajaan memakan waktu ± 25 tahun. Hal ini bermakna bahwa penyeleksian bahan tanam/bibit flora dilakukan sekali dalam 25 tahun. Pemilihan materi tanam harus dipertimbangkan secara cermat karena adanya kekeliruan dalam pemilihan materi tanam akan memiliki dampak negatif kepada perkebunan dan kepada perjuangan karet alam nasional.

Bahan tanam karet yang direkomendasikan adalah bahan tanam klon yang diperbanyak secara okulasi. Dibandingkan dengan bibit semaian, penggunaan bahan tanam klon sangat menguntungkan alasannya produktivitas flora lebih tinggi, abad tanaman belum menghasilkan lebih cepat, keseragaman flora lebih besar sehingga bikinan pada tahun sadap pertama lebih tinggi serta mempunyai sifat sekunder yang diharapkan seperti relatif tahan terhadap penyakit tertentu, batang tegap, volume kayu per pohon tinggi dll.

Berkat jerih payah para pemulia flora karet, telah didapatkan klon-klon memiliki potensi produksi tinggi mirip klon RRIC 100, IRR 39, IRR 32, PB 330, PB 260, PB 340, BPM 109, IRR 118 dll. Produktivitas klon tersebut akan terwujud sepenuhnya di lapangan jikalau digunakan materi tanam yang bermutu baik, serta diikuti dengan penerapan kultur teknik anjuran di lapangan. Kenyataan di lapangan memperlihatkan bahwa rata-rata bikinan secara komersial adalah jauh dibawah peluangproduksi klon. 

Produksi riel yang dicapai sekarang yakni 1.000- 1.500 kg karet kering/ha/tahun, sementara potensi klon mampu meraih ± 2.500 kg karet kering/ha/tahun. Adanya kesenjangan tersebut diakibatkan oleh banyak aspek dan salah satu diantaranya adalah mutu materi tanam. Bahan tanam bermutu baik yaitu materi tanam yang sudah direkomendasikan, berproduksi tinggi sesuai dengan potensinya, perkembangan cepat dan seragam sehingga dapat mempersingkat periode flora belum menciptakan dan produksi pada permulaan penyadapan yakni tinggi.

BAGIAN TEKNIS BUDIDAYA TANAMAN KARET 

Mengikuti norma-norma dan urutan pekerjaan dalam setiap tahap acara dalam pengadaan bahan tanam adalah cara satu satunya untuk menerima bahan tanam karet yang bermutu baik. Pekerjaan dari sejak penyeleksian biji untuk batang bawah, pengecambahan, pembibitan batang bawah, pelaksanaan okulasi, pemilihan entres sampai pembibitan tanaman di polibeg mesti mengikuti norma-norma yang telah ditetapkan. Kegiatan-aktivitas tersebut saling terkait, sehingga saling mensugesti satu sama lain. Kesalahan dalam pelaksanaan satu jenis aktivitas mampu menghasilkan materi tanam yang tidak bermutu baik. Salah satu teladan yang paling aktual adalah bila kualitas batang bawah yang dipakai tidak sesuai (dalam hal ini menyangkut mutu fisik, fisiologi dan genetik ), maka walaupun dilaksanakan okulasi dengan klon tawaran, produksi karet kering yang diperoleh dapat berkurang sebesar 15%-20% dari kesempatanklonnya. Banyak praktisi kurang menyadari hal ini alasannya adalah menilai bahwa hanya dengan melakukan okulasi, sudah dipeloleh bahan tanam bermutu baik.

  Pemahaman,Konsep Dan Ruang Lingkup Mempelajari Sejarah Pendidikan Islam

Untuk menerima bahan tanam yang berkualitas baik, dibawah ini akan diuraikan urutan pekerjaan, norma-norma yang perlu diamati dalam proses pengadaannya serta patokan kualitas benih yang dihasilkan. Jika semua tolok ukur mutu pada setiap acara telah diterapkan, dapat ditentukan bahwa kurun TBM menjadi lebih singkat 5-10 bulan dan produksi pada tahun sadap pertama berkembang110-500 kg/ha/tahun. Potensi klon akan terlaksana secara komersial bila digunakan bahan tanam berkualitas baik dan dipelihara di lapangan berdasarkan tolok ukur kultur teknik.

PEMBIBITAN BATANG BAWAH
Penyiapan lahan bibitan

Persiapan dan pembuatan lahan yang bagus akan mendukung dalam menciptakan materi tanam yang berkualitas. Pengolahan lahan yang tidak baik akan menghasilkan tanaman yang berakar bengkok/tidak sempurna. Beberapa syarat yang baik untuk areal bibitan adalah :

  • Lahan rata, jikalau terpaksa mesti menggunakan lahan yang miring maka harus dibentuk teras gulud atau rorak untuk memperkecil abrasi tanah, dengan catatan bahwa kemiringan maksimum 3%.
  • Dekat sumber air
  • Jauh dari jangkauan binatang ternak
  • Dekat dengan jalan agar mudah dalam pengangkutan

Penyiapan lahan dapat dijalankan dengan dua cara adalah secara mekanis dengan menggunakan traktor (untuk bibitan skala besar) atau secara manual dengan mengunakan cangkul (untuk bibitan kecil-kecilan).

Secara mekanis
Pengolahan lahan secara mekanis mampu dilakukan dengan dua kali bajak dengan selang waktu tiga ahad dan dua kali garu dengan selang waktu satu ahad pada kedalaman 40-50 cm.

Secara manual
Pengolahan lahan secara manual mampu dijalankan dengan cara mencangkul dengan kedalaman olah 40 cm – 50 cm

Hal yang perlu diamati pada saat penyiapan lahan yaitu lahan harus terbebas/higienis dari sisa-sisa akar dan kayu untuk menangkal penyebaran penyakit jamur akar putih. Setelah lahan siap tanam langkah selanjutnya yakni pengajiran/pemancangan yang disesuaikan dengan jarak tanam yang diinginkan. Jarak tanam yang umum dipakai yakni teladan tanam segi empat jarak tanam 25 cm x 25 cm x 50 cm (jarak tanam ganda), dalam satu hektar terdapat 100.000 tegakan

  Pengakajian

Pengumpulan dan Seleksi Biji

Untuk menerima batang bawah yang baik, sumber biji yang dipakai juga mesti baik. Biji berasal dari kebun monoklonal yang sudah berumur 10 – 20 tahun. Biji untuk batang bawah disarankan oleh Pusat Penelitian Karet yang berasal dari klon GT 1, AVROS 2037, PB 260 dan RRIC 100. Kebun sumber biji hendaknya mendapat perlakuan selaku berikut : Satu bulan sebelum buah jatuh areal di bawah pohon dibersihkan dan dibebaskan dengan biji-biji yang usang. Kemudian pengumpulan biji dilaksanakan secara bersamaan setiap dua hari sekali. Biji yang telah terkumpul tidak seluruhnya bernas dan berisi adakalanya kopong dan tidak bagus, untuk itu perlu dilaksanakan seleksi biji. Biji dapat diperoleh langsung dari Pusat Penelitian Karet di Sungei Putih atau dari penangkar benih resmi.

Seleksi biji dapat dilaksanakan secara manual dan visual dan memakai alat pental biji karet. Apabila dilakukan seleksi secara manual maka biji memiliki ciri sebagai berikut :

  • Warna mengkilat
  • Permukaanya licin
  • Bentuk wajar
  • Daya lentingnya tinggi dan nyaring kalau dijatuhkan di lantai

Uji kesegaran secara visual dapat dijalankan dengan cara membelah biji dan diperhatikan endosperm dan kotiledonnya.
Biji yang bagus memiliki ciri sebagai berikut :

  • Apabila dibelah endosperm menunjukkan warna putih dan masih segar, serta kotiledon masih rapat (Kelas I).
  • Endosperm berwarna putih agak kekuningan, kotiledon terbuka tidak lebih dari 1 mm (Kelas II).
  • Jika endosperm berwarna kuning, kuning kehitaman serta lembek, berminyak maka biji sudah jelek dan tidak akan mampu berkembang menjadi kecambah wajar (biji afkir).

Dalam penyimpanan biji karet kadar air permulaan merupakan salah satu faktor yang mensugesti daya berkembang biji. Sebaiknya biji yang telah jatuh lebih dari tiga hari, dapat dilakukan perendaman satu malam sebelum disimpan untuk memajukan kadar air. Penyimpanan cukup dijalankan di area yang terlindung dari sinar matahari langsung, lama penyimpanan dapat meraih 1 minggu dengan daya tumbuh 60%. Untuk pengantaran jarak jauh, pengawetan biji mampu dikerjakan dengan memakai serbuk gergaji yang lembab. Volume serbuk gergaji yang dipakai 1/2 dari volume biji karet.

  Prioderisi Peradapan Islam Pada Abad Hulafaurrassyidin Dan Bani Umayyah

Pengecambahan/Penyemaian biji
Biji yang sudah dipilih dan diseleksi harus segera dikecambahkan dalam bedeng perkecambahan. Biji karet mesti disemaikan dalam sebuah media yang lembab dan tidak terkena sinar matahari langsung untuk membuat lebih mudah proses pengecambahan. Untuk itu perlu diberikan bedengan dengan media lembab dan ternaungi. Bedengan perkecambahan berupa persegi panjang berukuran lebar 1.2 m, panjang 10 m dengan kapasitas 10.000 biji. Media yang dipakai untuk pertumbuhan ialah pasir atau serbuk gergaji setebal 10 cm.

Bedengan diberi atap rumbia atau pelepah kelapa dengan ketinggian 1.5 meter dibagian Timur dan 1.2 meter di bagian Barat. Penanaman biji dijalankan dengan cara 2/3 bagian biji (bagian perut) dibenamkan dalam media pasir dan 1/3 bagian lagi (bagian punggung) berada di permukaan pasir. Biji ditanam berbaris dengan jarak antar barisan 1cm. Setelah di semai maka biji dalam bedengan harus disiram dengan air pagi dan sore hari dengan menggunakan gembor. Kecambah yang bagus akan muncul pada umur 5 – 21 hari setelah penyemaian biji. Biji yang berkecambah di atas 21 hari sebaiknya tidak dipakai sebab pertumbuhannya telah tidak elok. Lokasi semaian semestinya akrab dengan lahan bibitan untuk memudahkan dalam pemindahan dan penanaman.

Pemindahan dan Penanaman Kecambah

Kecambah diambil dari persemaian dengan hati-hati biar tidak merusak bakal akar. Stadia kecambah yang telah siap dipindahkan ke lahan bibitan bila :

  • Sudah mencapai stadium bintang (umur 4-7 hari)
  • Sudah mencapai stadium pancing (umur 7-14 hari)
  • Sudah meraih stadium jarum (umur 14-21 hari)
  • Sebelum ditanam kecambah mesti diseleksi ialah bebas dari dari bisul jamur akar putih, tidak terjangkit hama dan perkembangan normal.

Penanaman semestinya dikerjakan pada pagi hari atau sore hari untuk menyingkir dari stress di lapangan. Pengangkutan kecambah memakai baskom yang berisi air. Penanaman kecambah dilaksanakan dengan cara menugal tanah sedalam 5 cm dengan menggunakan kayu atau benda yang runcing. Akar harus berada seluruhnya di dalam tanah dan permukaan biji rata dengan tanah (biji jangan dilepas dari kecambah). Kemudian tanah di sekitar lubang di padatkan dengan hati-hati semoga tidak menghancurkan akar tumbuhan, kemudian di siram untuk melembabkan. Penyiraman bibit harus dilaksanakan pada setiap pagi hari terutama pada ekspresi dominan kemarau.