Bab Ii, Tehnik Pengadaan Bahan Tanam Karet

Pembuatan bedengan pembibitan dan pemancangan.

  • Tujuan pengerjaan bedengan ialah untuk mempermudah pengawasan, transportasi bahan dan alat, pelaksanaan pekerjaan dan untuk menghindari tercampurnya klon ketika okulasi.
  • Panjang bedengan 48 m, lebar 2,5 m, menghadap Utara-Selatan. Jarak antar bedengan 70 cm.
  • Pada tiap bedengan ada sebanyak 8 baris bibit dengan jarak tanam (25 cm x 25 cm) x 50 cm (double row).
  • Jumlah titik tanam tiap bedengan 1636 titik.
  • Ditengah-tengah areal bibitan (jikalau luasnya ± 1ha) dibuat jalan selebar 4 m yang menghadap Timur-Barat dan Utara- Selatan.
  • Setiap hektar ada 60 bedengan, sehingga jumlah titik tanam yakni 92.160 per hektar.
  • Lahan bibitan simpulan di pancang (Gambar 3a).

Penanaman kecambah, penyiraman dan penyisipan.
Makalah ini Terdiri dari 3 Bagian, yaitu :

  1. BAG I, TEHNIK PENGADAAN BAHAN TANAM KARET
  2. BAB II, TEHNIK PENGADAAN BAHAN TANAM KARET
  3. BAG III, TEHNIK PENGADAAN BAHAN TANAM KARET
  • Setiap titik tanam, ditanam satu kecambah dengan cara menugal sedalam ± 5 cm. Diusahakan akar tidak putus.
  • Kecambah dimuat ke lapangan di dalam ember berisi air.
  • Penanaman dikerjakan pagi hari s/d jam 10.30 wib atau sore sesudah jam 15.30 wib.
  • Penyiraman dijalankan pagi dan sore hari (terutama jika tidak turun hujan) pada bulan pertama sejak tanam.
  • Penyisipan sesegera mungkin, dan dilarang sesudah bibit berumur ± 2 ahad.

Penyiangan pembibitan.

  • Penyiangan pakai garuk, rotasi 2-3 minggu, tergantung pada keadaan perkembangan gulma.
  • Penyiangan pakai herbisida tidak dibenarkan terutama pada bibit berumur muda.

Pemupukan pembibitan

  • Anjuran pemupukan tanaman di pembibitan batang bawah ialah sebagai berikut :
No.
Umur (bulan)
Dosis (gr/pohon)
Urea
TSP
KCl
Kieserit
(46%N)
(46% P2O5)
(60%K2O)
(27% MgO)
1
1
1,63
1,67
0,54
0,74
2
3
3,26
3,33
1,10
1,48
3
5
4,89
5,00
1,60
2,22
4
7
4,89
5,00
1,60
2,22

Keterangan : Bila pembibitan dipelihara pada umur yang lebih lanjut, pemupukan pakai dosis no.4 setiap dua bulan.

  • Jika memakai pupuk beragam N-P-K-Mg (15-15-6-4), dosis yang dipakai adalah 5; 10; 15 dan 15 g/pohon untuk umur masing-masing 1; 3; 5 dan 7 bulan .
  • Pada pemupukan pertama, pupuk diberikan secara melingkar disekeliling pohon dan jangan hingga terkena pohon. Pada pemupukan berikutnya, pupuk ditebar diantara barisan pohon (Gambar 4).
  Pola Makalah Sistem Gosip Administrasi

Pengendalian Penyakit di pembibitan.

  • Penyakit yang sering menyerang bibit karet yakni: Colletotrichum gloeosporioides, Oidium heveae dan Corynespora cassicola.
  • Serangan penyakit gugur daun Colletotrichum dimulai pada ketika terjadi pembentukan daun muda sesudah ekspresi dominan meranggas. Daun yang sangat muda jika terserang penyakit akan melinting dan berganti warna menjadi hitam, kemudian gugur daun dan ujung tunas gundul. Bercak yang terjadi pada ujung daun atau tepi daun akan menimbulkan cacat daun (Gambar 5a,b,c). Pengendalian penyakit dilaksanakan dengan memakai Dithane M-45 fokus 0,3% atau 0,2 % Daconil 75WP. Penyemprotan dikerjakan pada dikala pertumbuhan daun muda, sebanyak 3-4 rotasi dengan interval waktu 5 hari. Diperlukan 1,5 kg dithane M-45 atau 1 kg Daconil 75 WP per hektar per rotasi.
  • Serangan Oidium yang terjadi pada dikala pertumbuhan daun muda mampu menjadikan daun gugur kembali. Pertumbuhan daun muda yang bertepatan dengan demam isu kering panjang akan mengalami serangan Oidium yang berat. Serangan Oidium akan berulang selama terjadi pembentukan daun muda dan akan hilang dengan turunnya hujan. Pada daun yang terserang bercak-bercak putih kekuningan, disertai dengan benang-benang jamur. Pemberantasan Oidium dengan cara pendebuan memakai serbuk welirang murni. Pendebuan dijalankan pada awal pembentukan daun-daun gres, sebanyak 3-6 rotasi dengan interval 5-7 hari, menggunakan alat pendebu portable dosis 4-6 kg belerang/ha/rotasi.
  • Gejala penyakit gugur daun Corynespora pada daun yang lebih tua ialah adanya jamur membentuk bercak coklat bau tanah hingga hitam. Urat-urat daun tampak lebih gelap daripada sekelilingnya sehingga bercak-bercak tersebut tampak menyirip seperti ikan (Gambar 5g). Penyakit ini diberantas dengan cara penyemprotan 0,2% Dithane M-45 (1,6 kg/ha/rotasi) atau 0,1% Calixin 750 EC (1 – 1,5 kg/ha/rotasi).
  Teori Pertumbuhan Yang Sering Menjadi Contoh Dalam Bidang Pendidikan

Pengokulasian
Berdasarkan umur dan jenis mata okulasi yang dipakai, okulasi dibedakan menjadi 3 bagian yakni okulasi dini, okulasi hijau dan okulasi coklat. Perbedaan ketiga jenis okulasi tersebut ialah sebagai berikut :

Teknik Okulasi
Umur batang Bawah (Bulan)
Umur, ukuran dan warna entres.
Jenis mata okulasi
Okulasi Dini
2 – 3
7-8 minggu, garis tengah 0,5 cm, hijau muda.
Mata sisik atau mata daun yang telah dirempel tangkainya 3 ahad sebelum pakai.
Okulasi Hijau
4 – 6
5-6 bulan, garis tengah 1–1,5 cm, hijau
Mata daun.
Okulasi Coklat
12-Jul
8 – 12 bulan, garis tengah ± 2,1 cm, coklat.
Mata daun

Okulasi Dini.

  • Biasanya pada okulasi dini, batang bawah dipelihara didalam polibeg.
  • Ukuran polibeg dalam keadaan terlipat 15 cm x 37 cm.
  • Polibeg dilobangi sebelum diisi tanah.
  • Polibeg diisi tanah bab atas (top soil).
  • Sebanyak 50 g Rock phosphat per polibeg dicampur dengan tanah sebelum diisi.
  • Lokasi bibitan bersahabat dengan sumber air yang cukup, datar dan akrab dengan jalan/kantor.
  • Polibeg disusun dengan terlebih dahulu menciptakan parit lobang sedalam 15 cm. Di parit/lobang ini, polibeg disusun double row. Jarak antara dua double row berurutan ialah 60 cm.
  • Satu kecambah yang telah disemaikan sebelumnya (stadia pancing atau jarum) ditanam pada setiap polibeg.
  • Penyiraman dilakukan setiap hari terutama kalau tidak turun hujan.
  • Pemupukan menggunakan pupuk majemuk N-P-K-Mg 15-15-6-4 dengan dosis 7,5 g; 10 g dan 15 g/phn pada umur masing-masing 1, 2 dan 3 bulan.
  • Pengendalian penyakit daun sama dengan pengendalian penyakit daun di pembibitan lapangan.
  • Pada ketika pengokulasian, mata entres yang dipakai yaitu mata sisik yang diambil dari entres muda (berumur 7-8 minggu). Mata daun dapat digunakan, tetapi 3 minggu sebelum digunakan, tangkai daun dirempel dahulu.
  • Umur batang bawah pada ketika okulasi 2 – 3 bulan ditandai dengan 2 payung daun hijau.
  • Pisau okulasi yang digunakan yaitu pisau okulasi yang ukurannya lebih kecil dari pisau okulasi yang lazim digunakan untuk okulasi hijau/coklat.
  • Pada batang bawah yang dilap terlebih dulu, dibuat jendela okulasi selebar 0,3 s/d 0,4 bab keliling batang atau kira-kira 4 mm. Panjang jendela ± 4 cm.
  • Entres dipotong dibawah kumpulan mata sisik. Entres diambil dari kebun entres yang disediakan terlebih dahulu.
  • Mata entres dipilih yang tidak cacat, lalu dibentuk torehan dengan lebar yang sesuai dengan jendela yang sudah dibuka.
  • Pada ketika penempelan perisai, jendela dibuka dari atas sepanjang ± 4 cm diiris bagian bawah. Disisakan untuk parit perisai. Perisai ditempatkan pada jendela yang sudah dibuka. Pembalutan dengan pita plastik dimulai dari bawah ke atas secara ketat.
  • Pembalut dibuka 21 hari sesudah pengokulasian. Jika perisai tetap hijau, bermakna okulasi sukses. Pemeriksaan diulangi satu ahad kemudian untuk mengetahui hasil okulasi yang niscaya.
  • Tujuh hari setelah investigasi terakhir okulasi jadi, bibit diiris pada ruas pertama.
  • Untuk mempercepat tumbuhnya mata okulasi, wiwil terhadap tunas liar yang berkembang dari batang bawah segera dilaksanakan, dengan rotasi setiap minggu.
  • Mata okulasi yang berkembang dipelihara terus di polibeg hingga stadia 1 – 2 payung daun. Tanaman ini siap dipindah ke lapangan sebagai materi tanam.
  • Bibit yang okulasinya tidak jadi disusun lagi dan dapat diokulasi hijau pada umur selanjutnya.