Aspek Modernisasi : Imbas Penghancuran Kaum Perempuan ?

Dalam metode perempuan, kaum perempuan kadang-kadang merupakan penjualyang mempunyai mobilitas geografi yang mencukupi, sedangkan dalam sistem lelaki, kaum wanita dipaksa tinggal dirumah dibawah kekuasaan laki-laki.

Lebih lanjut tentang wanita, berdasarkan Boserup berpendapat bahwa aspek modernisasi lainnya juga akan merusak kaum perempuan. Misalnya, urbanisasi sebagai salah satu pembangunan telah memangkas jaringan metode santunan tradisional terhadap kaum wanita, dan menjadikan kian berkurangnya pekerjaan disektor modern.

Kaum wanita di kota seluruh dunia ialah partisipan utama dari sector informal yang biasanya ialah bagian dari sistem ekonomi. Pada periode pemerintahan kolonial tugas yang yang sesuai untuk kaum perempuan ialah dengan berbagi kebijakan yang mendorong pemiskinan kaum wanita.

Yakni, dengan cara cuma menyediakan pelatihan pada laki-laki, dan dengan membuat kebijakan yang hanya menunjukkan saluran kredit dan kemudahan lain hanya terhadap lelaki sebab mereka dianggap sebagai “kepala keluarga”. Begitu juga, dibidang pertanian pergeseran tentang cash cropping suatu hal yang masih sekarang dikerjakan sampai kini di dominasi oleh laki-laki.

Barbara Roger dalam studinya kepada kaum perempuan dalam acara santunan pembangunan Bank Dunia menyimpulkan proses pembangunan bias laki-laki. Kaum feminis menyaksikan bahwa urbanisasi, mobilitas dan perubahan menjadi cash ekonomi yaitu proses untuk memutuskan kaum wanita dari peranan sosial dan ekonomi mereka serta mendorong mereka kepada sector modern yang mendiskriminasikan dan mengeksploitasi mereka dengan memperlihatkan upah dibawah patokan hidup.

Model liberal pun akan berlainan, bahwa kaum perempuan tidak dianggap sebagai masalah perempuan alasannya akan diurus oleh laki-laki selaku kepala rumah tangga. Sehingga dalam hal ini, perihal kemudahan terhadap kaum wanita kurang produktif atau terlalu tradisional. Pandangan perihal modernisasi ialah salah satu bab dari pembangunan, yang mesti dipahami sebagai moda pergantian.

  Bagaimana Tujuan Politik Perhimpunan Indonesia Pasca 1925?

Berbagai pemahaman perihal kekerabatan dasar dari budaya yang berlainan, dengan peranan kepada tata cara sosial di masyarakat, serta keterlibatan mereka dalam menyaksikan banyak sekali perumpamaan pembangunan yang dibuat menurut kebijakan yang di buat oleh Negara.

Kondisi sosial budaya masyarakat, terutama wanita mampu diketahui selaku proses terhadap berbagai upaya dalam memberikan aneka macam kebutuhan dasar mereka kepada apa yang menjadi sistem masyarakat saat ini perlukan, sehingga perlahan pergantian akan menunjukkan peranan terhadap proses pembangunan yang dipahami saat ini.