close

Aspek-Faktor Self Esteem

Aspek-aspek Self Esteem
Adapun faktor-aspek yang bekerjasama dengan self-esteem, menurut Brown (dalam Christia, 2007) terdapat 3 faktor, ialah :

a.       Global self-esteem ialah variabel keseluruhan dalam diri individu secara keseluruhan dan relatif menetap dalam banyak sekali waktu dan situasi

b.      Self-evaluation ialah bagaimana cara seseorang dalam memeriksa variabel dan atribusi yang terdapat pada diri mereka. Misalnya ada seseorang yang kurang percaya kemampuannya di sekolah, maka bisa dibilang bahwa dia mempunyai self-esteem yang rendah dalam bidang akademis, sedangkan seseorang yang berpikir bahwa dia populer dan cukup disenangi oleh orang lain, maka bias dibilang memiliki self-esteem sosial yang tinggi.

c.       Emotion yaitu keadaan emosi sesaat khususnya seseuatu yang muncul sebagai konsekuensi positif dan negatif. Hal ini terlihat saat seseorang menyatakan bahwa pengalaman yang terjadi pada dirinya mengembangkan self-esteem atau menurunkan self-esteem mereka. Misalnya, seseorang memiliki self-esteem yang tinggi alasannya mendapat promosi jabatan, atau seseorang memiliki self-esteem yang rendah setelah mengalami perceraian

1.      Anak Jalanan

Dari hasil observasi yayasan Nanda (1996 : 112) ada beberapa ciri secara biasa anak jalanan antara lain : a. Berada di tempat biasa (jalanan, pasar, pertokoan, kawasan-tempat hiburan) selama 24 jam. b. Berpendidikan rendah (pada umumnya putus sekolah, serta sedikit sekali yang lulus Sekolah Dasar). c. Berasal dari keluarga-keluarga tidak bisa (pada umumnya kaum urban dan beberapa diantaranya tidak jelas keluarganya). d. Melakukan aktifitas ekonomi (melakukan pekerjaan pada sektor informal).

Anak jalanan, umumnya berasal dari keluarga yang pekerjaannya berat dan ekonominya lemah. Anak jalanan berkembang dan berkembang dengan latar kehidupan jalanan dan akrab dengan kemiskinan, penganiayaan, dan hilangnya kasih sayang, sehingga memberatkan jiwa dan membuatnya bertingkah negatif.

Mereka itu ada yang tinggal di kota setempat, di kota lain terdekat, atau di propinsi lain. Ada anak jalanan yang ibunya tinggal di kota yang berlawanan dengan tempat tinggal ayahnya alasannya adalah pekerjaan, menikah lagi, atau cerai. Ada anak jalan yang masih tinggal bareng keluarga, ada yang tinggal terpisah namun masih sering pulang ke tempat keluarga, ada yang sama sekali tak pernah tinggal bersama keluarganya atau bahkan ada anak yang tak mengenal keluarganya.


Kegiatan Anak Jalanan

Menurut M. Ishaq (2000), ada tiga ketegori kegiatan anak jalanan, adalah : (1) mencari kepuasan; (2) mengais nafkah; dan (3) tindakan asusila. Kegiatan anak jalanan itu bersahabat kaitannya dengan kawasan mereka mangkal sehari-hari, yakni di alun-alun, bioskop, jalan raya, simpang jalan, stasiun kereta api, terminal, pasar, pertokoan, dan mall.

Faktor-faktor yang Menyebabkan Anak Menjadi Anak Jalanan

Keadaan kota mengundang maraknya anak jalanan. Kota yang padat orangnya dan banyak keluarga bermasalah membuat anak yang kurang gizi, kurang perhatian, kurang pendidikan, kurang kasih sayang dan kehangatan jiwa, serta kehilangan hak untuk bermain, bergembira, bermasyarakat, dan hidup merdeka, atau bahkan mengakibatkan anak-anak dianiaya batin, fisik, dan seksual oleh keluarga, sobat, orang lain lebih dewasa.

Di antara bawah umur jalanan, sebagian ada yang sering berpindah antar kota. Mereka berkembang dan meningkat dengan latar kehidupan jalanan dan erat dengan kemiskinan, penganiayaan, dan hilangnya kasih sayang, sehingga memberatkan jiwa dan membuatnya berperilaku negatif.

Seorang anak yang terhempas dari keluarganya, lantas menjadi anak jalanan disebabkan oleh banyak hal. Penganiayaan kepada anak merupakan penyebab utama anak menjadi anak jalanan. Penganiayaan itu meliputi mental dan fisik mereka. Lain dibandingkan dengan itu, pada umumnya anak jalanan berasal dari keluarga yang pekerjaannya berat dan ekonominya lemah.

Fenomena sosial anak jalanan utamanya terlihat aktual di kota-kota besar terutama setelah dipicu krisis ekonomi di Indonesia semenjak lima tahun terakhir. Departemen Sosial tahun 1998 di 12 kota besar melaporkan bahwa jumlah anak jalanan sebanyak 39.861 orang dan sekitar 48% merupakan belum dewasa yang baru turun ke jalan semenjak tahun 1998. Secara nasional diperkirakan terdapat sebanyak 60.000 sampai 75.000 anak jalanan. Depsos mencatat bahwa 60% anak jalanan telah putus sekolah (drop out) dan 80% masih ada korelasi dengan keluarganya, serta sebanyak 18% adalah anak jalanan wanita yang beresiko tinggi kepada kekerasan seksual, perkosaan, kehamilan di luar nikah dan terinfeksi Penyakit Menular Seksual (PMS) serta HIV/AIDS.

Umumnya anak jalanan nyaris tidak mempunyai terusan kepada pelayanan pendidikan, kesehatan dan dukungan. Keberadaan mereka cenderung ditolak oleh masyarakat dan sering mengalami penggarukan (sweeping) oleh pemerintah kota setempat.


Kerangka Berpikir

Self esteem ialah salah satu modal dasar untuk pengembangan diri seseorang. Dan juga self esteem ini berperan vital kepada pengentasan perasaan dari kondisi keterpurukan. Anak jalanan yang sudah berada di jalanan semenjak lahir kemungkinan memiliki self esteem yang rendah, dan dengan self esteem yang rendah maka seseorang akan susah untuk berdiri dari ketidakberdayaan. Maka, sejalan dengan kerangka berpikir tersebut di atas, mampu disangka bahwa terdapat hubungan nyata antara self esteem dengan perilaku dan pemikiran anak jalanan.


Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir yang telah disebutkan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis berikut ini : terdapat hubungan hubungan aktual antara self esteem kepada perilaku dan sikap anak jalanan.

PROSEDUR PENELITIAN

Metode

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini yakni metode observasi kuantitatif. Penelitian kuantitatif yakni penelitian ilmiah yang sistematis kepada bab-bab dan fenomena serta hubungan-hubungannya. Tujuan observasi kuantitatif yakni berbagi dan menggunakan model-versi matematis, teori-teori dan/atau hipotesis yang berhubungan dengan fenomena alam. Proses pengukuran ialah bagian yang sentral dalam observasi kuantitatif sebab hal ini memberikan korelasi yang fundamental antara pengamatan empiris dan mulut matematis dari korelasi-korelasi kuantitatif.

Populasi dan Sampel

Populasi dari observasi ini ialah semua anak jalanan di area Simpang Dago Bandung. Serta sampel yang diambil untuk penelitian ini yaitu 10 anak jalanan yang berada di area Simpang Dago

Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini dipakai untuk mengukur self esteem pada anak jalanan. Dan untuk mengukur tingkat self esteem, peneliti menggunakan Rossenberg Self Esteem Scale (1965) dengan tingkat reliabilitas yang cukup baik (α=0.92). Serta menggunakan derma angket/kuesioner skala Likert.


Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

1.      Angket, ialah dengan cara pengumpulan data dengan menyerahkan daftar pertanyaan kepada responden yang dipilih dan diambil kembali setelah dijawab oleh responden.

2.      Observasi, yaitu dengan kunjungan ke lapangan secara langsung dengan mengumpulkan data melalui wawancara

3.      Studi Dokumentasi, yaitu dengan mengumpulkan menyebarkan macam literature perihal self esteem dan kaitannya dengan anak jalanan


Teknik Analisis Data

Teknik analisis data pada penelitian ini yakni dengan menggunakan analisis data kuantitatif yang sebagian besar diolah memakai ilmu statistik dibantu dengan software SPSS.