Hajar aswad yakni sebuah kerikil berwarna hitam kemerahan yang terletak di pojok Ka’bah pada bagian yang akrab dengan pintu masuk Ka’bah. Batu hitam dengan bentuk lonjong ini dimuliakan oleh umat Islam. Bahkan Nabi Muhammad Sholallahu ‘alaihi wa salam menciumnya ketika melaksanakan umroh dan haji. Kemudian hal ini ditirukan pula oleh para sahabat seperti Abu Bakar dan Umar Bin Khatab. Dan kini menjadi sunnah untuk mencium hajar aswad.
Hajar aswad sendiri berdasarkan sebagian riwayat yakni kerikil yang dipercayai berasal dari nirwana. Beberapa sumber menyebutkan bahwa dulunya batu ini berwarna putih, sebab sentuhan insan yang sarat dosa sehingga menjadi hitam. Mulanya watu itu dapat memancarkan cahaya ke arah barat, timur, Syam dan Yaman sampai ke lembah-lembah tanah Haram.
Imam Thabari menceritakan dalam kitab tafsirnya menurut riwayat yang disandarkan pada Ali Bin Abi Thalib beliau berkata bahwa Nabi Ibrahim membangun pondasi Ka’bah lalu meninggikannya bersama Nabi Ismail. Ketika nyaris final, Ismail diminta untuk mencari watu sebagai penanda bagi insan. Nabi Ismail kemudian tiba membahwa sebuah watu, tetapi Nabi Ibrahim tidak menyukainya. lau, Ibrahim memerintahkan anaknya itu untuk mencari batu lainnya.
Tapi dikala Ismail kembali, beliau sudah mendapati ayahnya itu telah meletakan suatu watu ditempat itu. Lalu Ismail mengajukan pertanyaan siapakah yang membawakan batu itu. Ibrahim menjawab bahwa yang membawanya adalah seseorang yang tidak mau melihatku bersandar padamu (Jibril).
Hajar aswad mulai ketika itu menjadi kerikil penunjukyang dimuliakan. Para ulama beropini bahwa watu itu meski tidak memberi faedah maupun mudharat, tetap dimuliakan alasannya sebagai tanda untuk mengingat Nabi Ibrahim yang telah bekerja keras membangun Ka’bah.